2022, November.
"—kayak gak bisa, aja! Soalnya waktu gue berulang kali coba tuh, selalu ada sialnya. Misalnya tiba-tiba lepas roda, tiba-tiba patah. Gue tuh sampai mikir gue sial atau apa haha~ sampai gue bete banget, jadinya gue buang. Sampai sekarang, gak tau tuh kemana papan skatenya. Pokoknya gue buang aja."
Seluruh kalimat yang Wooyoung ucapkan di hadapannya sembari memeluk sebuah papan skate, membuat seorang Yeonjun Tamawijaya tak bisa berhenti untuk tersenyum. Melihat bagaimana seseorang sangat semangat untuk bercerita, menceritakan sesuatu, dari sebagian kecil kehidupannya, membuatnya sangat bahagia. Bahkan rasa hangat, menyelubungi hatinya, begitu saja.
Padahal... seharusnya Yeonjun tak boleh merasakan ini, bukan?
Merasa diperhatikan, Wooyoung langsung meringis pelan, secara malu-malu. "Heh, kenapa liatin gue kayak gitu? Serem banget, macam pedo."
"Pedo?" Yeonjun tertawa kecil untuknya kemudian berdiri. Yeonjun pun mendekat pada Wooyoung yang masih berdiri memeluk papan skate, di kamar apartemennya tersebut, lalu menepuk pelan. "Kalau lo mau, lo bisa simpen yang itu. Gue ada banyak, kok."
Wooyoung mendorong papan skate tersebut, untuk menatapnya sambil menggeleng pelan. "Bakal cuma jadi pajangan. Lo tau sendiri, kaki gue gimana."
"Kenapa memang?" Yeonjun berjalan santai sembari merenggangkan lengannya. "Gak apa buat pajangan, 'kan?"
"Gak perlu lah..." Wooyoung merasa tak enak, untuk menaruh papan skate berwarna oranye tersebut di tempatnya kembali, berjajar dengan koleksi lainnya milik Yeonjun. Kemudian Wooyoung berjalan ke arah Yeonjun yang kemudian membuka pintunya. "Mau kemana?"
"Ke luar kamar?" Yeonjun menoleh sebelum menggodanya. "Kenapa? Mau lama-lama sama gue di kamar, ya?"
"Lo tadi bilang punya koleksi skate, jadi kita masuk sini!" Wooyoung tersentak, tetapi pipinya agak bersemu. "Gila lo!"
Yeonjun sedikit tersenyum, mendapati Wooyoung mendahuluinya untuk keluar dari kamar. "Makanya, kita gak boleh berduaan di kamar."
"Ya, makanya!" Wooyoung berseru menjauh.
Hal itu membuat Yeonjun terus tersenyum, di langkahnya mengikuti. Mengikuti tepat di mana Wooyoung langsung mendudukkan diri di sofa, sambil merogoh ponselnya dari ransel.
Dalam diam, Yeonjun mengamati.
Wooyoung tampak tengah membalas pesan.
Jadi... ada rasa yang tercipta saat itu.
Yeonjun merasakannya... dilepaskan.
Pertama, oleh Yeosang, yang tak bisa menentukan pilihan. Kedua, oleh Wooyoung... yang sebenarnya memang tak akan pernah bisa digapainya.
Wooyoung milik... orang lain, walau mereka belum mengikatnya secara jelas.
"Udah dicari Juyeon?" Yeonjun bertanya memecah keheningan.
Sekilas Wooyoung melirik, tetapi menggeleng. "Ah, bukan, ini. Grup chat rumah. Pada nanyain gue pulang jam berapa nanti malam."
"Lo mau pulang jam berapa?" Yeonjun masih berdiri menatap.
Wooyoung sedikit memiringkan wajah, memikirkannya, untuknya kemudian menatap ke arah Yeonjun. "Lo mau istirahat? Kalau iya, gue balik sekarang aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHIVE - SEASON 2 (OCTAGON UNIVERSE)
FanfictionJANGAN MEMBACA ARCHIVE JIKA BELUM TAMAT OCTAGON 2: SEX, PARTY AND ROCK 'N ROLL. WARNING!! BERISI PENUH SPOILER!! Hanya penggalan spin-off dari para karakter di Octagon.