- 27 - Pidana Uji Coba

1.9K 379 94
                                    

Jeruji Besi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jeruji Besi?

Malam semakin larut. Kantor polisi yang bisanya sepi, kini nyaris rusuh oleh ke 8 preman gadungan dan satu gadis yang menyamar. Mereka di masukkan ke dalam sel yang sama, menunggu giliran untuk diinterogasi.

"Jadi, aku menemukan sidik jari di mobil yang kau rusaki, lalu kau juga menghajar orang." Polisi itu melipatkan tangan di dada. Menatap [Name] yang duduk santai, seolah tidak melakukan kesalahan apa pun. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau berkelahi bersama mereka?"

[Name] menghembuskan napas. "Pak. Mereka duluan yang menabrak motorku, lalu menyerangku yang jatuh terhempas menabrak mobil. Apa aku salah membela diri dari mereka yang ingin menyerangku?"

"Baiklah. Aku mengerti, tapi selain itu. Aku mendapat laporan bahwa kau mengendarai motor di kecepatan tinggi. Bahkan mencuri sebuah pedang." Polisi itu menyerahkan bukti laporan kepada [Name].

[Name] merampasnya tak sabaran. Membaca laporan itu yang pastinya dari si brengsek Asahi. Bisa-bisanya dia memanfaatkan situasi yang membuatnya tak bisa berkutit. "Tunggu. Aku nggak pernah mencuri! Apa-apaan ini? Ini laporan palsu!"

"Kami punya buktinya. Mereka memperlihatkan lemari kaca yang rusak." Polisi itu mengusap dagunya. "Sebaiknya kau jujur saja. Kami akan meringankan hukumanmu kalau kau jujur."

"Aku sudah berkata jujur." [Name] mengepalkan tangan. "Bisa saja, salah satu dari mereka merusaknya. Kenapa juga aku harus mencuri? Bukti seperti ini, sangat tidak akurat. Mereka hanya mengada-ngada dan menipu."

"Kau benar, tapi ada satu korban yang tertusuk dan dilarikan ke rumah sakit. Saksi mata juga mengatakan, bahwa kau yang menusuk korban."

[Name] menggeram marah. Gawat kalau sampai ada yang tahu dirinya masuk kantor polisi. Bisa-bisa ia dicap sebagai kriminal. Padahal ia hanya ingin mengambil pedang yang mereka curi.

Hak yang selama ini terampas dari genggaman. Harus kembali ke tangannya. Berarti itu bukan salahnya. Jelas-jelas merekalah yang salah.

"Hah! Baiklah. Toh, kau masih di bawah umur. Kau juga tak bisa diinterogasi." Polisi itu tersenyum menyeringai. "Panggil orangtuamu."

"Aku nggak punya orangtua." [Name] berkata tegas. Sorot matanya menatap lurus, polisi itu menampilkan ekspresi terkejut. Berganti dengan tatapan kasihan. "Jangan menatapku seperti itu. Aku nggak suka dikasihani."

"Kalau begitu, panggil walimu yang ada di sini. Kau pasti punya, 'kan?" Polisi itu menghela napas. Kedua matanya membaca indentitas gadis itu yang kini berada di tangannya.

Polisi itu diam-diam menilik penampilan [Name] yang tampak duduk gelisah. Siapa tahu ada kesalahan dalam penulisan jenis kelamin.

'Heh? Apakah benar dia seorang gadis?'

TB | Lookism x reader!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang