• Menjadi Akrab

192 21 49
                                    

2021, Desember.


"Heh!"

Panggilan itu diserukan oleh Juyeon Cakrananda, yang tengah berbaring telungkup di sepanjang sofa apartemen, selagi sang pemiliknya tengah sibuk di hadapan laptopnya, duduk menghadap meja di ruang tengah tersebut.

Sebenarnya Juyeon sudah tak ada kelas. Itu adalah alasan mengapa ia datang berkunjung—atau mengekor untuk ikut pulang jelasnya.

Pada apartemen baru dari Yunho Levi Jenandra, yang baru saja diketahuinya, kemarin.

Ah, sulit untuk dikatakan, tetapi tempat ini memang terlihat mahal sekali. Semua perabotannya pun, tak mewah dan berlebihan, tetapi Juyeon tahu, semuanya kualitas terbaik.

Sedikitnya Yunho melirik.

Hanya untuk bertanya tanpa membuka mulutnya sendiri, pada sang kakak tingkat, walau jurusan mereka jelas berbeda.

"Gue bosen." Juyeon menggerutu, melirik layar ponselnya sekilas. "Lo ngerjain tugas apa sih?"

"MatKul Teknik Dasar Pemeranan." jawab Yunho, yang memilih kembali pada hal yang dikerjakannya. "Tugas akhir semester, Kak."

Juyeon mengangguk-angguk. "Waktu awal, yang jadi mentor lo siapa? Seonghwa, bukan? Itu loh, temennya Hongjoong."

"Kebetulan Kak Seonghwa jadi mentornya temen gue, Kak. Desan." Mencoba tetap bisa membagi fokusnya, Yunho mengembalikan jemari panjangnya untuk menari di atas keyboard. "Kalau gue sama Kak Saddam."

Secara tiba-tiba, Juyeon menarik bahu Yunho dari balik tubuhnya, untuk membuatnya menghadap kembali. "Serius?"

"Serius..." Yunho menjawab, agak kebingungan pun takut membuat kesalahan akan sesuatu. "Memang kenapa... Kak?"

"Gue yang jadiin Saddam budak, anjing!"

Sontak, Yunho membulatkan mata, sekaligus membalikan tubuh—walau tak sepenuhnya—pada Juyeon. "Loh? Beneran? Kak Juyeon disuruh jadiin budak cowok juga? Bukan cewek?"

"Iya. Bangsat." Juyeon mengumpat, menggerutu sebelum mendudukan tubuhnya, untuk bersila di atas sofa tersebut. Di mana dirinya mendapatkan topik untuk dibicarakan. "Saddam Wano, 'kan?"

Yunho mengangguk-angguk.

Hal itu membuat Juyeon agak terkekeh, sebelum mengedik padanya. "Gimana dia? Gue dah lama gak lihat."

"Justru Kak Saddam baik banget, dan hidupnya santai. Bikin gue gak tau kalau dia budak." ucap Yunho, masih agak kebingungan.

Maklum saja, ini baru tiga bulan dari resminya ia menjadi anggota lingkaran dalam.

"Ya, pasti sih..." Juyeon agak meringis, sembari bersandar untuk memikirkannya. "Saddam itu anak direktur Bank Independen. Saddam jago di field entertain; nah, angkatan 47 pengen nge-block dia."

"Jadi maksudnya...?"

"Biar dia tetap ngikut kerja bokapnya, si Saddam itu dijadiin budak. Jadi field buat ini aman." Juyeon menjelaskan sebelum menendang samar bahu Yunho—tak memakai tenaga berarti. "Lo nerima masuk lingkaran dalam buat ngewe doang, ya? Gue buat karir, anjing. Banyak dari kita yang mikirin karir juga, jadi ngejadiin budak tuh bukan buat ngewe, tapi buat di block masa depannya dia."

"Jadi lo... megang nyawanya... Kak Saddam, dong?"

Juyeon mengangguk-angguk, sebelum agak meringis pelan memikirkannya. "Si Hyungwon sama Hyojong agak kejam sih, waktu itu. Gue disuruh nge-frame pake drugs juga. Ya, yang pasti, Saddam nanti setelah lulus gak akan bisa lepas dari urusan keluarganya, kalau gak mau hidupnya dirusakin."

ARCHIVE - SEASON 2 (OCTAGON UNIVERSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang