-11-

634 21 1
                                    

n : sorry banget bahasanya suka berubah² sesuai mood. Enjoy the story aja yaa ✋ kalo ada typo comment yaa guys, sowwryyy.

Mas Meda hanya berusaha menahan sakit di luka lukanya sambil menertawakan tingkahku setelah salah ucap ke mama yang membuat para orang tua berharap lebih dari kami.

Pria 27 tahun itu akhirnya pergi ke kamar, aku membereskan beberapa barang dan akhirnya menyusul masuk ke kamar untuk mengambil baju ganti. "Ganti disini aja sih, ngapain pake segala ke kamar mandi?" Ucap mas Meda yang membuatku memelototinya. "Dasar mesum!"

"Biarin aja mesum sama istri sendiri" Ucapnya dengan muka tanpa dosa. "Tck" aku pun mengganti bajuku ke kamar mandi dan kembali ke kamar lagi, "ish, saking aja lagi sakit makanya aku bolehin tidur di kamar" aku menggerutu sambil memakai skincare.

"Emangnya kemarin gak boleh?" Ah seball! Gara gara telpon dari mama, mas Meda jadi liar begini huhu! Tolong aku! "Yaudah besok mas tidur di sofa." Cetus ku. "Dih, orang ini kamar mas. kok ngatur?" Lagi lagi aku melemparkan tatapan tajam pada pria menyebalkan itu. "Yaudah aku yang tidur di sofa. Males sekamar sama orang mesum." Setelah skincare -an, aku keluar kamar sambil menjulurkan lidahku ke arah mas Meda.

Aku membuka ponselku untuk melihat jadwal ku besok. Ternyata sangat padat. Huhu, aku lelah sekali hari ini, tapi syukurlah hubunganku dengan mas Meda membaik. Ah kenapa aku jadi bingung begini??? Entah kenapa ada bisikan bisikan aneh dari sekelilingku yang menyuruhku untuk kembali masuk ke kamar dan tidur dengan mas Meda, tetapi hanya 'tidur' kann?

Apa jangan jangan aku mulai jatuh cinta padanya? Tapi masa secepat itu? Baru dua hari di Jakarta lho ini! suara tapakan kaki terdengar, sesuai dugaan, mas Meda menyusulku, kali ini aku tidak membiarkan mas Meda menggendongku ke kamar, aku reflek bangun dan kembali menggiring mas Meda ke kamar.

"Kirain, kamu udah tidur." Ucap mas Meda. "Kamu tidur di kamar aja, di sofa gak enak, nanti pegel pegel badan kamu." Aku pun menuruti perintah mas Meda dan tidur di sampingnya walaupun agak berjauhan. Aku tidak lagi memikirkan akan terbangun dipelukannya, aku langsung tertidur karena hari ini benar benar panjang dan melelahkan.

Keesokan paginya, lagi lagi aku tidak mendapati mas Meda di sampingku, apa dia sudah pergi? Aku keluar kamar dan pergi ke dapur.

"Morning sayang!" Aku terkejut ketika mas Meda tiba tiba menyambutku dengan sapaan pagi yang tidak biasa. "Astaga mas aku kira bukan manusia" ucapku pada mas Meda yang memakai pakaian serba putih di dapur. "Iya kan mas duplikatnya malaikat." Aku memutar mataku malas.

"Terserah deh, btw mas gak takut kotor apa bajunya! Udah sini aku aja yang masak!" Aku mengambil alih dapur setelah mencuci muka.

"Mas duduk aja, gausah berdiri disitu terus. Aku berasa jadi peserta master chef tau!" Pria itupun cengengesan kemudian menuruti perintah ku.

Beberapa menit kemudian. . .

"Pinternyaaa istriku!" Mas Meda menepuk nepuk puncak kepalaku lembut, astaga mas! Kalo gini terus aku mana kuat cobaaa?! "Biasa ajaaa, udah cepetan makan, nanti telat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pinternyaaa istriku!" Mas Meda menepuk nepuk puncak kepalaku lembut, astaga mas! Kalo gini terus aku mana kuat cobaaa?! "Biasa ajaaa, udah cepetan makan, nanti telat." Mas Meda menanggapi ucapanku dengan senyumannya.

Setelah sarapan bersama 'suami' aku pun bersiap untuk pergi ke kampus, kali ini aku akan berangkat bersama mas Meda. Baru semalam aku menolak untuk pergi bersamanya ketika di kampus, kini aku sudah nekat berangkat bersama ke kampus dengan dosen idola ini.

"Mas gak mau kasih bocoran materi gitu?" Aku nyengir setelah mengatakannya. "Gak, simak aja nanti." Ekspresi ku langsung mendatar. "Jangan mentang-mentang punya suami dosen kamu jadi males malesan yaa!" Tegas mas Meda. Aku hanya mengangguk untuk mengiyakannya.

Sesampainya di kampus, kami langsung berpisah begitu mas Meda memarkirkan mobilnya. Sambil menunggu kelas, aku duduk di sebuah kursi di dekat air mancur sambil membaca buku.

Namun pikiranku kacau, aku kembali teringat kejadian kemarin. Bukannya aneh jika Andre mengetahui aku sebagai adiknya mas Meda tapi aku malah memutuskan untuk pergi dari apartemen? Disisi lain bisa saja dia berpikir kami sedang bermasalah, tapi. . .ah sudahlah.

Dari kejauhan, aku melihat seorang pria dengan kalung bunga mawar di lehernya, reflek aku memalingkan wajahku seolah tak melihatnya.

Tetapi ia malah menyapa ku seolah tak terjadi apa apa. "Hai Tamara!" *Glek* pria itu langsung duduk di sebelahku seraya mengambil buku yang sedang aku baca. "Ih apa sih gue lagi baca bukunya tau!" Aku berusaha merebut buku itu kembali. Namun ia malah membaca baca bukunya tanpa menghiraukan ku. Atmosfir diantara kami terlalu canggung, tidak mungkin juga membahas soal kemarin. Meskipun aku masih harus mengetahui kebenarannya. Ini masih terlalu janggal untukku.

"Soal kemarin, maaf ya gua ngelukain kaka lo." Astaga situasi macam apa ini? Keluarkan aku dari sini sekarang!!!

"Pasti Lo udah denger dari kakak Lo soal gue, tapi gue mau tobat Tam, please bantu gue."

Hah?

Voment for appreciate ✨
Kalau ada saran/masukan bisa di kolom komentar atau DM aja yaa!
see u in d next part
Enjoy~

my perfect 'Mas'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang