"Kenapa susah banget sih ngeyakinin kamu Ros? Perusahaan kami benar-benar kompeten. Kamu bisa tanyakan hal tersebut kepada Om Elard dan Rafa. Jangan mentang-mentang kamu seorang Direktur Keuangan Elalov Company sekaligus tuan putri Zvonimira jadi membuat kamu angkuh seperti ini. Tukang-tukang itu juga perlu makan. Mereka perlu menghidupi keluarga mereka." ketus Ravi kepadaku saat aku sedang membuat kopi untukku di Pantry.
Ravi kemudian menambahkan "Dalam rapat kemarin aku sudah mengatakan padamu Ros, kalau memang Perusahaan kami tidak kompeten di dalam pembangunan tersebut maka semua biaya yang dikeluarkan oleh Elalov Company akan kami ganti. Apa kurang jelas pernyataanku kemarin untukmu Ros?"
Aku kemudian duduk di salah satu kursi yang disediakan di Pantry sembari meletakkan kopiku di atas meja dan memberi kode kepada Ravi dan Alfa untuk ikut duduk bersamaku.
"Apa susahnya juga bagi DARR Company untuk menalangi lebih dulu biaya pembangunannya? DARR Company saat ini bukan lagi perusahaan kecil kan? Masa menalangi lebih dulu nggak bisa sih." cetusku kepada Ravi.
Aku sangat kesal terhadap Ravi, rupanya ia tidak pernah berubah dari dulu. Masih saja meremehkanku dan terus menerus menyalahkanku. Dia pikir aku tidak bekerja keras apa untuk mencapai semua tujuanku. Siapa juga yang angkuh? Seenaknya aja dia judge aku seperti itu.
"Menalangi? Di kontrak tidak pernah ada tertulis seperti itu Rosa. Kerja sama sebelumnya juga tidak pernah seperti ini. DARR Company juga tidak semiskin itu. Tapi yang sudah tertera di Kontrak Kerja Sama harusnya itu juga yang kamu laksanakan. Kamu terlalu egois! Jangan karena kita berdua punya masa lalu suram, jadi berimbas ke yang lain. Kalau kamu benci sama aku, ya cukup benci aku saja, jangan bawa-bawa ke yang lain." ujar Ravi dengan tatapan tajam yang diarahkan kepadaku.
Perkataan Ravi barusan membuat hatiku mencelos. Emosiku seketika memuncak. Tetapi aku mencoba untuk menetralkan emosiku dan hanya menatap datar Ravi. Aku tidak ingin menunjukkan emosiku kali ini terhadapnya. Aku tidak ingin Alfa maupun Ravi berpikir kalau aku belum bisa move on juga dari Ravi sampai saat ini.
"Mohon maaf sekali Tuan Ravindra yang terhormat. Hubungan kita berdua di masa lalu tidak ada hubungannya sama sekali dengan kerja sama kita saat ini. Saya bukan wanita picik seperti itu. Saya hanya belum percaya saja dengan perusahaan anda." ungkapku sembari melipatkan tangan ke depan dada dengan percaya diri.
"Ya kalau memang belum percaya kenapa kamu nggak coba kunjungin lokasi pembangunan? Kalau kamu hanya terus-terusan mengutus Alfa untuk memantau perkembangan ya kapan kamu akan percaya? Satu kalipun kamu belum pernah datang ke lokasi. Percuma."
"Oke kalau begitu minggu depan saya akan mengunjungi lokasi pembangunan. Semoga saja saya nggak akan kecewa."
"Kamu nggak akan kecewa Rosa. Aku jamin itu." tegas Ravi.
"Oke kalau gitu, pembicaraan kita cukup sampai sini. Alfa, kamu lanjutkan pekerjaanmu kembali! Saya permisi." pamitku kepada Ravi dan Alfa.
Aku kemudian beranjak pergi dari Pantry menuju Ruanganku. Di dalam ruangan, aku segera mengunci pintu, duduk menyandarkan punggungku pada sandaran sofa dan menumpahkan seluruh tangisku.
"Sejahat itukah aku? Apakah aku harus mulai mempercayai mereka? Tapi apakah hatiku akan kuat saat harus bertemu dengan mereka lagi? Aku harus mencobanya. Masa lalu biarkan tetap menjadi masa lalu, kalau aku tidak mencobanya mereka pasti akan menganggapku belum bisa move on juga." ucapku kepada diriku sendiri.
Seketika aku teringat dengan Kimmy Eonni yang sudah lama tidak berkomunikasi denganku. Akupun memutuskan untuk menghubungi Kinmy Eonni, panggilan pertama tidak dijawab kemudian di panggilan kedua, Kimmy Eonni pun menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me, Please
RomansaRosalind Fredella Zvonimira mencintai Ravindra Yoshi Callum sejak duduk di bangku kelas 1 SMP. Akan tetapi, Ravindra hanya mencintai Jenny Dorelia Isvara seorang. Rosalind - Ravindra akhirnya berpacaran di bangku SMA. Namun, itu semua hanya keterpa...