Part 16 - The Truth Is Revealed

3.8K 94 4
                                    

Siang ini aku dan Kyra berjanji untuk pergi ke Mall bersama. Tadi pagi Kyra, Yara, dan Timo diantar oleh Om Fulton ke rumah papa dan mama. Om Fulton menitipkan istri dan kedua anaknya selama 3 hari ke depan kepadaku, papa, dan mama karena Om Fulton harus melakukan perjalanan bisnis ke San Fransisco.

Aku sangat senang mengetahui Kyra, Yara, dan Timo akan bersama dengan kami selama 3 hari ini. Ditambah lagi aku bisa bermain dengan Yara dan Timo lagi.

Sungguh aku sangat menyayangi 2 keponakan kecilku tersebut, melihat mereka berdua membuatku teringat kembali dengan tingkah menggemaskan Rafa dan Rena dulu sewaktu kami masih kecil.

Saat ini kami memutuskan untuk Lunch terlebih dahulu di salah satu Restoran Jepang yang terkenal sangat enak di Mall ini karena daritadi Kyra mengatakan bahwa tiba-tiba ia mengidam ingin makan sushi. Mendengar permintaan sahabatku tersebut akupun langsung mengiyakannya.

“Kyr, bilangin sama Om Fulton dong cariin aku satu yang kayak si Om." pintaku secara tiba-tiba kepada Kyra yang sontak membuat Kyra tertawa.

“Sekarang udah pindah haluan kamu? Jangan suruh Om Fulton yang cariin atuh, masih kurang pengalaman kenalan-kenalannya si Om. Mending kamu minta tolong Papa Elard sono! Lebih banyak kenalan si Papa yang berpengalaman.” jawab Kyra santai seperti tanpa beban seraya menyendokkan sesuap kuah Miso Soup kepada Timo.

“Ngaco! Kok malah kenalannya Papa sih. Maksud kamu aku harus sama bapak-bapak gitu? Ogah Kyra! Aku nggak mau jadi pelakor.”

“Lah! Kamu lebih ngaco. Siapa juga yang nyuruh kamu untuk jadi pelakor? Kan kenalan-kenalannya si Om juga pasti banyak yang udah bapak-bapak, Rosaku sayang. Kalaupun ada yang masih perjaka tingting atau duren seumuran Om Fulton sih pasti mereka carinya yang daun muda.”

“Kyra! Maksud kamu aku udah uzur gitu. Udah nggak pantas menggaet sugar daddy kayak Om Fulton.”

“Aunty, jangan marah sama my mom ya. Yara nggak suka kalau aunty marah sama mommy.” ujar Yara tiba-tiba dengan sedikit menunduk untuk menyembunyikan rona kekecewaan yang mulai tampak di wajah imut Yara.

Akupun melongo mendengar ucapan Yara barusan. Kyrapun segera menarik lembut tubuh kecil Yara, memeluknya dan menyentuh dagu Yara lembut agar mendongak.

“Sayang, aunty nggak marah ke mommy. Kami cuma lagi berbicara serius, sama seperti mommy atau daddy yang lagi berbicara serius dengan Uncle Bimo dan Aunty Meri.” ujar Kyra mencoba memberi  penjelasan kepada Yara.

“Iya Yara sayang, maafkan aunty ya. Aunty nggak marah sama mommy kok. Tadi aunty dan mommy sedang membahas sesuatu yang penting, tapi aunty kelepasan manggil mommy kencang. Yara nggak marah dan nggak kesal sama aunty kan?”

“Yara itu paling nggak bisa kalau ada yang bentak aku ataupun manggil namaku keras-keras Ros. Yara langsung mikir kalau orang itu lagi marah ke aku. Bahkan daddynya pun pasti akan ditegurnya kalau berbicara kencang kepadaku.” Kyra memberi penjelasan kepadaku yang langsung membuatku paham akan sifat kepekaan yang sangat tinggi dalam diri Yara.

“Maafkan Yara juga aunty, tadi Yara pikir aunty marah sama mommy.” ujar Yara dengan senyuman lebarnya.

Melihat tingkah Yara saat ini membuatku tersenyum bahagia. Aku yakin di kemudian hari Yara pasti akan tumbuh menjadi gadis manis dan mengagumkan. Kyra dan Om Fulton pasti sangat bangga mempunyai Yara dalam hidup mereka.

“Of course Yara sayang. Aunty juga minta maaf sekali lagi ya sayang. Boleh aunty peluk Yara?” Yarapun mendekat ke arahku dan segera memelukku erat. Akupun membalas pelukan Yara dengan sama eratnya.

Kyra tersenyum lebar melihatku dan Yara, kemudian Kyra membawa Timo ke pangkuannya dan juga memeluk Timo erat.

“Ros, kamu jangan menghadap ke belakang ya. Dengarin aja aku ngomong. Barusan Ravi dan sekretaris kamu masuk dan sekarang mereka duduk 3 meja di belakang kamu.” ucap Kyra spontan sembari masih memangku Timo dan menepuk-nepuk punggung kecil Timo dengan lembut.

Look at Me, PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang