"Rav! Jangan ngelamun aja lo! Kesambet baru tahu rasa! Kenapa muka lo kusut banget kayak gitu? Udah kayak pakaian lecek yang belum disetrika aja." seru Danesh sembari menepuk bahuku kencang yang seketika menyadarkanku dari lamunan tentang sosok wanita yang akhir-akhir ini selalu hadir di dalam mimpi-mimpi indahku di setiap malam dan namanya yang selalu membuat jantungku seketika berdegup kencang apabila sedang dibicarakan.
"Kurang kencang lo nepoknya Nesh. Ngagetin aja lo. Darimana aja lo? Kita janjian dari jam 5 sore bukan jam 7 malam." tegurku kepada Danesh yang malahan tertawa kencang dan langsung duduk di sofa yang memang sengaja kami siapkan di Rooftop Gedung DARR Company.
Kami berempat memang sengaja membuat Basecamp sendiri untuk kami di Rooftop ini agar saat kami merasa lelah dan suntuk akan kehidupan yang kami jalani, kami bisa langsung kesini untuk menghilangkan penat sejenak.
"Sorry banget Rav, tadi gw jemput Alfa dulu dari Elalov dan nganterin dia sampai di rumahnya dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun. Tadinya malah si Alfa minta ikut kesini, tapi tiba-tiba Rosa nelepon dia untuk minta ditemani ke rumah salah satu karyawan Divisi Keuangan yang ayahnya tiba-tiba meninggal dunia."
"Rosa pergi sama siapa? Cuma pergi berdua aja dengan Alfa? Lo tahu rumah karyawan itu?" tanyaku kepada Danesh sembari mengeluarkan ponselku dari saku celana dan mencoba untuk menghubungi Alfa, menanyakan ke daerah mana mereka berdua akan pergi.
"Weitsss... Santai aja bro! Mau sama siapapun Rosa dan Alfa saat ini biarin aja dulu. Tadi Alfa pesan ke gw kalau yang kayak gini kita jangan drama dulu. Udahlah nggak perlu juga lo hubungi Alfa. Alfa juga harus fokus bantu temannya yang lagi berduka." Danesh mencoba untuk memperingatiku.
"Yoi Rav, udahlah! Ngapain juga tiba-tiba lo mau drama sama Alfa di tempat orang lagi berduka. Si Rosa juga nggak bakal respon. Lagian lo kelamaan dah. Cepetan jujur aja sama Rosa tentang perasaan lo ke dia. Keburu Rosa diambil orang lain." tutur Arsa yang tiba-tiba muncul, kemudian duduk di samping Danesh.
"Udah selesai teleponan lo Sa? Dasar bucin!" ejek Danesh yang tiba-tiba dihadiahi toyoran di lengan kirinya oleh Arsa.
"Sembarangan lo! Gw habis teleponan sama nyokap gw bukan sama Jojo. Jangan suudzon aja lo." jawab Arsa.
"Lah... Hahaha... Gw pikir lo teleponan sama si Jojo. Halah... Lagak lo, lo sama Jojo kan the bucin couple number 2 setelah couple Rei dan Jenny." goda Danesh dengan tawa renyahnya yang mengudara.
"Gw bingung Sa, Nesh. Gw benar-benar masih merasa bersalah sama Rosa, tapi di sisi lain gw sangat mencintai Rosa sekarang. Gw nggak bisa bayangin hidup gw selanjutnya tanpa Rosa gimana. Kayaknya karma itu udah berlaku di hidup gw sekarang. Tuhan benar-benar membolak balikkan semuanya."
"Rav, kenapa nggak lo coba aja dulu ngomong baik-baik dari hati ke hati sama Rosa? Lo nyatain aja semua perasaan yang lo rasain saat ini sama dia. Jangan kayak pas di Seoul, punya kesempatan bicara sama Rosa malah cuma minta maaf." saran Arsa.
"Susah Sa, saat itu gw benar-benar gugup. Gw juga takut kalau ternyata Rosa nggak mau maafin gw. Boro-boro gw terpikir untuk jujur ke dia tentang perasaan gw." terangku.
Saat di Seoul waktu itu dan meminta maaf kepada Rosa, aku memang sangat gugup. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya saat itu. Dari posisiku berdiri saat itu, dapat kulihat wajah cantik wanita yang sudah kusakiti begitu dalam itu tidak nyaman dengan kehadiranku.
Sepertinya ia masih menyimpan sakit hati yang begitu dalam kepadaku. Aku mengerti pasti tidak akan mudah baginya untuk bisa memaafkanku dengan tulus. Berbagai makian yang aku berikan kepadanya dahulu memang sangat menyakitinya.
Maka dari itu aku tidak berani untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Sakit sekali melihatnya saat itu. Ingin sekali aku rengkuh tubuhnya saat itu. Tapi aku masih tahu diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me, Please
RomanceRosalind Fredella Zvonimira mencintai Ravindra Yoshi Callum sejak duduk di bangku kelas 1 SMP. Akan tetapi, Ravindra hanya mencintai Jenny Dorelia Isvara seorang. Rosalind - Ravindra akhirnya berpacaran di bangku SMA. Namun, itu semua hanya keterpa...