2017, May.
"We have this curse you know."
Kalimat yang terdengar itu membuat Hajoon Norman agak tertawa sembari sedikit menunduk, di tengah bagaimana dirinya memegang salah satu jas dari sekian yang menjadi pilihannya. Hajoon agak menggelengkan kepalanya, percaya bahwa dirinya harus mengabaikan hal tersebut.
Sedangkan Chandi Hakyeon Wongso, berdiri di sampingnya, sembari membantu untuk memilihkan, di ruangan penuh jas, untuk tamu VIP memesan.
Tepatnya, mereka sedang berada di salah satu butik besar yang terletak di kota lain, bukan di Ibukota. Kebetulan, kota kelahiran dari Hakyeon, di mana di hari sebelumnya saja, lelaki yang merupakan Ketua Lingkaran Dalam 34, dua tahun di atasnya tersebut mengajaknya untuk bertemu Minhyuk, sang adiknya. Sangat banyak, sejak Hajoon menjadi sangat akrab dengan sosok yang memang membantunya untuk menjadi Ketua Lingkaran Dalam 36.
Saat itu Hajoon melirik, tak menganggapnya serius. "What curse?"
"The wedding of The Inner Circle with an outsider?" Hakyeon mendekat, membawa satu setelan jas pada Hajoon, dan tengah menilainya jika dikenakan oleh lelaki yang tingginya sama rata dengannya itu. "Lo lihat sendiri, betapa banyak kegagalan dari pada pendahulu kita, jika berakhir bukan dengan seseorang dari almamater UBB, 'kan?"
Hajoon menatapnya dengan senyuman lurus, pinggulnya agak turun, dan lehernya, seperti bahasa tubuhnya mengatakan bahwa dia tak mempercayai bualan.
Sedangkan Hakyeon terkekeh, menggelengkan kepala lalu menyodorkan jasnya. "Just saying. Itu mengapa gue gak menikah dan cuma bakal fokus dedikasiin diri gue buat lingkaran kita tercinta ini."
"Kamu buat saya jadi ketua, tetapi tak rela adikmu jadi ketua." Hajoon menerima jas lainnya tersebut.
Hakyeon tertawa kemudian. "Hei, Si Formal! Gue gak mau kalau adik gue jadi ketua, karena gue tau anaknya agak tamak dan serakah. Kalau dia ngacau, gue paling kena, bukan ketua-ketua sebelumnya. Tapi kalau lo; gue tau lo punya potensi itu."
Dalam senyuman pahit, Hajoon membalas. "Potensi apa, sampai harus ngorbanin teman saya sendiri?"
"Cheer up, Norman." Hakyeon melihatnya masih tak rela bahwa teman terdekatnya sampai harus dirawat di rumah sakit jiwa. "Pikirin aja yang sekarang. Lo mau nikah bulan depan, dan gue turut senang sama lo. Dua dokter, bersatu. Wah, anak lo kalau bisa jangan dibawa kuliah di UBB, ya?"
Tak sadar bahwa pintu terbuka, menampilkan seorang perempuan yang umurnya tak jauh dari Norman, berdiri dengan sebuah gaun putih tanpa lengan, yang sederhana tak terlalu berlebihan, tetapi terlihat elegan untuknya.
Gaun pengantin itu, terlihat sangat cocok untuknya, yang diantar dua karyawan di sana, yang bertugas untuk membantunya sebagai asisten, dalam memilih pakaian.
Saat Hajoon menoleh, dirinya dibuat terpesona bukan main.
Tampak juga bagi Hakyeon, yang perlahan berjalan mendekat sambil memasukan satu tangan ke dalam saku celananya, sembari menunjuk sopan padanya. "Calon Nyonya Norman. Bagaimana? Sudah menemukan gaun yang tepat?"
"Ah, Kak Hakyeon." Perempuan itu tersenyum lembut, sembari tersipu malu. "Masih bimbang diantara dua. Ini mau tanya dulu sama Hajoon."
"Silahkan. Gue tinggal ke luar, ya? Mau nyebat." Hakyeon berucap, sembari melirik Hajoon, lalu tersenyum lagi pada sang perempuan berambut pendek sebahu tersebut. Sebelum kemudian Hakyeon mencapai pintu, dan kemudian keluar, bersama dengan dua karyawan tersebut ketika dimintanya, agar memberikan mereka waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHIVE - SEASON 2 (OCTAGON UNIVERSE)
FanfictionJANGAN MEMBACA ARCHIVE JIKA BELUM TAMAT OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL. WARNING!! BERISI PENUH SPOILER!! Hanya penggalan spin-off dari para karakter di Octagon.