• Malam Hari di Taman Kota Pt. 1 [7/8]

180 24 53
                                    

2022, Juli.



"Gak ada yang boleh nyentuh Yeos--heh! San!!"

Kalimat itu dilontarkan oleh Wooyoung Bajradaka Gema dengan cukup keras, begitu melihat bagaimana Desanrio Adjie Pangestoe berniat untuk merebut Yeosang Galavano dari kaitan lengannya. Wooyoung langsung melotot memperingatinya, sebelum berjalan dengan cepat, membuat Yeosang yang terkekeh bingung karenanya.

Hal itu membuat Hongjoong Rastafara menarik kerah baju lelaki tersebut, untuk kemudian dirangkulnya dalam langkah mereka di malam itu.

Hasilnya, keduanya disusul oleh bagaimana Seonghwa Nial Angkasa yang berlari dalam seruan, melihat ada sebuah booth yang didominasi dengan warna merah. Membuatnya tahu bahwa tempat tersebut menjual stroberi.

Langkah mereka juga disusul oleh Yunho Levi Jenandra yang merangkul Mingi Dimarasetya, dalam pembicaraan mereka berdua--tak lain adalah tentang permainan konsol yang sering mereka berdua lakukan.

Malam itu ada sebuah festival di taman kota.

Ketujuhnya, yang sudah berteman, terbilang akrab tersebut memilih untuk menghabiskan waktu mereka bersama. Untuk merayakan satu hari di mana adalah sebuah acara bulanan di ibukota. Ada beberapa pertunjukan--mulai dari live music resmi, sampai busking--lalu banyaknya booth yang dibuka pun banyaknya orang-orang yang memamerkan komunitas mereka.

Perbedaannya di bulan ini adalah, Juli termasuk bulan libur untuk seluruh pelajar, baik mereka yang pelajar biasa, maupun mahasiswa. Sehingga tempat ini begitu penuh, oleh para anak muda.

Saat itu, San melirik Hongjoong dengan keluhan, menginginkan untuk ikut mengeluarkan energinya bersama yang lain. Namun saat itu, Hongjoong masih menahannya dalam rangkulan, pun malah menepuknya di perut sebanyak dua kali.

"What was that?" San membulatkan mata dan bergidik.

Selagi Hongjoong terkekeh sebelum menggelengkan kepalanya. "Adik gue mau kuliah di UBB, tahun ini."

"Lo puny adik?" tanya San langsung, penasaran.

Hongjoong terdiam sesaat, sebelum menatap ke arah depan. "Adik... bukan adik kandung sih."

"Ya udah, bagus dong?" San agak kebingungan dengan maksudnya.

Tetapi Hongjoong meliriknya, untuk menyampaikan yang dipikirkannya. "Gini... gue dengar dari Wooyoung, lo berdua tuh ngomongin tentang tinggal serumah, 'kan?"

"Bukan gue sama Wooyoung doang, tapi kita bertujuh." San mengoreksi.

Padahal begitu pula maksud dari Hongjoong. 

"Terus kenapa?" San melempar pertanyaan, sudah merasa lebih santai di langkahnya bersama Hongjoong yang tertinggal dari yang lainnya.

"Kalau misalnya jadi, adik gue ikut, ya?" Hongjoong menatapnya sebelum tersenyum dengan lurus. "Cowok juga kok. Gue gak enak aja, saat bokap sama nyokapnya nitipin dia ke gue, tapi gue malah ngacir tinggal gak sama dia."

San mengangguk walau agak meringis. "Ya, sebenarnya maksud gue tuh, karena kita bertujuh deket, jadi mending serumah. Tapi ya, kan adik lo bukan orang asing banget, kami juga bakal bisa nerima, jadi oke, aja."

"Oke, itu ngelegain." Hongjoong mengangguk, sebelum kembali menatap ke arah depan. Satu tangannya, mengusap bahu San secara berulang.

Entah mengapa, tetapi San melirik tangan Hongjoong secara horor, sebelum meliriknya kembali. "Lo homo, ya?"

"Gak tau." Hongjoong terkekeh dan berniat menjahili San karenanya. "Gue homoin lo, ya? Kering nih gue."

"Goblok." San bergidik ngeri. "Bilang ke Arin sana. Berani gak?"

ARCHIVE - SEASON 2 (OCTAGON UNIVERSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang