26. Need Love
flashback on
Seorang pemuda datang ke tempat tongkrongan yang sering ia dan teman-temn nya kunjungi. Dengan wajah yang begitu kusam, terlihat putus asa. "Ko pukul gue!" Ujar sosok pemuda tersebut. Seorang pemuda yang di panggil 'Ko' tadi menoleh menghela nafas Panjang, "Gue kalau lo gini terus, bisa-bisa lo gue bunuh aja sekalian." Ujar nya dengan tangan yang mengepal kuat tidak sabar ingin segera memberi bogeman mentah.
"Gue juga ga mau gini Ko!"
Bugh
Bugh
Bugh
Srekk
Suasana yang tadi nya hangat karena candaan dan ricuh, mendadak hening dan suasana menjadi lebih mencekam.
"Anjing lo Al! Lo emang ga punya otak. Mati aja lo orgil."
flashback off
Pagi ini Celina bangun dengan keadaan yang tak dapat di katakan baik. Muka terlihat sembab, hidung yang memerah, mata yang sedikit bengkak.
Berkaca untuk melihat muka mengerikan milik nya, "Huftt. Jelek banget ih, ntar kak Rey ga suka gue lagi gimana?"
Pagi ini Celina sedikit mengubah penampilan nya, memakai kaca mata bulat terlihat sedikit aneh.
Pagi ini pun Celina kembali bertemu dengan sosok Alvian, tatapan mata nya begitu sulit untuk Celina artikan. Dengan plongos Celina melewati Alvian dan melangkah kedapur lalu bertemu dengan sosok ibu dan ayah nya yang begitu Celina sayangi dan cintai.
Celina tersenyum haru, Celina berharap ketika dirinya tak ada nanti semoga suasana di rumah tetap hangat seperti ini. Jika kalian mengira pemandangan yang Celina saat ini lihat adalah tentang ibu nya yang sedang memasak dan di peluk oleh ayah nya dari belakang seperti yang ada di drakor-drakor kalian salah besar!
Justru sosok ayah nya yang memasak dengan satu tangan dan tangan kiri nya saling bertautan dengan tangan sang ibu. Jangan heran, ibu Celina sudah tak kuat untuk memasak dan melakukan banyak hal.
Celina berdehem singkat,"Cieeee. Pagi-pagi udah mesra aja, kasian sama yang jomblo kali." Ujar gadis tersebut dengan usil menoel pipi sebelah kiri ibu nya.
"Kamu nih, cari pacar makanya." Setelah mengatakan itu Noverida terkekeh pelan, karena di tegur oleh sang suami.
"Sudah-sudah, sarapan dulu." Lerai Erwin selaku kepala rumah tangga.
"Emm pa, Celina sarapan di sekolah aja. Soalnya Celina mau nyalin tugas Reni dulu." Ujar Celina sambal menampilkan cengiran khas nya.
"Kamu kebiasaan gitu terus,, ntar nyatanya ga ada sarapan di sekolah."
"Ih papa. Beneran adek sarapan di sekolah ntar. Dah ya, ntar telat. SYALOMMM" Seteleh bersalaman dengan kedua orang tuanya nya Celina langsung saja beranjak ke luar rumah.
Celina tidak terkejut jika di depan nya sudah ada sosok Reyhan yang sudah nangkring di atas motor nya. "Selamat pagi calon pacar akuhh" Tidak. Itu bukan sapaan dari Rey melain kan dari Celina sendiri.
***
Setelah sampai di sekolah seluruh mata tertuju pada Celina dan Reyhan. "Ish, kaya ga pernah liat orang cantik aja." Ujar Celina sambil mengibaskan rambut badai nya.
Tanpa memikir kan banyak hal, Celina melangkah begitu saja ke kelas nya. Tidak lupa untuk mengucapkan kata terimakasih.
Sampai di kelas, Celina melihat Ziva yang menatap diri nya dengan tatapan yang sulit Celina artikan. Namun Celina melihat Reni yang datang menghampiri nya, "Lo ga mau jujur apapun tentang diri lo?"
Celina mengerutkan dahinya keheranan, apa maksud nya?
"Gue ga ngerti apa maksud lo."
"Stop untuk berpura-pura kalo lo itu kuat!"
Ziva yang melihat dan menyimak dari tadi mulai berbicara. "Ga mau ngaku abis jual diri tadi malam." Lalu Ziva pergi meninggal kan ruangan kelas.
Di dalam kelas hanya ada mereka bertiga saja, karena masih terlalu pagi.
Reni terkejut mendengar perkataan Ziva barusan, "ZIVA JANGAN SEMBARANGAN KALO NGOMONG!" Ujar gadis tersebut sambal berteriak.
Lalu pandangan Reni kembali ke arah Celina, "Lo baik-baik aja kan?"
"Apa yang perlu di khawatirin? Gue baik-baik aja seperti yang lo liat sekarang." Ujar Celina dengan enteng nya.
"Lo ga baik-baik aja Cel!"
"Apa sih? Ngaco banget, orang gue baik sehat gini masa di bilang ga baik-baik aja? Oh, lo mau temen lo yang imoet nan maniez ini jadi ga baik-baik aja?"
"Gue bilang stop! Apa susah nya ngaku sih Cel? Sesusah itu ya? " Lirih Reni di akhir kalimat nya.
Deg
Celina terkejut mendengar nya, apakah Reni sudah mengetahui segalanya? Oh jangan lupakan bahwa dokter yang menangani diri nya adalah ibu dari sosok gadis yang ada di hadapan nya ini.
Sebisa mungkin Celina mengontrol mimik wajah nya, "Maksudnya apa sih Ren? Jangan ngaco please."
"Oke fine. Tapi nanti kalo lo butuh bantuan dan udah siap uantuk bilang tolong jangn sungkan ke gue ya Cel?" Reni pasrah, biaralah dulu. Reni akan selalu sabar menunggu celina sendiri yang akan berkata langsung pada nya.
Celina hanya ngenganggukkan kepalanya pelan. Hampir aja. Batin Celina.
***
Saat ini kelas Celina dan kelas Revy sedang melakukan olah raga. Yup kelas mereka memang mempunyai jam olah raga yang sama. Dan guru olah raga kelas Celina sedang ada pelantikan di gedung olah raga ibu kota, sehingga kelas Celina dan Revy di satukan.
"Hai cantik," Goda Revy pada Celina.
"Berhenti nampilin muka lo yang sebelas-dua belas kaya babi itu! Gue liat nya mau muntah." Balas Celina dengan santai.
Tentu Revy tidak terima akan hal itu. "Enak aja muka ganteng gini di samain sama babi! Muka lo noh dempul, pake apa tu muka? Semen?" Ejek Revy dengan menampilkan ekspresi tengil nya.
Ketika Celina ingin Kembali membalas nya, namun terdengar suara peluit untuk segera berkumpul di tengah lapangan.
Celina mengepalkan tangan nya lalu menunjukkan pada Revy yang masih terlihat tengil di mata Celina seolah berkata, "Liat aja ntar abis lo gue tonjok."
***
Hai-haiii maniezzz wkwk
Semoga suka ya sama cahp kali ini^^
See u next cahp🤍💐
12 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Beda Agama [end]
Novela JuvenilTerkadang kita harus merasa sakit, agar kita tahu bagaimana cara bersyukur. Namun bagaimana jika sudah bersyukur pun rasa sakit itu tak kunjung menghilang malah bertambah. Mencintai seseorang dengan sangat namun beda keyakinan. Sudah beda keyakinan...