24. Bawa Aku Pergi Jauh
Air matanya mengalir dengan deras. Celina sudah pasrah akan kemana nanti akhirnya.
"Sentuh gue, pakai tubuh gue. Kalau itu yang emang kalian ingin kan!" Celina berujar lirih. Setelah salah satu di antara preman tersebut menyentuh dadanya.
Dirinya sudah sangat hina. Tidak pantas lagi untuk hidup!
"Gitu dong, udahlah pasrah aja." Usai menyelesaikan kalimatnya preman itu tertawa terbahak.
"Tolong. Setelah kalian puas dengan tubuh ini, langsung bunuh gue dan kalian lari sejauh mungkin. Jangan lupa pastikan gue bakal benar-benar mati!" Ucap gadis tersebut dengan tersedu-sedu.
Bugh.
Celina tersentak pelan. Pupil matanya melebar melihat adegan di depan matanya.
1 VS 3.
Semakin terkejut saat tau seseorang yang akan menjadi penyelamat nya itu ada seorang pemuda yang telah mengisi hatinya dua tahun belakangan ini.
Ya. Pemuda itu adalah Reyhan Yusuf Vernandes.
Tak henti air mata Celina keluar berlomba-lomba dari pelupuk matanya. Pipi yang tirus itu kini sudah sangat basah.
Rey menghabisi ketiga preman tersebut tanpa ampun. Sehingga ketiga preman itu sudah terkapar dan dengan sisa tenaganya mereka bertiga berlari.
Rey menghampiri Celina yang tampak kacau di tempatnya.
Membuka hoodie yang membungkus tubuh kekar nya lalu dengan telaten mengenakannya pada tubuh ringkih milik Celina.
"Ayo," Saat Rey akan menggenggam tangan milik Celina. Lebih dulu gadis itu tepis.
"Gue hina.... Tinggal in gue di sini."
"Lo emang mau di perkosa?" Tanya Rey dengan santai. Tanpa perduli kalimat nya barusan bisa melukai hati Celina.
Rey menghela nafas sesaat, "Ga usah banyak mikir. Ayo!"
"Bawa aku pergi jauh. Aku, aku ga mau pulang ke rumah terkutuk itu!" Celina meneteskan airmata nya lagi dan lagi.
***
Kini dua sejoli yang berbeda jenis kelamin itu, telah sampai di sebuah apartemen yang cukup mewah.
Celina sedari tadi saling menautkan kedua tangan di atas pangkuan nya dan meremat erat.
Duduk saling berhadapan, "Kenapa bisa?"
Celina mengangkat kepalanya guna menatap wajah tampan yang ada di hadapannya. "Hah?"
Bodoh!
Dari banyaknya jawaban kenapa kata tersebut yang keluar dari bibirnya yang tampak pucat itu.
Rey bergeming di tempat. "Oh!" Celina yang malang. Memang ketika sudah berhadapan dengan Rey isi otaknya entah tercecer di mana.
"Eh, maaf kak. Nanya apa?" Tanya gadis itu.
Reyhan masih tidak mengeluarkan suara dan ekspresi lain selain datar.
"Oh itu. Tadi gue abis beli makan terus tiba-tiba ada mereka." Setelahnya Celina kembali menundukkan kepalanya dalam.
Celina sudah kembali rapi. Apartemen ini adalah milik Rey, tadi Celina keukeh tidak ingin di antar pulang ke rumahnya. Lalu Rey membawanya ke tempat ini. Dan di suruh untuk membersihkan tubuhnya dengan mengganti baju, memakai kaos oblong milik Rey yang tampak kebesaran di tubuh Celina.
"Padahal sebelum-sebelumnya ga pernah kejadian gini. Karena di rumah gue itu ramah lingkungan,"
"Mungkin tadi lagi ga ramah aja." Ujar Celina lagi.
Tanpa perduli celotehan Celina, Rey bangkit berdiri dan berjalan menuju-yang di ketahui Celina pasti dapur.
Sibuk memikirkan hal lain, kini Rey telah kembali dan meletakkan sepiring nasi lengkap dengan lauk-pauk yang tampak nikmat. "Makan!"
"Abisin! Gue pulang ke rumah gue, lo bebas di sini. Gue pamit." Celina menatap punggung tegap itu sampai tubuh kekar dan pelukable tersebut hilang dari pandangan nya di telan oleh pintu keluar.
***
Rey tidak bisa tidur. Matanya menatap tajam ponsel yang ada di genggamannya. Ini bukan ponselnya, tadi saat bertengkar dengan para preman tanpa sengaja ponsel milik preman itu terjatuh. Lalu Rey mengambil nya.
Dan, wush. Ponsel tersebut tidak ada pengalaman nya atau ponsel tersebut tidak di beri kata sandi atau hal lainnya.
Lebih mengejutkan lagi, melihat pesan yang masuk dan nama kontak nya lalu melihat pesan dari awal.
Rey mencengkram ponsel tersebut erat. Lalu memasukkan nya ke dalam laci nakas yang berada di sisi kasurnya.
***
Tak terasa yang tadi malam sudah berganti menjadi pagi hari.
Seorang pemuda menatap gadis yang ada di hadapannya yang masih memejamkan matanya. Walau tidur di sebuah sofa tapi tampaknya gadis tersebut merasakan nyaman-nyaman saja.
Lalu netranya beralih pada meja yang masih ada nasi dengan lengkap lauk-pauknya. Sepertinya makanan tersebut tidak di sentuh sedikit pun.
Kini gadis manis dengan nama lengkap Marcelina Azura itu perlahan membuka matanya.
Sedikit terkejut saat bangun pemandangan pertama yang ia lihat adalah sosok pria jakun yang sangat tampan.
Perlahan duduk, lalu ingatan tadi malam berputar bak kaset yang rusak berputar di kepalanya.
"Kenapa ga di makan?" Ujar Rey dengan menunjukkan piring yang ada di meja menggunakan dagunya.
Celina malah mengangkat tangan nya dan menunjukkan pada Rey. Memberi tahu bahwa tangan nya tidak bisa berfungsi untuk sesaat.
Rey lagi-lagi menghela nafas, "Terus?" Astaga! Rey bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya. Sangat tampan, ketampanan yang berada di atas rata-rata orang waras.
"Suapin,"
"Eh?" Celina dengan buru-buru menutup mulutnya. Hati, pikiran dan mulutnya tidak bisa di ajak kerjasama.
Bisa-bisanya Celina berujar dengan nada manja dan terdengar sangat menjijikkan.
Rasanya Celina ingin tenggelam di dasaran laut saja!
***Hai semuanya....
Jangan lupa vote&komen.
Semoga suka ya sama cerita ini!
See u next cahp🤍💐
5 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Beda Agama [end]
Teen FictionTerkadang kita harus merasa sakit, agar kita tahu bagaimana cara bersyukur. Namun bagaimana jika sudah bersyukur pun rasa sakit itu tak kunjung menghilang malah bertambah. Mencintai seseorang dengan sangat namun beda keyakinan. Sudah beda keyakinan...