Part 10 - Best Luck

6.3K 180 0
                                    

Pintu kamarku terbuka pelan, kulihat Papa dan Mama berdiri di ambang pintu.

“Masuk ma, pa. Sini duduk di samping Rosa.” ajakku sembari menarik tangan mama dan papa pelan.

Mamapun duduk di pinggir ranjang di sebelahku sementara Papa duduk di single sofa yang terletak di dalam kamarku.

“Sayang, kapan kamu pulang? Kamu nggak rindu tanah kelahiranmu? Kamu nggak rindu ya sama mama, papa, dan adik-adikmu?” tanya mama sembari membelai rambut panjangku dengan lembut.

“Mama kok ngomongnya gitu sih? Aku tuh kangen banget loh sama mama, papa dan adik-adik. Makanya aku happy banget pas aku tahu kalau mama dan papa ngunjungin aku kesini. Mama juga tahu kan kalau kontrak kerja aku disini itu 5 tahun ma dan aku baru ngejalanin 3 tahun.” jawabku sembari menyandarkan kepalaku dengan manja ke bahu mama.

“Papa akan bayar pinalti kontrakmu selama 2 tahun sisanya ke Perusahaan tempatmu bekerja. Jadi, kamu bisa pulang sama-sama papa dan mama ke rumah.” ucap papa dengan nada tegas.

“Papa jangan kayak gitu dong. Itu pinaltinya besar banget loh. Sayang uangnya. Lagian aku kan udah janji sama papa dan mama selesai kontrak kerja aku di sini, aku akan kembali pulang. Pokoknya papa sama mama tenang aja. Aku pasti tepatin janji aku.” ujarku.

“Terus kapan kamu nikahnya nak? Astaga kamu udah 25 tahun loh Rosa sayang. Mama tuh udah pengen banget punya cucu.” rajuk mama.

“Setelah 2 tahun kamu harus tepati janjimu. Kamu juga harus sudah memikirkan untuk pasangan hidupmu. Kalau setelah 2 tahun berlalu kamu tidak juga mendapatkan calon untuk masa depanmu maka papa akan menjodohkanmu dengan anak-anak relasi bisnis papa.” tandas papa.

“Papa! Kok papa iyain sih mau anaknya? Mama kan mau punya cucu, Pa. Kelamaan nunggu 2 tahun lagi.” Mama masih merajuk yang seketika membuat papa tersenyum lembut dan mencium pipi kanan mama mesra.

Hal itupun sontak membuat wajah mama memerah seperti tomat. Akupun yang melihat kemesraan kedua orangtuaku tersebut hanya terkekeh.

Akupun segera memeluk kedua orang yang sangat aku sayangi ini. Dua orang yang sangat berjasa dalam hidupku. Cinta, kasih sayang serta pengorbanan yang mereka berikan padaku takkan bisa kubalas dengan apapun. Sungguh aku benar-benar merasa diberkati oleh Tuhan.

“Ma, Pa, terima kasih untuk semuanya yang mama dan papa berikan untuk Rosa dan adik-adik. Rosa sangat menyayangi mama dan papa. Rosa janji, Rosa akan berikan yang terbaik untuk membuat mama dan papa bahagia.” aku yang masih memeluk mama dan papapun seketika meneteskan air mata.

Aku menangis di pelukan kedua orang tuaku. Papa menepuk-nepuk punggungku pelan. Sementara mama tetap membelai rambutku lembut sembari menangis.

“Tetaplah kuat Kakak sayang! Ingat! Papa dan mama selalu menyupportmu untuk segala hal yang kamu kerjakan. Tapi jangan ragu untuk mengadukannya kepada kami kalau suatu saat kamu hilang arah dan tak ada seorang pun tempatmu untuk berbagi. Jangan lupa selalu berserah kepada Tuhan!” nasihat Papa kepadaku.

Aku tahu saat ini Papa pasti sedang mencoba menahan tangisnya.

“Iya pa. Pasti. Kakak akan selalu ingat semua nasihat yang papa dan mama berikan. Terima kasih sekali lagi Pa, Ma.” ucapku yang masih menangis.

“Kakak Rosa sayang. Putri kecil mama sekarang sudah dewasa.” Mama mengecup keningku lembut dan kubalas dengan mengecup pipi papa dan mama dengan lembut juga. 

Malam ini kami bertiga menghabiskan waktu dengan bercanda dan bercerita mengenai apapun. Banyak hal yang kuceritakan kepada mama dan papa, termasuk hubunganku dengan Ravi 7 tahun silam.

Look at Me, PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang