08. Sakit

28 7 0
                                    

08. Sakit

Di kamar dengan nuansa lilac terdapat seorang gadis yang sedang membungkus tubuhnya dengan selimut tebal.

Dia Celina, Celina kali ini melewatkan sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 09.45 WIB. Namun Celina masih terjaga dalam tidurnya.

Akibat hujan-hujanan semalam Celina jadi jatuh sakit.

Vian membuka pintu kamar adiknya dengan paksa. Saat pintu sudah terbuka, pandangan Vian langsung tertuju ke arah Celina.

Vian menarik kasar selimut yang membungkus tubuh Celina. "Bangun anjing, anak ga tau diri. Acting banget lo pura-pura sakit biar ga sekolah. Cepetan mama udah sadarkan diri, gue tunggu 15 menit"

Bukannya bangun Celina malah mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidurnya.

"NANA." Begitu mendengar teriakan yang  lantang Celina terlonjak kaget detik itu juga.

Nana adalah panggilan masa kecil Celina. Abang nya, Vian sangat suka dengan panggilan itu. Tapi itu dulu, tidak tau kalau sekarang.

Celina membuka matanya. "Cepetan gue tunggu 15 menit. Mama udah sadar." Vian pergi begitu saja, tidak lupa menutup pintu kamar Celina dengan cara membanting pintu itu.

Celina bangkit dari tidur nya, saat akan melangkah ke kamar mandi badannya sedikit linglung. Celina merasa tidak ada tenaga kali ini, benar-benar lemas.

***

Celina sudah siap untuk pergi ke rumah sakit bersama dengan Vian.

Vian mengendarai motor nya dengan kecepatan tinggi, saat Celina reflek memeluk tubuh Vian. Celina malah hampir di turunkan di tengah jalan. Celina jadi hanya memegang erat jaket kulit yang dikenakan Vian saat ini.


Di rumah sakit yang cukup elit inilah tempat ibunya selalu check up dan di rawat saat ini.

Celina memang bukan orang yang berada. Tetapi Celina berteman dengan orang-orang yang hidupnya berkecukupan penuh. Seperti Vanya yang ayah nya mempunyai usaha Showroom mobil, ada juga Ziva yang ayahnya menjadi direktur perusahaan terkenal di kota Jakarta. Dan terakhir ayahnya Reni adalah seorang dokter bedah juga ibunya seorang dokter penyakit dalam.

Berkata teman-temannya lah Celina bisa bersekolah di sekolah yang cukup terkenal di kota Jakarta. Juga berkat kedua orang tua Reni ibunya Celina bisa berobat dan di rawat dengan baik di rumah sakit yang terbaik pula.

Celina merasa beruntung bisa mendapat teman sebaik mereka. Mereka berempat berteman sejak duduk di bangku SMP.

Kakak beradik itu kini sudah sampai di depan ruangan ibu mereka di rawat.

Begitu ingin memasuki ruangan, dokter yang menangani Noverida baru keluar. Sepertinya sehabis check.

Dokter Aini memberikan senyuman lembut kepada kakak beradik yang ada di hadapannya ini. "Celina, bagaimana keadaan kamu sekarang?" Tanya dokter Aini basa basi.

Celina sedikit menegang di tempat lalu matanya melirik sekilas ke arah Vian. "Tante" desis Celina.

Dokter Aini kembali tersenyum. Ternyata anak ini masih nakal, tidak ingin memberi tahu kepada keluarganya. "Udah lama kamu ga main ke rumah Reni. Makanya tante nanya kabar kamu." Ucap Aini sambil mengelus bahu Celina lembut, lalu Aini meninggalkan kakak beradik itu. Menimbulkan banyak pertanyaan di benak Vian. Merasa ada yang tidak beres. Vian mengacuhkan pikiran nya lalu dirinya duluan masuk ke ruangan tersebut.

Celina menatap sendu ke arah ibunya. Tetapi Noverida malah memalingkan kepalanya. Celina menahan air matanya saat melihat Noverida seakan menolak dirinya.

Kita Beda Agama [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang