2018, Maret.
Ketika melihatnya datang dengan sebuket besar bunga baby's breath, Suzy Aura Safina tak bisa menyembunyikan senyumannya. Walau menutup mulutnya dengan satu lengan, tetap saja terlihat, bahwa ia terharu, melihat sosok itu muncul di hadapannya, selepas ia keluar dari rumah sakit, tempatnya baru melalukan salah satu tes.
Rasanya Suzy hampir menangis, tepat ketika Seungwoo—yang datang—langsung membuka satu lengan, untuk memberikannya pelukan.
"Sulit banget, ya?" tanya Seungwoo dengan sangat lembut. "Kamu sudah berjuang keras. Aku bangga sama kamu."
Air mata itu jatuh, ingin menangis haru, tapi Suzy menutupnya dengan kekehan. "Hasil gak tidur berminggu-minggu tapi mereka semua puas sama laporanku..."
"Makanya aku bangga banget sama kamu." Seungwoo mengusap punggung Suzy lembut, mengecup kepalanya pelan, sebelum meliriknya. "Pindah dulu yuk, ke mobil? Panas nih cuacanya, tumben. Biar kamu bisa nangis juga."
Suzy melepaskan pelukan lebih dahulu.
Sehingga Seungwoo bisa melihatnya dengan jelas, untuk memberikan buket bunga tersebut padanya.
"Aku gak mau nangis, ya." Suzy berucap, memukul lengan Seungwoo sekilas, sebelum menerima buket bunganya kemudian. "Makasih."
Seungwoo memberikan usapan di kepala lagi, menandakan bahwa buket bunganya bukanlah apa-apa dibanding kerja keras Suzy sendiri.
Keduanya pun mulai berjalan, menuju parkiran, sembari Suzy mencoba menghirup buket bunga tersebut, secara refleks. Selagi Seungwoo menuntunnya berjalan, dengan menyentuh punggungnya, memastikan langkah mereka aman melewati adanya mobil masuk dan keluar di area halaman parkir liar tersebut.
Sesampainya di mobil milik Seungwoo, Suzy dalam balutan jas putihnya masuk ke dalam setelah pintu dibukakan. Seungwoo menutup pintunya, memutari kap, menuju ke bagian kemudi dan juga masuk ke dalam.
Suzy tersenyum lembut, sebelum menaruh buketnya di atas pangkuan. "Kamu sendiri gimana? Aman?"
"Lancar, kok."
Jawaban dari Seungwoo membuat Suzy memiringkan arah tubuhnya, untuk menatapnya lebih jelas. Tangan kanan Suzy terulur, untuk menyentuh pelipis, turun ke pipi sang kekasihnya di sana. "Kamu hebat... aku yakin kamu pasti bisa."
"Ini hari kamu, loh." Seungwoo menyentuh tangan Suzy di wajahnya, untuk mengecupnya dengan lembut, pada punggung tangannya. "Kita ngomongin tentang kamu aja, ya?"
"Gak bisa..." Suzy menggelengkan kepalanya. "Ini hubungan di mana isinya ada kita berdua. Kamu dukung aku terus buat jadi dokter forensik. Aku juga di sini dukung kamu terus buat jadi dokter jiwa."
Terlihat, Seungwoo tersentuh dengan ucapan Suzy. Sampai membuatnya tak bisa mengatakan apapun, selain menciumi punggung tangan ramping tersebut secara berulang kali.
Selagi Suzy, menatapnya dengan bahagia. Sangat bahagia sekali. "Inget gak, lusa hari apa?"
"Hari Sabtu."
Jawaban Seungwoo membuat senyuman Suzy hampir turun.
Segera Seungwoo terkekeh lembut, untuknya menarik diri mendekat, sembari mengaitkan jemari mereka kemudian. "Anniv kita yang ke 4 tahun, sayang. Aku gak lupa kok."
Suzy langsung cemberut, pura-pura kesal. "Jangan bikin aku mikir kamu lupa loh..."
"Gak mungkin." Seungwoo tersenyum sangat lembut, untuk menarik dagu Suzy dengan tangannya yang bebas, dan memberinya satu kecupan lembut di bibirnya. Sesaat, kemudian menarik diri lagi. "Kamu mau nikah sama aku gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHIVE - SEASON 2 (OCTAGON UNIVERSE)
FanfictionJANGAN MEMBACA ARCHIVE JIKA BELUM TAMAT OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL. WARNING!! BERISI PENUH SPOILER!! Hanya penggalan spin-off dari para karakter di Octagon.