25. Pulang (rumah)?
Rey menarik senyuman miring, dengan masih menaikkan sebelah alisnya.
Lalu tangan nya berkutat membuka plastik yang ia bawa, yang isinya adalah dua porsi bubur ayam.
Rey menyodorkan sesendok bubur ke depan mulut Celina.
Menurut. Celina membuka mulutnya menerima suapan dari Rey, terus begitu sampai seporsi bubur habis di lahap Celina.
Did you know guys? Celina tidak pernah suka bubur, karena menurutnya dengan tekstur seperti itu sangatlah aneh.
Namun liat sekarang? Seporsi bubur ayam habis begitu saja tanpa sisa kecuali bungkus nya.
Semua karena tangan Rey!
Rey kembali ke tempat semula ia duduk. "Jauhi orang yang membuat lo rugi!"
Celina menatap Rey yang ada di hadapannya dengan keheranan. "Maksudnya kak?"
"Huft. Terkadang diri ini jangan terlalu baik untuk berhadapan dengan orang. Sekalipun itu orang terdekat! Karena itu bisa jadi boomerang bagi orang yang berperan."
Celina menganga mendengar nya. Apa maksudnya dan wow Rey berkata sangat panjang lebar. Seharusnya Celina merekam momen ini.
Meskipun Celina tidak mengerti maksudnya. Tetapi ia mengangguk saja.
"Lo ga pulang?"
"Lo ngusir gue kak?" Dengan nada yang sedikit ngegas, Celina balas bertanya.
Lagi-lagi Rey mengangkat sebelah alisnya, keren.
Tentu hal ini hanyalah berlaku bagi orang yang keren saja! Itu menurut Celina.
"Lagian gue mau pulang ke mana," Ujar Celina lagi.
Rey tak lagi bembalas, pemuda tampan itu malah pergi beranjak ke arah pintu yang di yakini Celina itu adalah sebuah kamar.
Celina terdiam di tempat sebenarnya sepanjang malam dirinya tidak tidur. Melainkan ia berfikir ada yang tidak beres, karena setahu dirinya kawasan rumah nya itu begitu ketat pengamanan walaupun perumahan itu termasuk orang yang isi nya hanya kalangan yang di bawah.
Namun dirinya punya firasat bahwa Rey akan datang maka dari itu Celina berpura-pura tidur, dan benar saja tak berapa lama mungkin hanya selisih lima menit lalu muncullah sosok pemuda tersebut.
Celina sedikit trauma, kejadian tadi malam selalu terngiang-ngiang di pikirannya. Sangat menggangu!
"Ayo pulang gue anter." Tiba-tiba Rey sudah ada di hadapannya sambal menenteng jaket kulit kebanggaan nya. Dan dengan segera pula Celina menggeleng keras. "Gue ga punya tempat untuk pulang kak. Lalu lo mau anter gue ke mana?" Ujar gadis itu.
Memikir kan harus berhadapan lagi dengan Alvian sang kakak, sudah duluan membuat Celina enggan kembali ke sana. Terlebih saat ini kedua orang tua nya sedang pergi ke kampung halaman sang ayah. 'Orang tua lo udah balik." Rey Kembali berujar seakan tau apa yang sedang di pikirkan oleh gadis tersebut.
Celina melirik sinis, yang benar saja! Dari mana pemuda ini tau bahwa orang tua nya sudah pulang.
Rey sudah habis kesabaran tanpa berfikir lagi, Rey lekas menarik lengan kurus Celina. "Gue ga mau kak!"
Rey menatap gadis yang ada di hadapan nya ini, sebegitu nyaman kah tinggal di apartemen nya ini? "Orang tua lo udah pulang, gue ga bohong."
"Tau dari mana?"
Tanpa berfikir lagi rey langsung saja mengangkat tubuh Celina seperti karung beras.
Tentu sang gadis begitu terkejut dan berontak. "Apa-apaan sih kak?"
***
Setelah sampai di depan rumah Celina, Rey pun lansung beranjak, karena masih ada sesuatu yang harus di selesai kan.
Sebelum masuk ke dalam yang di sebut rumah itu, Celina berharap lebih tentang hal yang baik.
Ketika pintu terbuka Celina langsung di sambut dengan pelukan hangat sang ibu. Sungguh Celina tak bisa untuk tidak terkejut.
"Kamu ga papa nak? Mama dapat kabar dari temen kamu, kamu kecelakaan."
Celina keheranan, kemudian langsung paham mungkin saja Rey yang berulah. "Celina oke ma." Tidak lupa dengan senyuman manis nya.
"Syukur kalau kamu tiidak apa-apa. Kamu ke kamar aja istirahat ya, pasti kamu cape kan." Ujar Noverida sebagai sang ibu.
Celina masuk kedalam kamar nya. Celina mulai menetskan air mata nya. Celina menjambak erat rambut nya, menangis tanpa suara benar-benar menyesak kan. Rasanya ingin teriak begitu kencang tapi Celina tidak sanggup lagi.
Sangat lelah dengan hidup nya namun seakan ada yang menahnnya utuk terus bertahan. Celina tidak mengerti lagi dengan jalan hidup nya, ingin mengeluh tapi rasanya percuma saja.
Celina menghapus dengan kasar air mata nya. Semalam benar-benar di luar kendali tidak pernah terfikir olehnya kejadian trsebut akan terjadi.
***
Tidak terasa kini terang nya bulan di malam hari kembali menyambut siapa saja yang menikmati nya.Namun tidak untuk seorang Celina, karena kejadian itu malam menjadi suatu hal yang membuat Celina trauma. Sedari tadi Celina belum ada keluar kamar, namun kali ini Celina mau tidak mau diri nya harus keluar kamar dan menuju dapur. Karena cacing yang ada di dalam perut nya sudah meronta meminta makan.
Namun ketika sampai di dapur Celina melihat keberadaan Alvian sang kakak laki-laki nya. Ada hal yang membuat Celina begitu terkejut, karena posisi Alvian yang memunggungi Celina jadi dengan mudah Celina melihat dengan jelas punggung Alvian yang terdapat banyak sekali luka bahkan ada yang masih terlihat luka baru darah nya juga terlihat sedikit keluar.
***Hai-haiii, aku kembali lagi!!
Maaf kalo lama up nya hehe, maklum anak kelas 12 ujian praktek dll.Semoga suka chapter kali ini ya!!!
Jangan lupa untuk vote dan komen 👉🏻
See u next cahp🤍💐
04 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Beda Agama [end]
Teen FictionTerkadang kita harus merasa sakit, agar kita tahu bagaimana cara bersyukur. Namun bagaimana jika sudah bersyukur pun rasa sakit itu tak kunjung menghilang malah bertambah. Mencintai seseorang dengan sangat namun beda keyakinan. Sudah beda keyakinan...