09. Latihan
Kini Celina sedang di lempari banyak pertanyaan oleh ketiga sahabat nya, mengenai mengapa dirinya tidak sekolah kemarin.
"Kan gue udah bilang anjay, gue sakit. Udah kaya wawancara kerja aje lo pada. 'kenapa ga sekolah' 'kok bisa sakit'"
"Gue juga manusia biasa yang bisa sakit kapan aja, udah ye gue males jawab pertanyaan yang itu-itu aja." Ucap Celina dengan malas. Dan Celina akan melangkahkan kakinya keluar kelas namun perkataan Ziva membuat Celina kembali ketempat semula.
"Celina jangan ada bolos buat satu harian ini, gue mohon."
"Fine." Ucap Celina. Lagian Celina merasa tubuhnya masih sedikit lemas meski tidak selemas kemarin.
***
Saat jam istirahat tiba Celina tetap berada di dalam kelas dan membiarkan ketiga sahabat nya pergi ke kantin. Karena Celina sedang malas jalan dan mengantuk.
"Celina, lo oke?" Celina mengangkat kepalanya guna melihat seseorang yang baru saja berbicara padanya.
"Vano?! Lo udah sembuh?" Dengan semangat Celina bangkit dari duduknya dan memeluk tubuh Revy.
"Giliran gue sembuh penyakit nya malah pindah ke elo" Ucap Revy sambil mengelus punggung Celina dengan lembut.
"Kalo sehati dan sejiwa mah emang gitu No" Revy tersenyum mendengar kalimat Celina barusan. Apa katanya tadi? Sehati? Dan sejiwa? Sudahlah biar Revy yang memahaminya sendiri.
Kini Celina dan Revy sedang duduk di bangku tempat duduk Celina dengan Vanya.
"By the way gue bakal ikut cheearleader buat pertandingan minggu ini No." Lagi-lagi Revy tersenyum mendengar kalimat Celina.
"Bagus dong. Kan sebenarnya lo emang mau jadi tim itu. Cuman kemarin anggota nya udah penuh." Balas Revy sambil mengelus kepala Celina yang sedang telungkup di atas meja.
"Iya, gue jadi bisa deket sama kak Rey. Dia latihan basket dan gue latihan cheearleader, No." Kali ini senyuman Revy terlihat lebih miris. Entahlah perasaan nya terasa nyeri setelah mendengar penuturan gadis di hadapannya ini.
"Vano, elusin kepala gue sampe gue tidur ya. Ngantuk banget sama lemes" Dengan lirih Celina mengucapkan nya.
"Ke UKS aja Cel. Terus nanti lo latihan gimana?"
"Gue mau di sini aja No, kalo bel masuk bangunin gue ya. Dan buat latihan gue oke, cuma kalo tidur bentar bisa lebih oke." Balas Celina dengan senyuman termanis nya.
Revy menganggukkan kepalanya singkat, dan lanjut mengelus kepala Celina. Entahlah, entah dirinya yang kurang beri kode atau Celina lah yang tidak peka atas perlakuannya selama ini untuk Celina.
Revy menyukai Celina sejak dulu, jauh sebelum Celina mengenal Reyhan. Namun Revy memendam perasaan nya takut kalau dia mengungkapkan perasaan ini nantinya membuat Celina jadi tidak nyaman. Dan Revy juga tidak pernah membenci pada Celina maupun Reyhan. Celina masih mau berdekatan dengan dirinya saja sudah sangat cukup bagi Revy. Biarlah seperti ini dulu. Masalah parasaan nya itu urusan belakang.
***
Sedari tadi ponsel Celina tak henti-hentinya berbunyi. Sedangkan sang pemilik masih asik tidur, sebab kelas Celina sedang jam kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Beda Agama [end]
Teen FictionTerkadang kita harus merasa sakit, agar kita tahu bagaimana cara bersyukur. Namun bagaimana jika sudah bersyukur pun rasa sakit itu tak kunjung menghilang malah bertambah. Mencintai seseorang dengan sangat namun beda keyakinan. Sudah beda keyakinan...