Bertukar Cerita
•
Hai?
Sebelum pergi ke Jepang
Kematian seseorang adalah hal yang paling mengerikan bagi sosok gadis bernama, Hamazaki [Name].
Tidak ada yang menyenangkan jika sudah berhadapan dengan kematian. Apalagi ditinggal orang tersayang.
[Name] tidak bertenaga untuk melakukan apa pun, selain berdiam diri, merebahkan tubuh di atas kasur dengan semua jendela dan gorden tertutup rapat.
Semuanya terasa hambar. Ia menatap kosong langit-langit kamar yang lenggang.
Gelap.
Seberkas cahaya yang diam-diam menyelinap di celah gorden pun, tidak berhasil mengusir kegelapan yang memenuhi ruangan kamar [Name]. Detak jarum jam bergema memotong keheningan.
[Name] mengangkat tangan kanan, merentangkan jari-jarinya, lantas mengepal erat. Seakan ia tengah menggapai setitik cahaya yang berada di dalam dasar hatinya yang suram.
Sekarang semua orang tengah berduka, mendoakan kepergian sosok Wong Ochun. Laki-laki itu berhasil menyebar kesedihan di hati semua orang, tak terkecuali [Name] yang seharian ini mengurung diri di kamar.
Kenapa [Name] harus terlambat bertemu dengan Ochun? Padahal mereka sudah berjanji untuk saling berteman jika bertemu kembali. Meski mereka bertemu, tapi kenapa harus sesingkat ini?
Penderitaan Ochun tak jauh berbeda dengan [Name]. Mereka sama-sama terobsesi dengan satu orang, dan diabaikan oleh orang yang mereka kagumi, lalu mereka juga ingin diakui dan dicintai.
[Name] ingin berteman, menemani hari-hari Ochun. Ia memahami apa yang dirasakan laki-laki itu. Akan tetapi, kenapa dia pergi begitu cepat sebelum ia berhasil membuatnya tersenyum dan tertawa?
[Name] terkekeh miris. Tak terasa setetes air mata mengalir dari sudut matanya. Ia jadi teringat Kakaknya yang sangat ia hormati.
Benar.
[Name] sangat terobsesi menjadi lebih hebat dari sang Kakak, Hamazaki Kenzo. Ia ingin melampaui segala hal yang ada di dalam diri Kakaknya. Membuktikan bahwa ia mampu mengalahkan kehebatan Kakaknya.
Satu tujuannya melakukan itu, untuk menerima pengakuan dari Ayahnya. Kenyataan bahwa [Name] hanya ingin diakui oleh Ayahnya, Hamazaki Haru.
Namun semua usaha yang sudah [Name] lakukan, tidak pernah membuahkan hasil. Ia tetap saja dipandang sebelah mata, dianggap tak ada, dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Senyum pedih, merekah tipis di sudut bibirnya yang pucat. Ia merindukan keluarganya, terutama Ibunya.
"Ibu, ya?" gumam [Name] lirih. Ia lagi-lagi terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
TB | Lookism x reader!
Fanfictionᴀ ғ ᴛ ᴇ ʀ ➝ | s t o r y | ➝ ᴛ ᴀ I'm back. [Tidak sepenuhnya mengikuti alur, tapi tetap mengikuti] 𝗡𝗢 𝗣𝗟𝗔𝗚𝗜𝗔𝗧 - 𝗣𝗟𝗘𝗔𝗦𝗘! Jangan lupa tinggalkan jejak. 17+ ───────────────────── ⋆⋅Ω⋅⋆ ── 🅖 Fanfiction • Webtoon • Action • Life © _astrolo...