23. Violence Again

11 3 0
                                    

23. Violence Again

"Gue mau dia habis malam ini juga!

***

Seorang gadis sedang mondar-mandir di dalam ruang kamar yang begitu mewah. Menggigit ujung jari jempol sambil berharap cemas menatap ponsel yang ia genggam.

Drtt..Drtt

Deringan tanda panggilan masuk tanpa menunggu lama lagi, sang gadis langsung mengangkat ponsel yang sedang ia genggam.

"Maaf sayang."

Gadis si penerima telpon menghela nafas berat.

"Mama udah nunggu lama banget, ini udah larut malam. Tapi dia ga datang juga."

Setetes air matanya jatuh mendengar kalimat yang keluar dari sang penelepon dari sebrang sana. Mamanya, Aini.

Ya, gadis tersebut adalah Anggreni Lolita. Yang kerap di panggil Reni.

"Ma.." Suaranya tercekat, tenggorokan nya kering seketika.

"Maaf. Dia pasien mama yang paling keras kepala. Mama udah berulang kali kasih tau dia. Tapi sampai saat ini semua sia-sia."

Tut.

Reni memutuskan sambungan nya secara sepihak. Terisak pelan, pikirannya sedang berkelana jauh memikirkan bagaimana keadaan sahabat nya saat ini, karena mereka sudah dua hari tidak saling bertegur sapa.

***

Di sisi lain sosok Marcelina lagi-lagi mendapatkan kekerasan dari abang nya tempramen.

"Lo anak biadab! Ga pantas hidup!" Kaki nya masih belum di angkat meski sudah tau saat ini adiknya perempuan itu sudah sangat kesakitan. Sebab tangan Celina sebelah kanan di injak kuat oleh Alvian.

Celina masih santai, tidak menunjukkan tanda-tanda dirinya merasa kesakitan.

"ANJING KALAU MAU NANGIS, NANGIS AJA! BENCI GUE LIAT LO"

PLAK.

Setelah kaki nya tidak di injak lagi. Kini pipi kirinya mendapat giliran. Celina hanya meringis pelan dan yang mendengar hanya dirinya sendiri.

Alvian yang dalam pengaruh alkohol dengan emosi yang memuncak langsung menjenggut dan rasa-rasa menarik kuat rambut Celina lalu dengan kuat pula membentur kan kepala itu ke dinding.

Setelah nya Alvian pergi dan Celina jatuh pingsan dengan keadaan hidung yang mengeluarkan darah dan kepala bagian samping kiri juga mengeluarkan darah.

Sangat mengenaskan!

Dua jam berlalu akhirnya Celina kembali sadar. Merasa sakit yang sungguh luar biasa di sekujur tubuhnya. Bangkit dengan sisa tenaga melangkah pelan menuju kamarnya dan langsung membersihkan tubuh.

***

Di lorong yang begitu gelap dan sepi Celina berjalan dengan persamaan yang sedikit takut. Dirinya usai membeli makanan di warung terdekat tetapi harus melewati lorong tersebut jika ingin cepat sampai di rumah.

Kita Beda Agama [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang