22. ...

16 2 0
                                        

22. ...

Entah kesalahan apa yang sudah Celina perbuat, sehingga ketiga sahabatnya tak ada satupun yang bercakap dengan nya. Dua hari sudah berlalu.

Saat pagi sekali Celina datang tas mereka mungkin ada namun orang yang tidak di tempat, dan saat bel masuk berbunyi ketiga sahabatnya datang ketika Celina ingin bercakap namun tentu ada saja penghalang nya.

Kini Celina sedang berada di toilet, menatap cermin yang memantulkan dirinya dengan berderai darah yang keluar dari hidung nya. Tidak ada sedikitpun niat untuk menyeka darah yang terus saja mengalir.

"CELINA!" Teriakan itu berasal dari Syera, yap kalian tidak lupa dengan Syera kan?

Syera begitu shock melihat banyaknya darah yang keluar dari hidung Celina.

Cepat-cepat Syera membalik tubuh Celina menghadap dirinya. Sangat kebetulan Syera membawa tissue.

Mengambil beberapa tissue lalu mengelap hidung Celina dengan telaten. Celina ingin menepis tangan kakak kelasnya itu. Namun sebelum itu sudah lebih dulu Syera berkata.

"Jangan batu!" Ketus Syera.

Setelah di rasa bersih dan tidak ada lagi darah yang keluar, dengan cepat Syera merengkuh tubuh kurus yang ada di hadapannya ini.

Ya, tubuh Celina semakin kurus, karena penyakit yang semakin menggerogotinya.

Saat itu pula air mata Celina keluar deras.

"Gue cape kak, gue udah ga kuat lagi. Sakit! Di sini sakit, banget kak." Ucap Celina dengan terbata-bata, sambil menunjuk dada nya sebelah kiri.

Syera mengusap punggung Celina yang bergetar dengan sayang. "Tahan ya, gue ga tau penyakit apa yang lo derita. Karena ini udah yang ke tiga kalinya gue ngeliat lo gini. Please berjuang terus." Kini Syera pun ikut menitikkan airmata nya.

Di dalam pelukan Syera, Celina menggeleng lemah. Dia tidak yakin, mungkin beberapa menit lagi dia akan menghadap pada sang kuasa. Sudah cukup, dirinya tidak di butuhkan di mana pun. Dirinya sudah sangat lelah, tidak ada lagi alasannya untuk tetap bertahan mungkin semua orang sedang berharap penuh tentang kepergiannya.

"Celina. Ayo ke dokter! Gue takut terjadi sesuatu yang serius di tubuh lo."

Lagi, Celina menggeleng kan kepala nya. "Mungkin ini cuma kecapean ga akan ada yang serius." Nyatanya ini lebih dari serius. Celina tersenyum miris.

"Ayo kak, udah mau pulang. Gue duluan ya, maaf dan terimakasih." Ucap Celina dengan senyuman tulus nya, lalu pergi meninggalkan Syera sendirian dengan Syera menatap dirinya iba.

***

Celina berjalan di koridor sendrian, sangat sepi. Mungkin karena siswa/i yang masih berada di dalam ruang kelas, hanya ada beberapa orang yang berkeliaran di lingkungan sekolah.

Tok..Tok..

Celina mengetuk pintu kelas meminta untuk di izinkan masuk, setelah di beri izin oleh guru yang sedang mengajar barulah Celina melangkahkan kakinya menuju ke tempat duduknya berada.

"Baik anak-anak. Sampai di sini dulu pembelajaran kita hari ini, sampai jumpa di pertemuan berikutnya." Setelah sang guru keluar dari ruang kelas, sontak keadaan kelas Celina tampak ricuh.

Celina menghela nafas pelan.

"Gue ga tau ternyata lo semurah itu."

Celina terkejut mendengar perkataan dari seseorang tersebut. Apa maksudnya.

Bukan, bukan karena perkataan nya lebih tepat seseorang yang mengucapkannya.

"Gue ga tau kesalahan gue apa. Tapi it's okay ini lebih mempermudah segalanya." setelah itu Celina segera membereskan alat tulisnya lalu pergi dari ruang kelas.
***















Hai semuanya.....

Maaf kalo up kali ini terlalu lama hehe:)

Dan maaf kalau chapter kali ini terlalu singkat

U Know guys? Hidup lagi kacau bgt jd aku kepikiran buat up cerita ini, karena biar ngalahin pikiran yang benar-benar lagi kacau. Dan semakin kacau, kemarin aku di izinkan untuk kuliah di luar kota medan. Tiba-tiba ortu aku berubah pikiran dan g izinin buat kuliah di luar:( Doain yang terbaik ya guys. Full love buat kita semua<3

Jangan lupa vote dan komen👉🏼

See u next cahp🤍💐

2 Februari 2024

Kita Beda Agama [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang