²⁰

598 40 5
                                    

ENJOY!













Zean sudah berada di New York selama seminggu . Selama itu juga dia mencari universitas yang setidaknya bisa dia masuki nantinya.

Saat ini dia sedang membersihkan tangan dan wajahnya marsha dengan kain basah yang dicelupkan air hangat.

"Kapan kamu bangun" lirihnya pilu. Dia hampir saja ingin putus asa.

Marsha masih memejamkan matanya seakan tak ada lagi niatan untuk bangun . Zean mulai kehilangan kepercayaanya terhadap marsha.

"Aku kangen sama omelan kamu.."

"Kangen semuanya yang ada didalam diri kamu . Banget yang".

"Aku maunya cari yang lain , tapi aku gamau jadi orang yang paling menyesal jika saat itu terjadi kamunya udah terbangun".

"Kamu bangun mengetahui aku bersama perempuan lain pasti membuatmu sedih. Kamu pasti bakalan sama pria lain .. hiks..aku gamau itu terjadi.."

Zean menangis lagi entah mau sampai kapan dia menangis . Dia juga tidak tahu sampai kapan .

"Bangun..hiks... Aku mohon sha..." Mohonnya.

Kali ini mereka lagi-lagi hanya berdua saja . "Aku gak sanggup lagi.." pilunya dengan tangan yang menggengam erat tangan marsha.

Tangisan itu menggema ke sudut kamr , tangisan yang mengandungi banyak arti didalamnya.

"Bangun hikss...."

Tangisan itu terdengar ditelinga marsha , sampai membuatnya memaksa diri agar bangun. Perlahan kedua matanya terbuka , tatapan kosong lah ia lihat disana.

Genggaman tangan zean terbalas membuat cowok itu terkejut.

"Marsha!?" Serunya tak bahagia terlebih saat kedua manik marsha melirik kearahnya.

Bibirnya masi terkatup rapat. "Tunggu ya , aku panggil doktor dulu". Ujarnya bergetar dengan tangan yang gementar dia menekan tombol diatas kasur.

Kemudian duduk kembali . "Syukurlah aku senang.." bisiknya bahagia.

Lagi dan lagi marsha hanya memandangnya dengan tatapan kosong. Entah apa yang ada di pikirnya saat ini , tidak ada yang tahu melainkan marsha sendiri.

.
.
.
.
.

Dengan penuh suka dan senang terasa di kamar inap marsha . Keadaan nya dinyatakan normal tanpa kendala , dokter sudah memastikan marsha melewati masa kritisnya.
Kini hanya tinggal masa pemulihan.

"Kakak , jangan sakit lagi". Marsha melirik adiknya. Lalu mengangguk singkat.

"Maafin oma , mulai sekarang oma gak bakal maksa apapun lagi sama kamu".

Marsha mengangguk pelan , baguslah kalau memang seperti itu . Zean sendiri berdiri didekat ranjang marsha , jantungnya berdegup amat cepat. Dia senang marsha sudah kembali sadar.

"Sha.. aku rindu sama kamu.." lirih zean kepalanya menunduk guna memandang lekat wajah marsha.

Sekilas ingafa  sebelum insiden penusukan itu kembali melintas dikepalanya . Membuat raut wajah marsha mengeras dan penuh dengan kebencian.

"Kamu tau ? Zean pulang ke Indonesia dan dia langsung memacari gadis lain".

"Jangan membual lagi pula itu buka  urusanku".

"Oh ya? Tapi mereka berciuman".

Jantung marsha berdetak kencang. Terlebih saat ben memberikan foto dimana zean dan seorang gadis berseragam SMA yang sama dengannya.

Berpelukan dengan bibir yang menyatu . Rasanya hati marsha teremas sampai hancur .

Semua hening Dan sampai akhirnya ben mendorongnya keras dan menusuk perutnya sebanyak 10 kali , hal yang teringat dikepalanya adalah foto jahanam itu.

"Marsha ? Kamu kenapa?" Tanya zean pelan.

Tatapan sendunya membuat kebencian marsha naik berkali-kali lipat. Dia mendecih pelan . "Keluar". Perintahnya dingin.

"Siapa yang kamu maksudkan ?" Tanya papanya marsha.

Marsha melengos , engan menatap mata penuh kepedian milik zean . "Marsha gamau lihat cowok ini , marsha gak kenal sama dia. Usir dia". Ujarnya dingin.

Deg!

Zean membeku , apalagi kali ini YaAllah. Kenapa zean tak bisa senang sedikit saja.






Bersambung .

Vote di bulan yang mulia ini .

Ntr gua pikir gua upload nya kapan lagi ya.

Selamat berpuasa dan selamat sahur.

My Baby Boy ( ZeeSha)     [END]Where stories live. Discover now