Pukul 12.23 malam, Nicole masih saja terjaga dengan mengerjakan tugas akhir sebelum liburan semester dimulai, gadis itu sangat fokus dengan sesekali melihat lockscreen di ponselnya terpampang jelas foto dirinya dengan Jaysen yang masih sehat.
Foto itu cukup untuk menambah semangat dari gadis yang sebenarnya sudah hilang semangat itu, karena Jaysen juga sedang berusaha, Nicole ingin lebih berusaha daripada pemuda itu.
Tetapi entah sejak pukul 10 malam tadi, perasaan Nicole berkecamuk dan merasakan sesak di dada, Nicole heran apa yang terjadi padanya, dia mencoba untuk menangis tetapi tidak bisa, ia mencoba meminum obat penenang yang diresepkan dari psikolog nya tetapi tidak berefek apa-apa.
Seperti dulu ketika ia ditinggal meninggal oleh kakaknya, Nicole menenangkan dirinya hanya bermodalkan obat resep dari dokter psikolog nya, maka dari itu agar menghilangkan rasa sesaknya ia coba untuk mengerjakan tugas sampai larut malam.
Pukul 12.40 akhirnya Nicole menyerah, kedua matanya sangat berat dan mengantuk, ia akhirnya menutup laptopnya kemudian pergi tidur di ranjang, sebelum itu ia memegang dadanya yang masih berdegup kencang, ini bukan perasaan jatuh cinta tapi entah perasaan tidak enak dan Nicole mengakui jika feelingnya ada yang salah.
Nicole mencoba mengecek segala sosial medianya dan tidak terjadi hal-hal yang menganehkan, kemudian dirinya memandangi foto-foto ketika bersama Jaysen, pemuda itu sangat tampan dan pintar, mengapa dirinya sebegitu dibenci oleh Sergio.
>> lockscreen ponsel Nicole
Akhirnya yang dilakukan gadis itu agar bisa tidur yakni memutar musik melalui spotifynya dan mendengarkan always milik Daniel Caesar.
Pukul 03.35 dini hari, Nicole terperenjat karena mendengar bunyi nada dering di ponselnya, dengan setengah mengantuk gadis itu membuka mata dan mendapatkan banyak sekali pesan dan panggilan telepon dari Kak Juliana, Sabrina, Hugo, dan Cassandra.
Semua pesan itu tujuannya sama yakni mengabari Nicole bahwa telah terjadi sesuatu pada Jaysen. Niki membulatkan mata kemudian berlari ke kamar mandi untuk bersiap, dengan memakai pakaian sederhana dengan tas kecil yang ia pakai.
Persetan dengan taxi di dini hari, gadis itu tidak bisa menemukan taxi yang masih on time saat ini, langsung saja dengan langkah lebar hingga membangunkan kedua orang tuanya, Niki menaiki sepedanya langsung berlari ke rumah sakit Winden untuk melihat kondisi Jaysen.
Gadis itu sampai pada rumah sakit dan langsung berlari tanpa memerdulikan bunyi gemuruh yang mengganggu perawat dan penjaga shift malam.
Kini Niki tau, alasan dadanya sesak dan feelingnya tidak enak sedari malam adalah mengetahui fakta bahwa Jaysen Fuchsia sedang kritis dan hampir kehilangan nafasnya.
Pandangan Niki buram akibat air mata uang ingin menggenang padahal dia masih berlari untuk sampai pada kamar inap Jaysen. Gadis itu berlari hingga tidak terkontrol sampai menabrak pria dewasa yang berdiri dengan raut wajah khawatir.
“Nicole?” panggilnya.
“Kak Jeremy... Jaysen? Jaysen masih bisa kan?” isak Niki, kini gadis itu tidak dapat menyembunyikan tangisannya lagi.
Ternyata di sana sudah ada mama Jaysen, Kak Jeremy, kak Julia, Hugo dan Sabrina. Kedua sahabat Jaysen langsung menemani Niki di sisiannya dan mereka menangis bersama, tetapi berbeda tangisan Niki sangat dalam dan sangat menyakitkan ketika didengar.
Melalui jendela kamar inap Jaysen, Niki dapat melihat banyak alat yang dimasukkan pada tubuh Jaysen kemudian dokter mencoba untuk mempacu jantung pemuda itu hingga beberapa kali percobaan.
Kemudian garis EKG pada alat di samping Jaysen yang awalnya masih menunjukkan bahwa pemuda itu masih ada, kini sudah berjalan lurus yang menandakan bahwa pemuda itu telah tiada.
Langsung saja Nicole masuk ke dalam rawat inap Jaysen dan menangis tersedu-sedu sembari berteriak, “Tidak!! Jaysen!! Ayo bangun Jaysen.. Dokter kekasih saya masih bisa diselamatkan kan? Dokter saya minta tolong sekali lagi dipacu jantungnya lagu dok, saya mohon...” ujar Nicole dengan tangisan yang menyakitkan.
“Kematian tuan Jaysen Fuchsia, 23 November 2022. Pukul 04.15. Saya pamit bapak, ibu semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan,” ujar dokter dengan menunduk kemudian seluruh ruangan terasa penuh oleh kesedihan.
Nicole tak henti-hentinya menangis dengan memeluk tubuh Jaysen yang sudah terbujur kaku dengan selimut yang dipakaikan sampai ke dada. Nicole dipeluk oleh Kak Juliana, sedangkan mama Jaysen berpelukan dengan anak pertamanya yakni Kak Jeremy.
Ternyata benar bahwa takdir kematian seseorang tidak bisa ditunda oleh siapa pun yang meminta itu pada Tuhan, kini Niki hanya bisa pasrah dan ikhlas menerima takdir yang diberikan oleh Tuhan akan hubungan mereka berdua.
Seluruh keluarga Jaysen keluar dari ruangan dan para perawat sedang mengurus jenazah Jaysen, ternyata di depan ruang rawat Jaysen sudah ada Sergio dan Cassandra. Sergio menangis sembari memegang dadanya karena belum sempat meminta maaf pada sahabatnya sejak sekolah itu.
Kini Jaysen Fuchsia telah pergi, kembali pada Tuhan untuk mendapatkan kebahagiaan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
all the bright places ✔️
Romancegoodbye, nichole ft. park jongseong (jay) & ning yizhuo (ningning) & park sunghoon. #angrybao feat #wangice