2023, April.
Setelah Hajoon Norman pergi meninggalkan koridor, usai diminta Woobin Antasena Prananto untuk mengikutinya, keadaan kelima orang tersebut tampak lebih kacau dari sebelumnya. Seolah mereka menahan kuat, berpura-pura tak kacau, padahal sangat kacau, terlebih dengan keadaan yang terpisah.
Bagaimana tidak? Lima berada di sini, yang lain berada di rumah sakit lain. Sedikit mengerikannya, Hongjoong Rastafara dan Seonghwa Nial Angkasa terpisah. Entah bagaimana reaksi dari keduanya setelah terbangun nanti.
Jongho Madaharsa Guntur, masih berjalan bolak-balik. Harap cemas, tak tertahankan. Kekasihnya terluka, sosok yang ia anggap kakak pun demikian. Untuk mencerna saja, rasanya masih kesulitan.
Di posisinya Juyeon Cakrananda hanya mengeraskan rahang sesekali. Berusaha menjadi yang paling dewasa diantara keempat lainnya sembari menyesali, mengapa dirinya terlalu lambat untuk menyadari bahwa ada kemungkinan, Hongjoong akan menghilang karena hal bersangkutan dengan Dion.
Selagi Yeosang Galavano juga harap cemas dan merasa perlu menemani Jongho, tetapi tak sampai keinginannya. Terlalu malu dan takut untuk memulai. Di sisi lain sebenarnya Yeosang juga ingin mencapai satu lainnya tetapi sudah berada di tangan yang tepat; teman baiknya.
Adalah Wooyoung Bajradaka Gema, yang memperhatikan dengan khawatir bagaimana sosok itu berjalan maju dan mundur juga, tetapi lebih agresif.
Karena memang Desanrio Adjie Pangestoe sama sekali tak bisa bohong, bahwa suhu tubuhnya memanas sejak menginjakan kaki di Rumah Sakit Armada International ini. Kepalanya sangat pening dan dadanya terasa sangat, bahkan begitu sesak.
Hingga kemudian, San, terjatuh sendiri—tak kuat menumpu beban tubuhnya sendiri, sampai membuat mereka di sana tersentak dan menjadi panik. Terlebih melihat bagaimana San menekan dadanya, pupilnya mengecil, dan detak jantungnya meningkat.
Seluruhnya tak paham, hanya Wooyoung yang tahu.
Yang paling bergerak lebih dahulu, mendahului Yeosang juga Jongho, adalah Juyeon. Juyeon langsung menangkup wajahnya, untuk mendapatkan fokusnya. "Lo kenapa? Lo kenapa?"
Tentu San tak bisa menjawab.
Walau masih kesal terhadap sosoknya, Juyeon langsung bertanya pada Wooyoung. "Kenapa? San kenapa?"
Jelas, pertanyaan itu tak bisa dihindari, terlebih ketika mendengar suara napas San semakin berat dan berantakan.
"Wooyoung!"
"O-orang tua San... dulu... di sini..." Wooyoung mencoba menjawab semampunya, mencoba menebak, yang dirinya yakin mendekati tepat.
Langsung mengumpat, Juyeon segera meraih lengan San dan merangkulkannya di bahu. Kemudian Juyeon segera memapah San untuk menjauh keluar dari koridor, pun keluar dari bangunan rumah sakit.
Wooyoung tampak bingung harus melakukan apa.
Sehingga Yeosang, langsung menunjuk, memintanya untuk pergi mengikuti juga. Sembari dirinya berucap, "sambil beli air dulu."
Hal itu disetujui oleh Wooyoung, yang mengangguk, kemudian melesat pergi untuk melakukannya. Meninggalkan bagaimana Yeosang, yang perlahan melirik ke arah Jongho, yang mengusap wajahnya secara perlahan.
Yeosang melihatnya sangat iba, benar-benar ingin membantu, walau sekilas, hanya setipis saja, ada rasa nyeri karena ini tentang Nagyung Cecilia Prananto. Tetapi Yeosang harus sadar diri, terlebih, dirinya yang membuang, bukan Jongho.
Perlahan, Yeosang mencoba mendekat padanya. Berusaha tak memikirkan apapun selain hal ini.
Tetapi Jongho menolaknya dengan cara memundurkan tubuh sambil mendesahkan napasnya.
Yeosang, bukan tipe yang bisa berusaha.
Selagi Jongho memalingkan wajah, dan merasa, memang tak ada usahanya.
Padahal diantara mereka, belum benar-benar selesai pada masalahnya.
.
.
.
"Tarik napas... pelan aja, tarik napas..."
Juyeon mengatakannya sembari mengusap dada San berulang, sesampainya mereka di area luar rumah sakit yang sepi tersebut. Juyeon berusaha melakukan apapun yang bisa dipikirkannya saat itu.
Di saat San memejamkan matanya sesekali, sembari menumpu kedua tangannya pada lututnya sendiri. San kesulitan untuk melakukannya, semua terasa memberat dan matanya tiba-tiba berkunang-kunang.
San tak pernah tahu reaksinya akan seperti ini.
Kematian kedua orang tuanya memang menyakitkan. Tetapi yang terjadi sekarang ditambah faktor pemberat lain. Tak lain adalah ketika dirinya tahu, Arin dan kedua orang tuanya dibunuh oleh lingkaran dalam, lalu seluruh kekacauan sekarang pun karena lingkaran dalam, dan dirinya berakhir dengan berdiri lagi di tempat yang sama dengan kematian orang tuanya, membuatnya sangat terbebani. Seperti ditekan sangat kuat, sampai menusuk ke kepalanya.
Kedua mata San memerah, lehernya terasa tercekik juga.
Saat itu, Wooyoung datang tergesa, membawa sebotol air. Segera Wooyoung memperlihatkannya pada Juyeon yang menyadari kedatangannya, untuk membantu meluruskan tubuh San kembali.
Wooyoung membuka botol dan hendak untuk membantu meminumkannya, selagi Juyeon mengusap dadanya lagi.
"Minum dulu, San. Ayo, minum dulu."
Kalimat Juyeon di telinga San juga terdengar berdengung, tak jelas. Juga dengan apa yang dilakukan Wooyoung, yang pindah ke hadapannya, untuk membantunya. Hanya saja, San masih sulit.
"Lo minum dulu." Juyeon agak memaksa.
Tetapi San perlahan melirik keduanya bergantian. "Gue... hahh... gue... g-gimana... Hongjoong... S-Seonghwa... Nagyung hhh... Hongjoong kenapa... b-banyak darah... mereka dibunuh?"
"Pikiran lo berantakan." Wooyoung berucap, sangat panik, sampai membuatnya hampir menangis. "Please, San. Minum dulu."
San gemetaran—tubuhnya tak bisa ditahan.
Dengan itu, Juyeon melakukannya sendiri, dan Wooyoung harus memaksa San untuk meminum airnya.
Walau sulit, San mulai meneguk air tersebut.
Bersamaan dengan langkah agak tergesa terdengar dari belakang. Juyeon dan Wooyoung melirik lebih dahulu, lalu diikuti San yang masih melebarkan kedua bola matanya, seolah tak ingat untuk berkedip.
Yang muncul adalah Hajoon.
Begitu San melihatnya, dirinya seolah menarik tubuh sendiri, dengan tatapan yang nanar secara drastis.
Seketika, Hajoon yang sesaat terhenti, langsung mendekat dan membuka satu lengan padanya. Di mana San langsung menghambur masuk ke dalam pelukannya, lalu runtuh menangis sejadinya. Tak ingat akan apapun, tak memedulikan akan apapun. San langsung runtuh dengan tangisan yang menyakitkan dan menyesakkan.
Juyeon dan Wooyoung tak tahu, sejauh apa kedekatan San dengan Hajoon. Namun jika sekiranya, Hajoon-lah yang San butuhkan sekarang, keduanya, memundurkan langkah, dan membiarkannya.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Sedih :( yuk ke esce~
s.id/luxor
s.id/au-octagon
Ayo tinggalkan pesan di secreto, it will help me a lot! Please?
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Octagon.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2023 © luxoreitijeu
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHIVE - SEASON 2 (OCTAGON UNIVERSE)
FanfictionJANGAN MEMBACA ARCHIVE JIKA BELUM TAMAT OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL. WARNING!! BERISI PENUH SPOILER!! Hanya penggalan spin-off dari para karakter di Octagon.