• SEUNGCHEOL ADIL SANGKALA

223 23 56
                                    

2017, Februari.


"—penjajahan itu bisa terhenti, ketika dalam senyap, munculah perang gerilya. Perang yang dipimpin oleh beliau, yang mana pada saat itu tengah memiliki masalah pada paru-parunya, tetapi bisa memimpin tanpa lengah. Beliau menaiki bukit demi bukit, untuk menyergap sebelum fajar. Pada saat itu terjadi..."

Seungcheol Adil Sangkala, saat itu, benar-benar tak fokus untuk mendengarkan apa yang tengah dijelaskan oleh sosok yang duduk di sampingnya.

Di sebuah salah satu ruang diskusi, yang berada di perpustakaan kota tersebut, mereka tengah saling mempelajari buku-buku yang ditumpuk di hadapan mereka. Namun Seungcheol benar-benar teralih. Jelasnya terpesona oleh bagaimana sosok di sampingnya itu memiliki eksistensi di dunia ini.

Lelaki yang seumur dengannya.

Sosok lelaki yang pertama kali Seungcheol lihat... begitu mempesona untuknya.

Tak lain adalah Jeonghan, namanya, yang menghentikan penjelasannya untuk melirik pada Seungcheol. Perlahan, senyumannya merekah, untuknya sedikit memiringkan wajahnya. "Adil, gak fokus lagi?"

"Ah, sorry." Seungcheol meringis sebelum mengangkat sedikit wajahnya sambil menahan kekehan. "Tadi kepalaku agak... ya gitu lah..."

"Gitu gimana?" Jeonghan bertanya pada sebelum terkekeh kecil. "Katanya mau belajar sejarah, hm? Tiga kali seminggu loh, kamu selalu nyempetin waktu buat belajar sejarah di sini."

Sebenarnya jika boleh jujur, itu hanya alibi.

Ah, tak sepenuhnya.

Seungcheol memang tertarik pada sejarah dan tetap seperti itu.

Yang membuatnya sedikit berbeda adalah, pustakawan yang membantunya untuk belajar. Seorang pustakawan yang tak menempuh pendidikannya terlebih dahulu, lantaran perpustakaan kota ini memang diurus oleh orang tuanya. Jadi, pustakawan itu lebih memilih sebuah kehidupan tenang dikelilingi buku-buku, dan mengenal dunia dari buku-buku tersebut, bukan dengan terjun pada dunia lebih dahulu.

Seungcheol sangat menghormati pilihannya.

Lagipula... dunia terlalu jahat untuk sosok semurni Jeonghan.

Seungcheol menatapnya dengan seksama, sebelum tiba-tiba berbisik tipis sambil tersenyum kecil. "Rambut kamu udah panjang."

"Ah!" Jeonghan terkesiap, untuk menyentuh rambut hitam pekat sebahunya kemudian. "Iya... aku juga mikirin itu tadi pagi. Kayaknya rambutku kepanjangan. Mungkin nanti, selepas dari sini, aku potong rambut."

Sontak Seungcheol menggelengkan kepalanya. "Jangan."

"Jangan?" Jeonghan mengernyit bingung. "Tapi--"

"Coba ikat setengah."

Jeonghan menjadi semakin bingung. "Ikat setengah? Maksudnya?"

"Ini... sorry," Seungcheol meminta izin sekilas, pada laki-laki yang sudah dikenalnya sejak tiga bulan lalu. Untuknya kemudian menyentuh bagian depan kiri dan kanan wajah Jeonghan, dan menariknya lembut agar sosok itu bisa melihatnya. "Ambil sedikit dari depan kanan dan kiri, terus ikat ke belakang."

Hal itu membuat Jeonghan mengangguk paham, sebelum melemparkan senyuman sangat lembut pada Seungcheol. "Ah... paham. Thanks, Adil."

Seungcheol tercekat, pada napasnya, bersamaan dengan pipinya terasa panas.

Segera Seungcheol mengalihkan tatapan, untuk berdeham, kembali pada buku di hadapannya, dari banyaknya bertumpuk di atas meja mereka. "Ya, sama-sama, Jeonghan... ayo bantu aku belajar lagi."

ARCHIVE - SEASON 2 (OCTAGON UNIVERSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang