Seventeen

1K 131 2
                                    

Happy Reading ヾ(❀╹◡╹)ノ゙
Sebelumnya aku minta maaf karena lama ga update. Niatnya hari minggu mau update, tapi karena temen sekerjaan sekaligus temen sekamar sakit, jadi ga bisa ngetik karena aku harus ngurusin kerjaan buat dua orang. Semoga kalian suka sama chapter ini. Dan yang mengharap keributan, masih belum ada keributan kali ini hahaha

Hari sabtu, hari yang paling ditunggu oleh para anak sekolah dan para budak korporat. Hari yang bisa digunakan untuk tidur atau bermain seharian. Seperti mengunjungi taman bermain misalnya. Dan disebuah taman bermain, ada 5 orang yang sedang berjalan di area food court setelah bermain seharian. Sepasang pemuda-pemudi berjalan bergandengan dengan senyum dan tawa riang, sementara ketiga orang sisanya berjalan dengan lesu dengan ekspresi iri menatap sang pemuda yang mirip dengan burung hantu. Ralat, hanya dua orang sementara yang satunya berwajah tanpa ekspresi. Benar, mereka berlima adalah Kita bersaudara.

Merupakan usul dari sang tertua untuk bermain di taman bermain bersama, hal yang tidak bisa mereka lakukan dahulu. Sekaligus memperbaiki ikatan persaudaraan mereka yg berantakan. Namun nyatanya (Name) dan Koutaro hanya bersenang-senang berdua, mengabaikan keberadaan ketiga saudara mereka.

Mereka berlima memutuskan untuk makan siang sekaligus beristirahat sejenak di sebuah kafe yang terletak masih di dalam taman bermain. Sebelum  benar-benar membuka pintu kafe, suara familiar yang memanggil nama (Name) membuat kelimanya serempak menoleh ke asal suara. Seorang pemuda sipit dengan rambut belah tengah berjalan mendekat menghampiri mereka, lebih tepatnya ke arah satu-satunya gadis disana. Benar, pemuda tersebut adalah Suna Rintarou.

"Rin sedang apa disini? " tanya (Name), gadis itu merubah nama panggilan Suna menjadi Rin setelah pria sipit tersebut mendesaknya karena iri diantara keempat pria yg mengejar (Name) hanya dia yang dipanggil dengan marga.

"Aku habis menemani keponakanku bermain, tapi dia sudah dijemput orang tuanya jadinya aku bosan dan akhirnya berkeliling tempat ini sampai aku melihat bidadari disini. Ternyata (Name) " ucap Suna yang mencoba untuk menggombal setelah berguru pada Yaku. Namun sepertinya gombalannya gagal, karena bukannya tersipu malu, (Name) justru merinding. (Name) merasa ngeri sendiri dengan perubahan Suna yang sangat tidak seperti Suna.

Dan tidak hanya sampai sana, Suna bahkan merebut tangan (Name) yang sedang di genggam oleh Koutaro dan digantikan oleh genggaman tangannya kemudian menarik (Name) memasuki kafe tanpa peduli tatapan dingin nan tajam yang dilayangkan oleh keempat kakak (Name).

Suna memilih mengajak (Name) duduk di meja untuk pasangan yang hanya untuk mereka berdua. Padahal dibelakangnya ada Koutaro, Eita dan Koushi yg berusaha menerjang dan menyerangnya kalau saja tidak ditahan oleh Shinsuke selaku yang tertua dan yang berusaha untuk menjadi yang paling waras. Padahal di dalam hatinya dia sedang memikiran ribuan cara untuk   menghancurkan Suna.

Suna menatap kedua mata (Name) dalam-dalam, kemudian menghembuskan nafas kasar.

"Maafkan aku karena sudah bersikap seperti bukan diriku. Jujur saja aku sendiri merasa jijik setelah mengucapkan gombalan murahan seperti tadi" ucap Suna dengan wajah merona karena malu. (Name) tertawa.

"Rin tadi terdengar seperti playboy hahaha. Darimana Rin belajar gombalan seperti itu?" tanya (Name) masih sambil tertawa.

"Dari Yaku-san"

Jawaban Suna seketika membuat (Name) diam. Dia masih sayang nyawa untuk lanjut menertawakan Yaku.

(Name) meminta keempat kakaknya pulang lebih dulu tentu saja dengan rayuan dan ancaman lebih dulu barulah mereka berempat menurut. Suna yang meminta (Name) melakukan itu tentu saja. Karena (Name) sudah setuju membiarkan Suna, kembar Miya dan Kuroo mendekatinya, jadilah Suna mengajak gadis itu berkencan saat itu juga. Mumpung ada kesempatan katanya.

Suna meminum americanonya sambil menatap (Name) yang sedang memakan parfait strawberry dengan lahap. Disekitar bibirnya bahkan terdapat sisa krim yang menempel. Membuat sebelah tangan Suna bergerak dan mengusap sisa krim di sekitar bibir (Name) kemudian menjilat krim di tangannya. Membuat sang gadis gugup dengan wajah merona.

to be continued~

Too Late [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang