Chapter 3

2.8K 285 7
                                    

Hinata tersenyum menatap hamparan bunga yang terlihat begitu indah dari atas bukit. Saat ini Hinata sedang melakukan misi bersama rekan satu timnya. Ya kini Hinata telah menjadi seorang ninja yang sesungguhnya. Di umurnya yang kedua belas tahun Hinata akhirnya berhasil menjadi genin. Berlatih hingga membuat tubuhnya mati rasa terasa tidak sia sia mengingat sekarang Hinata telah berhasil hingga ketahap ini.

Tangan mungil Hinata mengenggam kalung dilehernya mengukir senyum lembut saat menatap permata amethys berbentuk bulan sabit itu. Hadiah dari sosok misterius yang selama dua tahun terakhir menempati tempat istimewa dihatinya.

Walaupun itu pertemuan pertama dan terakhir tapi tetap saja sosok itu telah berhasil menarik sesuatu dalam diri Hinata.

Sesuatu yang tidak seharusnya Hinata berikan.

"Uchiha-san.. aku bahagia." Gumamnya pelan

Hinata mengelus kalungnya dengan lembut seolah tidak membiarkan benda berharga miliknya itu lecet barang sekecilpun.

"Oi Hinata, apa yang kau lakukan ayo kemarilah?"

Hinata mendongak lalu tersenyum manis menatap kearah teman satu timnya yang memanggilnya sembari melambaikan kedua tangannya.

Inuzuka Kiba, pria yang memiliki tato segitiga di kedua pipinya itu adalah rekan satu timnya bersama dengan Aburame Shino dan juga Kurenai Yuhi sebagai guru mereka.

Hinata berjalan mendekat lalu duduk diatas tikar disana menatap ketiga orang itu dengan senyum manisnya. Tangan mungilnya terangkat untuk mengelus lembut Akamaru, anjing kesayangan Kiba.

"Apa yang kau lakukan disana Hinata? Kau tidak memakan makan siangmu."

"Aku sedang melihat bunga Kiba-kun. Dan aku akan memakan makananku sekarang."

"Kau selalu saja seperti itu. Jangan sampai melupakan waktu, kau harus makan dengan teratur agar tubuhmu tetap sehat dan bertenaga."

Hinata tersenyum menganggukkan kepalanya pelan. Dalam hati Hinata berulang kali memanjatkan rasa syukurnya kepada kami-sama karna memberikan teman seperti mereka untuk Hinata.

Setidaknya, selama ini Hinata mengenal kedua teman satu timnya itu mereka tidak pernah menghina ataupun mencaci Hinata dengan kata kata kasarnya.

"Kau harus makan yang banyak Hinata." Ujar Kiba lagi memberikan beberapa buah yang dipetiknya tadi

"Kiba benar." Angguk Shino setuju

Hinata lagi dan lagi hanya bisa tersenyum mengangguk menyantap makanannya dengan perasaan riang. Setidaknya hanya saat Hinata bersama mereka Hinata merasa dipedulikan.

"Hinata jangan dipaksa makanlah pelan pelan. Kita masih memiliki banyak waktu beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan." Itu suara Kurenai

Wanita cantik itu menatap lembut Hinata yang tersenyum mengangguk menyantap makanannya dengan tenang.

Dirinya kembali teringat akan kejadian beberapa waktu silam saat dirinya mengunjungi mansion Hyuga dan bertemu dengan Hyuga Hiashi.

Pria paruh baya itu dengan tegas mengatakan bahwa dirinya tidak menginginkan Hinata dan menyerahkan gadis itu padanya tidak peduli akan hidup atau matinya.

Kurenai bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana suara tegas dan wajah dingin itu saat mengatakan hal itu. Ia benar benar tidak habis pikir dengan sosok terhormat seperti Hyuga Hiashi dengan teganya membuang putrinya sendiri dan menyerahkannya pada orang asing seperti Kurenai.

Apa yang salah dengan Hinata? Kenapa mereka semua membencinya hingga seperti itu?

Jika memang permasalahannya ada pada diri Hinata yang mereka anggap lemah lalu apa gunanya nilai akademi Hinata yang selalu terlihat memuaskan setiap tahunnya. Bahkan Hinata bisa menjadi seorang genin diusia mudanya sudah menjadi prestasi yang membanggakan mengingat tidak ada satupun yang melatih kemampuan gadis itu. Tapi kenapa mereka semua memperlakukan Hinata layaknya sampah yang harus segera disingkirkan.

Byakungan Princess ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang