• 41 • Segalanya Berakhir

1.3K 158 15
                                    

Akhir dari Segalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhir dari Segalanya

Degh.

Tiba-tiba kepala [Name] berdenyut nyeri, seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. Efek dari pertarungan baru terasa sekarang. Wajar jika ia merasa pusing karena ia sudah membuang darah kelewat banyak.

Sekujur tubuhnya sakit, dan keram, seakan tulang-tulangnya akan copot jika ia berdiri tegap. Mencengkeram kepala yang masih dihantam ribuan ton batu itu, ia pun menghembuskan napas. Mencoba mengendalikan diri dari pandangan yang memburam.

"Ada apa denganmu, bocah? Kau tidak apa-apa?" tanya Paman Judi melirik [Name] sekilas yang berwajah pucat pasi, juga dibanjiri keringat. Fokusnya terbagi menjadi dua, antara jalan dan [Name] yang meringis tertahan.

"Aku baik-baik saja. Hanya butuh istirahat. Dan fokuslah menyetir, aku tidak mau mati muda. Aku belum mengorek semua harta lelaki yang mendekatiku, hehe." [Name] terkekeh pelan, berusaha untuk tidak membuat Paman Judi panik dan cemas.

"Dasar kau ini. Tetap saja matre di keadaan mengkhawatirkan, ckck!" ungkap Paman Judi menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Enak saja. Di dunia ini tidak wanita matre. Yang ada, hanya pria miskin yang tak mau memenuhi kebutuhan wanitanya." [Name] menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Ia meniru kata-kata DG yang pernah dia ucapkan kepadanya.

Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan ke empat laki-laki yang sedang mencarinya itu? Alasan apa yang harus [Name] berikan pada mereka berempat setelah pulang nanti?

Sial. Ia harus memikirkannya lebih baik, dan tentu saja masuk akal untuk diterima oleh otak genius mereka berempat. Ia tidak akan selamat jika nekat membuat alasan yang tidak masuk akal yang terkesan dibuat-buat hanya untuk menutupi kesalahan besar di mata mereka berempat.

"He'em. Aku jadi merasa tersinggung, tau." Paman Judi menginjak pedal gas setelah melihat lampu rambu-rambu lalu lintas, berubah menjadi warna hijau.

"Bukankah Paman bilang tak pernah jatuh cinta? Dan memutuskan untuk membujang seumur hidup?" heran [Name] mengangkat alisnya.

"Aku memang bilang begitu, tapi bukan berarti aku tidak pernah merasakan cinta selama 40 tahun aku hidup."

"Woah. Siapa wanita malang yang menjadi cinta pertamamu, Paman? Apa dia sangat cantik?" kata [Name] antusias, matanya berbinar-binar oleh rasa keingintahuan yang tinggi. Ini pasti akan menjadi pembicaraan yang seru untuk mereka bahas.

Pipi Paman Judi nampak memerah, mungkin malu karena membahas hal yang sudah lama berlalu.

Masih teringat jelas bagaimana rupa wajah wanita yang berhasil memikat hatinya. Di matanya, semua yang ada di dalam diri wanita itu sangatlah sempurna. Paman Judi terpikat oleh senyum hangat wanita itu yang tak pernah absen di setiap harinya.

TB | Lookism x reader!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang