• 40 • Rasa Percaya

1K 171 26
                                    

Kepercayaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepercayaan

[Name] berdiri di salah-satu dahan. Tatapannya tertuju pada Paman Judi dan pada sosok laki-laki yang ikut menatapnya lekat. Ia tersenyum lebar, melambaikan tangan, hingga laki-laki itu mengerutkan dahi.

Mungkin bingung kenapa ada dua penyusup yang masuk penjara? Bahkan penampilan mereka sudah selayaknya pencuri. Mau mencuri apa di dalam penjara?

"Bocah?" ulang Gimyung seraya memiringkan kepala. Ia menyipitkan mata, mencoba menilai penampilan orang yang sedang berdiri di atas sana. Postur tubuh yang tidak asing.

Angin berhembus keras, memainkan dedaunan dan rambut panjang gadis itu yang terikat ekor kuda.

Mata Gimyung melebar. Sesaat, terpaku sejenak. Meski gadis itu memakai penutup wajah. Ia tidak mungkin salah mengenalinya. Ia mengerjapkan mata, dan kembali melihat gadis itu yang balik melihatnya hangat.

Mata indah itu, memantulkan sinar rembulan yang menggantung di langit.

"[Name]?" tanya Gimyung, terdengar yakin, tak ada keraguan di suaranya itu.

"Merindukanku, laki-laki tua mesum sialan?" [Name] melipatkan tangan di dada. Ia mengamati Gimyung yang menarik sudut bibirnya ke atas. Laki-laki itu lantas memberi tatapan memperingati.

"Turun, bocah. Jangan berdiri di sana. Nanti kau jatuh bagaimana, huh?" Gimyung mengangkat tangannya tinggi, meminta [Name] untuk lekas turun dari atas pohon.

Gimyung tentu senang bisa bertemu dengan gadis itu yang sudah jarang berkunjung, tapi juga bertanya-tanya alasan apa yang membuat [Name] menyusup malam-malam ala pencuri.

"Kalau aku jatuh kan ada kau."

Gimyung mendengus. "Baiklah. Cepat turun, dan tenang saja, aku tidak akan membiarkanmu terluka."

[Name] terkekeh. Berancang-ancang terjun ke bawah, namun sesuatu menahan gerakannya. Ia sontak menempelkan jari telunjuk ke bibir, memberi isyarat agar mereka diam.

[Name] berjongkok, sedikit mundur ke belakang. Menyembunyikan diri di antara dedaunan yang tumbuh rimbun. Paman Judi di tarik oleh Gimyung untuk pindah posisi menjadi ke sisi belakang pohon, menghindari tatapan dua sipir.

Di ujung lorong halaman belakang gedung asrama penjara. Ada sebuah lampu sorot berwarna putih dari senter yang dipegang oleh dua sipir yang sedang bertugas malam. Mereka tampak berbincang ringan dengan tangan menyorot suasana sekitar halaman yang sedang mereka lewati.

Cahaya remang-remang tidak membuat mereka takut. Dua sipir itu tampak biasa-biasa saja berjalan, seakan terbiasa dengan keadaan malam di penjara yang mencekam.

TB | Lookism x reader!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang