SEVEN

1.5K 230 4
                                    

Happy Reading~

Hari Sabtu, dimana kegiatan sekolah maupun klub libur. (Name) berdiri di peron stasiun bersama sepupunya, sepupu Kiyoomi juga tentunya, Komori Motoya. Mereka berdua sedang menunggu kedatangan kereta yang akan mengantar keduanya menuju kampus tempat Komori dan Kiyoomi menuntut ilmu. Sedang ada festival sebagai bentuk penyambutan bagi para mahasiswa baru. Kenapa (Name) pergi bersama Komori? Kemana Sakusa Kiyoomi? Kiyoomi tidak pulang karena harus membantu membuat jajanan yang akan di jual di stan fakultasnya, fakultas kedokteran. Karena itulah (Name) pergi bersama Komori, selain karena takut (Name) nyasar kalau pergi sendiri, yap (Name) buta arah, Komori juga kebetulan harus mengambil beberapa barang di rumahnya juga membawakan baju ganti milik Kiyoomi.

Sepanjang perjalanan di dalam kereta, Komori terus-terusan berbicara, mulai dari yg tidak penting seperti makanan yg dia makan tadi pagi sampai membicarakan tentang festival kampusnya yg katanya mengundang penyanyi dan band rock yg katanya sedang naik daun. (Name) hanya mendengarkan dan menanggapi seperlunya.

Sesampainya di kampus, Komori menggandeng tangan (Name) agar tidak terpisah karena suasana sedang sangat ramai, mereka menuju stan fakultasnya Kiyoomi. Saat sampai Komori langsung menghampiri Kiyoomi.

"Omi, nih titipanmu" katanya sambil menyerahkan paperbag berisi pakaian ganti milik Kiyoomi.

"Dan titipanmu satu lagi" ucap Komori sambil memberikan tangan (Name) yg dia genggam pada Kiyoomi. Kiyoomi mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Lalu Komori pamit menuju stan fakultasnya, mereka beda fakultas.

Kiyoomi menuntun (Name) untuk duduk di salah satu kursi di belakang tenda stan, ada beberapa orang yg satu angkatan dengannya duduk disana dan menggoda Kiyoomi seperti bersiul atau melontarkan kalimat godaan yg lebih tepat disebut teriakan seperti "SAKUSA MEMBAWA SEORANG GADIS" atau "TERNYATA SAKUSA MASIH LURUS, KUKIRA DIA HOMOAN SAMA KOMORI". (Name) sweatdrop dan tertawa canggung mendengarnya. Sementara Kiyoomi hampir mengamuk dan melemparkan sebotol handsanitizer pada teman-temannya kalau saja (Name) tidak memegangi tangannya.

" Tunggu disini jangan kemana-mana. Aku mau mandi dan ganti baju dulu" ucap Kiyoomi pada (Name). (Name) mengangguk.

"Kalian jangan macam-macam pada adikku" ucap Kiyoomi sambil memelototi teman-temannya kemudian berlalu pergi menuju toilet.

30 menit menunggu, (Name) mulai gelisah, bukan karena khawatir pada kakaknya, sebab Kiyoomi memang lama kalau persoalan mandi, namun karena dia ingin ke toilet. Dia pun menanyakan letak toilet pada teman kakaknya, kemudian mulai berjalan menuju ke dalam gedung terdekat. Namun sialnya bukannya toilet yg dia temukan, dia malah membuka pintu ruang ganti para penyanyi dan anggota band yg akan mengisi acara di panggung festival nanti. Malu, itulah yg dia rasakan setelah menjadi pusat perhatian para selebriti di dalam ruangan. Dia membungkuk cepat karena gugup dan panik sambil meminta maaf. Kemudian saat dia hendak lari kabur dari sana, ada seseorang yg memegangi tangannya. (Name) menoleh untuk melihat orang itu. Dan seketika dia menyesali keputusannya.

"(Name)? " ucap orang itu. Takut, itulah yg dirasakan (Name) sekarang begitu tau siapa yg sedang menahan tangannya. Ingatannya berputar ke beberapa tahun silam, dimana orang yang sama menatapnya dengan penuh kebencian dan melontarkan kalimat menyakitkan seperti "Kenapa harus kau yg di hidup? Kenapa bukan ibu? " Atau "Mati saja kau menggantikan ibu".

Seluruh tubuh (Name) gemetar, ditambah dia mulai kesulitan bernafas. Nafasnya mulai tak teratur, keringat dingin membasahi tubuhnya, matanya berkaca-kaca. Namun bukan kalimat menyakitkan seperti yg ada dalam ingatannya yg dia dengar, melainkan sebuah pelukan, pelukan hangat yg tidak pernah dia rasakan dari orang itu.

" Tenanglah, kumohon tenang dan bernafas" ucapnya. Perlahan (Name) mulai bisa bernafas dengan normal kembali. Lalu orang itu, Kita Eita, pria berambut abu-abu dengan hitam di ujungnya, mengelus punggung (Name) dengan lembut.

"Akhirnya aku menemukanmu, (Name) ayo pulang" katanya masih memeluk (Name).

Belum sempat (Name) menjawab ada seseorang yg mendorong Eita dan membuat pelukannya terlepas lalu menyembunyikan (Name) dibalik punggung tegapnya.

"Apa yg kau lakukan pada adikku? " tanya orang itu, Sakusa Kiyoomi sambil menggeram marah.

"Apa maksudmu? Adikmu?" tanya Eita.

"Apa perkataanku kurang jelas? Jangan membuatku mengulang pertanyaan yg sama" kesal Kiyoomi.

"Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya memeluk adikku yg lama hilang. Apakah salah? " Kata Eita dengan penekanan pada kata adikku. Kiyoomi tertawa, bukan tawa senang, melainkan tawa sinis.

"Kau berkhayal? Mengaku-ngaku adik orang lain sebagai adikmu yg lama hilang? Dia adikku, Sakusa (Name). Bukankah sudah terlihat rambut dan mata hitamnya sama denganku? Ayo (Name) kita pergi" ucap Kiyoomi sambil menarik (Name) pergi dari sana.

Selepas mereka berdua pergi, seseorang yg mirip dengan Eita menghampirinya yg masih berdiri menatap ke lorong kosong arah kepergian kedua Sakusa. Dia menepuk pundak Eita.

"Ada apa melamun di lorong? Kau tak kesurupan kan? " tanyanya.

"Aku menemukannya. Aku menemukan adik kita Koushi. Aku menemukan (Name) " gumam Eita, namun Koushi masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Kau yakin itu dia? " tanya Koushi yg ragu. Eita mengangguk mantap.

"Kenapa kau seyakin itu? " tanya Koushi lagi.

"Ingat kemampuanku? Aku melihatnya, meski sangat transparan dan hampir tak terlihat, aku melihat arwah Ibu yg memeluknya tadi" ucap Eita dengan sangat yakin.


To be continued~
Kalau suka boleh vote nya~
Ada saran atau komplain? Silahkan komennya (˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)
Kalau merasa book ini menarik boleh di tambah ke perpustakaan ya~
Luv u all ♡(*´ω`*)/♡

Too Late [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang