2023, April.
Begitu Hongjoong Rastafara, yang jatuh tak sadarkan diri, berlumuran darah, dibawa ke Unit Gawat Darurat, pun sang adik yang tengah dalam keadaan shock dan terluka, Nagyung Cecilia Prananto, langkah seorang Woobin Antasena Prananto terhenti.
Terhenti begitu saja di lorong Rumah Sakit Armada International, yang posisinya berjarak sekitar tujuh kilometer dari tempat kejadian. Sedangkan setahunya, anak dari sang pemilik perusahaan game itu dibawa ke Rumah Sakit Bukit Baru, yang jaraknya sekitar empat kilometer dari villa di kaki gunung tersebut. Di mana, Seonghwa Nial Angkasa pun dibawa ke rumah sakit tersebut, lantaran membutuhkan penanganan lebih cepat dari kepalanya yang terluka.
Tetapi di sinilah Woobin sekarang, menggantikan sang ayah yang pergi ke suatu ruangan di rumah sakit ini untuk menemui seseorang, begitu memastikan anak-anaknya ditangani, dari kedua sosok yang masih tampak seperti anak kecil di matanya. Terlebih untuk Nagyung yang tak pernah ia lihat sepanjang hidup, selain dari informasi, juga internet.
Woobin langsung menghampiri seseorang, yang juga ikut ke rumah sakit, selain dengan beberapa remaja lain, yang diketahuinya sebagai teman dari sang anak lelaki. Karena Woobin hanya mengajaknya pergi, untuk meminta sosok itu mengikuti, dan meninggalkan mereka yang masih panik dan khawatir.
Adalah Hajoon Norman, yang meminta lima orang yang bersamanya tersebut untuk menunggu, selagi dirinya mengikuti permintaan Woobin, yang dirinya tahu siapa.
Adik dari ayahnya Hongjoong, yang dikatakan hilang selama bertahun-tahun lamanya.
Buktinya, berada di sini, menampakan diri, walau memang baru melepas helmetnya ketika sampai di rumah sakit. Seolah memang menutupi sesuatu.
Woobin membawa Hajoon ke satu taman rimah sakit di dalam bangunan, walau sebenarnya bisa dikatakan area luar juga karena memiliki langit malam sebagai langit-langitnya. Tak ada siapapun di sana sekitar pukul satu malam lebih tersebut, sehingga Woobin merasa, ini tempat yang tepat untuk bicara dengannya.
Di sana keduanya bertatapan, sejenak.
Sebelum Woobin menarik napasnya pelan, kemudian berucap. "Saya bicara untuk memperingati, untuk tidak memposisikan keponakan saya dalam bahaya seperti ini lagi saat diri Anda menjadi seorang manajer untuk bandnya."
Sejujurnya, Hajoon tak tahu harus menjawab apa diantara banyaknya rahasia yang ia pendam, dengan bagaimana perjanjian pengabdian yang baru saja Hongjoong berikan.
Terlambat, Hajoon ingin mengakuinya.
Namun di sini, Hajoon harus tetap berada di pihak lingkaran dalam, walau memang dirinya sendiri sudah mengurus Hongjoong, lebih dalam dari hanya sekadar menganggapnya anggota.
"Saya tak peduli, dari angkatan berapa Anda, dari keturunan siapa Anda, atau bahkan kedudukan anda di lingkaran dalam itu sendiri." Kalimat Woobin tegas, tetapi lelaki tersebut mengatakannya dalam senyuman. "Tetapi jika semua omong kosong ini mampu menyelakai keponakan saya lebih jauh, dengan menggunakan cara licik, maka kami, tak akan tinggal diam."
Hajoon tak akan membela diri, hanya penasaran pada satu hal. "Mengapa kalian membiarkan Rastafara masuk ke lingkaran dalam? Masih banyak cara untuk menghentikannya. Salah satunya tak menyia-nyiakan bakatnya untuk mengambil kuliah di luar Negeri usai lulus SMA."
Sontak, Woobin terkekeh tanpa membuka mulutnya. Hanya satu hal, yang memang sering sekali, orang-orang pertanyakan, usai mereka tahu, bahwa Hongjoong berada di sana. "Anda tidak akan ingin tau tentang ini."
"Itu langkah yang buruk, di saat Prananto sendiri sadar bahwa posisinya akan membahayakan anaknya sendiri." Hajoon mengatakannya dengan lurus dan tenang, tanpa mau menunjukan, bahwa dirinya justru khawatir di sana.
"Sebenarnya apa yang kalian semua cari dari keluarga kami?" Woobin mengalihkan pembicaraan.
Hajoon menjawab semampunya. "Masalah dari Prananto hanya pada beberapa orang saja di lingkaran dalam. Hanya saja, mereka yang bermasalah adalah mereka yang berpengaruh, jadi banyak yang memihak, untuk menunjukan kesetiaan."
"Anda." Woobin tersenyum lagi. "Di manakah Anda?"
"Tak perlu dipercayai, tetapi saya tak akan keluar sementara dari posisi saya sebagai dokter, hanya untuk mengurus Rastafara." Hajoon menjawab. Tak berniat membentuk aliansi, Hajoon sendiri akan tetap patuh pada akar miliknya. Hanya menunjukan sedikit, yang terjadi. "Untuk menjaganya agar tidak terlalu jauh untuk dibenci. Bisa dikatakan berhasil. Namun sekarang, dirinya bukan target untuk dibenci."
Woobin menunggu lanjutannya.
Selagi Hajoon menjawab dengan tenang. "Saya mungkin bisa menjadi musuh kalian suatu hari nanti, tapi saya bisa memperingatkan sesuatu bahwa Rastafara telah menjerumuskan dirinya sendiri dalam kesialan."
Ada anggukan pelan dari Woobin.
Hajoon melanjutkannya. "Rastafara itu hampir dibunuh, Anda tau?"
"Terhitung dari Oktober sampai Februari lalu." Woobin mencoba mengeluarkan semua dari ingatannya. "Dua puluh satu kali diawasi dan diikuti. Enam kali percobaan nekat dan tak ada yang berhasil."
Sedikit pupil mata Hajoon melebar, karena justru, dirinya yang tak tahu sedetail itu. Dikarenakan bukan dirinya yang berurusan dengan hal-hal semacam ini.
"Bukan. Bukan karena kalian melindungi." Woobin bicara untuk memutus pemikiran Hajoon. "Kami, yang bergerak lebih dahulu, untuk membunuh para pembunuh bayaran itu."
Hajoon memalingkan wajah untuk menutupi keterkejutannya.
Selagi Woobin merogoh saku celananya, terkekeh pelan. "Tenang saja. Jikalau sebagian dari kalian menganggap Rastafara berharga, karena dia bisa dan mampu melakukan apapun, apalagi kami yang merupakan keluarganya?"
Hajoon kembali melihat ke arahnya.
"Misalnya kalian akan tetap memposisikan dia di posisi paling sulit sekalipun," Woobin menghentikan sejenak.
Di sana, Hajoon bisa melihat, lelaki itu mengeluarkan satu kotak kecil berisi permen butir, berwarna merah.
Woobin melanjutkan sembari membuka penutupnya. "perlu kalian tau, Rastafara itu, tak pernah berkhianat."
Tak ada balasan dari Hajoon.
"Saat kalian menganggapnya anjing yang setia, kalian lupa, bahwa kalian hanya pemilik angkatnya." Woobin menadahkan satu tangannya sendiri, untuk mengeluarkan beberapa butir permennya, sembari tersenyum. Lalu Woobin memasukkannya ke dalam mulut sekaligus, untuk kembali menatap Hajoon, tanpa sedikitpun mengendur, walau tampak begitu ramah di posisinya. "Bukan keluarga sesungguhnya."
Lanjutan kalimat itu membuat Hajoon tahu bahwa satu-satunya cara agar Hongjoong aman adalah bersama keluarganya. Tetapi bagaimana memberitahu mereka bahwa Hongjoong telah berurusan dengan sang ketua 25, yang mana, jikalau para pihak lebih tinggi itu sudah turun, tak ada lagi yang bisa Hajoon lakukan untuk membantu.
Nyatanya Woobin sangat tak terusik, hanya menyodorkan kotak permennya, pada Hajoon kemudian. "Permen?"
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Darah lebih kental dari pada air.
s.id/luxor
s.id/au-octagon
Ayo tinggalkan pesan di secreto, it will help me a lot! Please?
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Octagon.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2023 © luxoreitijeu
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHIVE - SEASON 2 (OCTAGON UNIVERSE)
FanfictionJANGAN MEMBACA ARCHIVE JIKA BELUM TAMAT OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL. WARNING!! BERISI PENUH SPOILER!! Hanya penggalan spin-off dari para karakter di Octagon.