🦋 - lost

137 23 0
                                    

Keduanya, masing-masing dari Nicole dan Sergio telah kembali ke venue. Nicole telah melihat ketiga temannya yakni Mike, Hugo, dan Sabrina yang sudah bersiap untuk pulang, venue sudah bersih, barang-barang mereka juga sudah diangkut oleh mobil barang.

Kemudian delik mata Sergio masih menatap Gabriel yang masih menunggunya. Tetapi, keduanya sama sekali tidak menemukan presensi Jaysen di sana.

“Sudah bersiap akan pulang? Aku ambil barangku dulu,” ujar Niki pada ketiga temannya yang menatapnya tak lekang sejak Nicole berjalan bersama Sergio dari arah belakang venue.

“Nik, tas kamu sudah dikemas di sini,” ujar Mike kemudian Niki mengambil tasnya.

“Oh ya? Siapa yang membereskan? Aku minta maaf tadi—”

“Jaysen,” ucap Sabrina tiba-tiba memotong ucapan Nicole membuat gadis berambut coklat itu memilih mengalah.

Bahkan Nicole merasakan semburat kebencian dari wajah milik Sabrina, memang gadis itu memiliki sikap jutek, bahkan pertama kali Jaysen ingin mendekati Nicole pun, Sabrina nampak tak setuju.

“Dimana dia?” tanya Nicole.

“Sudah pulang lebih dulu, kau ditunggu sangat lama sekali,” jawab Sabrina kemudian dia berjalan lebih dulu.

Nicole menunduk kemudian melirik ke arah Sergio yang berbincang dengan Gabriel, kemudian dirinya mengikuti ketiga temannya untuk pulang.

Sesampainya di mobil Mike, Sabrina mencegah Nicole untuk ikut masuk, “Eum Niki.. Maaf tapi kamu bisa tidak pulang bersama Sergio saja? Mobil Mike full barang-barang kita,”

Hal tersebut membuat Nicole kaget, dia bertanya-tanya bukannya kelompok mereka sudah menyewa mobil barang? Mengapa barang-barang menjadi ditaruh di mobil Mike, berarti tadi apakah Jaysen pulang sendirian dengan menaiki mobilnya.

“Aa.. Ya.. Okay maaf teman-teman, hati-hati di perjalanan ya, terima kasih,” salam Nicole kemudian hanya dibalas oleh Hugo dan Mike, kecuali Sabrina.

Kemudian Niki melihat mobil Mike berjalan menjauhi dirinya, ia masih diam dengan tatapan kosong melihat teman-temannya yang entah langsung berbeda dengan sebelumnya, membuat Niki berpikir ia barusan melakukan tindakan apa sehingga membuat dirinya seperti diasingkan.

Apakah kegiatannya dengan Sergio memunculkan kemarahan dari mereka? Apakah mereka mengintip? Niki tak yakin karena dirinya merasa dengan Sergio ketika di dekat danau memang tidak ada siapa-siapa selain mereka.

Insiden ciuman itu bahkan Niki tidak menginginkannya, semua berjalan karena Sergio. Niki benar-benar ngeblank kala itu, dan Jaysen? Tidak biasanya dirinya langsung meninggalkan Niki tanpa pamit bahkan pemuda itu sama sekali tidak mengiriminya pesan jika pemuda itu sudah sampai rumah.

Lamunan dan semburat sedih dari wajah Nicole dibuyarkan oleh Sergio yang memanggilnya, kemudian pemuda tinggi itu menghampiri Niki dan menggenggam tangannya untuk diajak menaiki mobilnya, dan sayangnya Niki sama sekali tidak berontak.

*********************************************************

Keesokan harinya, Niki terbangun dengan mata sembab dan pikiran yang berkecamuk, perasaannya tiba-tiba mengganjal seperti sesak di dada, dirinya sudah lama tidak mengalami perasaan itu sejak kejadian kakaknya yang meninggal dunia akibat kecelakaan.

Dan kini Niki merasakannya sekali lagi, ia terbangun buru-buru mengecek ponselnya, sama sekali tidak ada pesan terbaru yang istimewa, Niki tersenyum kelu ketika melihat pesannya sama sekali tidak dibalas oleh Jaysen, bahkan dibaca saja tidak.

Niki bertekad bahwa nanti ketika sudah di kampus, ia harus berbicara dengan Jaysen mengenai keanehan pemuda itu sejak tadi malam.

Kelas pertama dilalui oleh Nicole dengan baik, dirinya mampu menjawab soal karena ada kuis dadakan, setelah selesai kelas, kedua netranya mengedar untuk mencari keberadaan pemuda Fuchsia itu tapi sama sekali tidak ada.

Bahkan Niki juga tidak menemukan sosok dua sahabat Jaysen di area kampus, yakni Hugo dan Sabrina. Makan siang Niki dilaluinya dengan kesendirian dan kesedihan, dadanya sesak, mengapa semua orang suka sekali meninggalkannya.

Cassie salah satu sahabatnya pun kini nampak acuh terhadap dirinya dan lebih memilih berteman dengan Katty dan Gabriel, sedangkan Sergio juga ikut di sana.

Di tengah kesendirian Niki memakan makan siangnya di kantin, tiba-tiba ada Lily yang menghampiri Niki dan duduk di depannya. “Halo Nicole?” sapa Lily.

“Hey..” jawab Niki.

“Sendirian? Dimana kekasihmu itu?” tanya Lily dengan wajah tengilnya.

Niki terkekeh, “Siapa memang? Aku tidak memilikinya,”

“Sergio? Atau Jaysen? Dimana mereka? Mengapa membiarkan gadis secantik kau makan sendirian di kantin,”

“Anyway.. Mereka bukan kekasihku,” jawab Niki sekenanya.

“Ayolah Nik, aku menghampirimu bukan ingin meledekmu atau mencari bahan gosip, tapi aku ingin bertanya, dimana Jaysen? Mengapa tidak mengikuti kelas pertama tadi? Padahal aku ada kelompok kuis dengannya,” ujar Lily serius.

“Benarkah? Bahkan Jaysen tidak masuk kelas pertama?” bingung Niki.

“Yeah, maka dari itu, dimana dia? Jika kau ada kabar tolong hubungi aku ya, Mr. Andy memberiku tugas kelompok dengan Jaysen soalnya, aku lanjut kelas dulu ya Nik, bye..” pamit Lily buru-buru yang seketika membuat Niki kebingungan.

Ada apa dengan Jaysen Fuchsia? Semenjak mereka mengenal dengan intens, pemuda taurus itu sama sekali tidak pernah bolos, bahkan pemuda itu sangat bersemangat untuk kuliah hingga selalu menyemangati Nicole.

Nicole merasakan dadanya sakit, seperti ada perasaan tak enak ketika memikirkan Jaysen.

all the bright places ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang