02. Rasa sakit
Saat ini Celina menginjakkan kakinya di perkarangan rumah yang sangat mewah, ralat ini tidak pantas di sebut rumah. Sebab sudah mirip seperti istana.
Tiba-tiba pintu bercat putih mewah tersebut terbuka menampilkan wanita cantik yang tampak awet muda.
"Loh Celina, udah lama banget ga main kemari"
"Iya Tante. Lagi sibuk tugas" ujar Celina dengan menampilkan cengiran khasnya.
"Aduh anak muda ada-ada aja. Pake sibuk segala"
"Yaudah deh pasti mau liat Vano kan ya? Naik aja ke lantai atas kamar nya Vano. Tante mau pergi arisan dulu ya." Dengan lembut Risma, Ibunya Revy berkata.
Memang kalau Revy di rumah biasa di panggil Vano atau Stevano.
"Iya Tante makasih ya" setelah di beri izin, Celina berpamitan dengan Risma. Dan langsung bergegas ke kamar Revy.
***
Saat Celina membuka pintu kamar Revy pandangannya langsung tertuju ke arah kasur yang ada di kamar mewah tersebut. Terdapat sosok pria tampan sedang terbaring sambil membungkus tubuhnya dengan selimut tebal.
Celina melangkahkan kakinya mendekati kasur, dan tangan nya terulur menyentuh dahi hangat Revy.
Revy yang sedang memejamkan matanya, lantas membuat mata saat merasakan sentuhan lembut di dahinya.
"Celina Lo ngapain di sini." Betapa terkejutnya Revy saat melihat sosok gadis cantik di hadapannya.
"Kenapa emang? Lo ga suka Gue jenguk Lo? Oh atau Lo ga suka Gue di sini" Ujar Celina dengan kesal. Padahal kan Celina udah meluangkan waktunya kesini.
"Bukan gitu maksud Gue. Lo ga liat sekarang ini udah jam berapa? Udah jam tujuh malem Celina. Ponsel Lo juga di mana Cel? Bang Vian tadi teleponin gue nanyain Lo."
"Lo habis dari mana aja Celina. Udah ayo, gue anterin"
Deg
Saat mendengar nama Abang kandungnya di sebut, Celina langsung tak bisa berkutik lidah nya mendadak kelu keringat dingin mulai membasahi pelipis nya.
Saat matanya melihat jam tangan nya yang melekat manis, dan benar saja sudah menunjukkan pukul 19.15 WIB. Tandanya sudah sangat larut untuk anak sekolahan seperti dirinya. Yang pergi pagi dan masih belum pulang juga tidak memberi kabar pada keluarganya.
"Udah Lo diem aja di rumah. Gue bisa pulang sendiri kok, lagian ga jauh. Gws ya, Vano sayang." Saat Celina selesai mengucapkan kalimat tersebut, tanpa menunggu balasan dari Revy. Ia langsung bergegas pergi meninggalkan mansion mewah Revy.
Ini komplek perumahan elit, sedangkan rumah Celina berada di komplek sederhana yang gang nya hanya bersebelahan. Dengan gang rumah Revy.
Dengan tenaga yang tersisa Celina berlari sekencang mungkin.
Saat sudah sampai di rumah yang sederhana namun sangat asri karena banyak tanaman hijau yang indah, juga di rawat oleh ibunya Celina.
Saat ingin membuka pintu, tetapi pintu lebih dulu di buka dari dalam rumah. Pintu terbuka lebar menampilkan sosok pria yang begitu mirip dengan Celina usianya lebih tua 4 tahun dari Celina.
Ya, itu adalah Abang kandungnya Celina yang bernama Alvian Lorenzo saat ini menjadi mahasiswa jurusan Bisnis.
"Bagus." Satu kata, keluar dari mulut pria itu begitu Ia melihat adiknya yang baru saja pulang.
PLAK
Perih. Terasa darah segar keluar dari ujung bibir Celina, seperti sedikit sobek.
Tapi lebih perih dengan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Beda Agama [end]
Roman pour AdolescentsTerkadang kita harus merasa sakit, agar kita tahu bagaimana cara bersyukur. Namun bagaimana jika sudah bersyukur pun rasa sakit itu tak kunjung menghilang malah bertambah. Mencintai seseorang dengan sangat namun beda keyakinan. Sudah beda keyakinan...