0.5 [Proses membuka mata batin]

402 71 3
                                    

Happy reading^^

Ekspektasi mu terlalu tinggi sampai kau lupa posisimu sudah berada di pinggir tebing.

-
-
-
-
-
-

"Saya terima semua konsekuensinya. Walaupun itu membahayakan nyawa sekalipun, saya akan tetap ingin membuka mata batin,"tegasnya.

Sontak saja pandangan Bara dan Caka langsung menuju ke arah Agra. Mereka hanya menganggap ini candaan, namun Agra sudah terlanjur terbawa oleh suasana sampai bawa-bawa nyawa.

"Baiklah, karena tekadmu sudah bulat maka Mbah akan membantumu. Pukul 00:00 malam nanti ritual akan dimulai, kalian beristirahatlah dahulu. Di atas sudah ada kamar untuk kalian beristirahat,"ucapnya.

"Iya Mbah,"jawab mereka secara bersamaan.

Caka memegangi perutnya yang kelaparan, ia langsung mengingat bakso tadi sore. "Bar, dapurnya ada di mana?"tanyanya sambil berbisik.

"Di belakang, Lo mau ngapain?"bertanya kembali.

"Gua mau panasin bakso tadi. Laper gua,"jawabnya.

"Yaudah ayo. Mbah, Bara izin ke dapur ya, mau panasin bakso. Mbah mau?"menawarkan.

"Sebaiknya kalian pesan makanan yang baru. Bakso itu tidak baik untuk dimakan, pedagang bakso sudah menggunakan penglaris,"memperingati.

Reflek Caka langsung melemparkan bungkusan bakso tersebut. "Haha, bahkan saat kalian kemari, salah satu penglaris itu mengikuti,"kepala Mbah mengarah ke pintu masuk lalu berkomat-kamit membaca mantra.

"Terus gimana caranya kami beli makan Mbah?"tanya Caka.

"Tenang saja pocong itu sudah lari terbirit-birit. Kalian berdua segeralah membeli makan, Nak Agra sebaiknya di sini saja bersama Mbah,"ucapnya.

"Baik Mbah kalau begitu. Bara sama Caka pamit keluar ya,"ucapnya sambil menyalami Kakeknya itu diikuti oleh Caka. Mereka berdua lalu bergegas mencari tempat makan terdekat.

Di dalam rumah suasana menjadi hening, Agra sejujurnya sedikit takut dengan penampilan Mbah yang serba hitam serta menggunakan kalung tengkorak. "Mbah mau melakukan ritual untuk memagari rumah ini. Apapun yang terjadi jangan pernah berpindah posisi,"pesannya.

"I-iya Mbah,"jawab Agra.

Mbah lalu berjalan menuju sebuah ruangan meninggalkan Agra sendirian. Karena pesan Mbah itu membuat nya jadi waspada, ia melihat ke arah kanan-kiri memastikan tidak ada sesuatu yang akan membahayakan dirinya. "Kok hawanya jadi dingin gini ya,"memegang leher.

Brak!

Bunyi jendela yang terbuka oleh angin kencang. Tirainya melambai-lambai karena tertiup angin. Agra berdiri hendak menutup jendela, namun karena teringat oleh pesan Mbah ia mengurungkan niatnya.

Brak!

Brak!

Terdengar bunyi dari lantai atas, sepertinya jendela itu juga terbuka karena angin yang semakin kencang, pikir Agra. Sepintas terlihat bayangan hitam dari luar rumah. Lalu terdengarlah suara wanita tertawa. "Hihihi, pranyata dhukun bakal nindakake ritual sing ora arep dingerteni dening bangsaku,"

(ternyata sang dukun akan melakukan ritual yang tidak ingin diketahui oleh bangsaku,)

Agra melihat kesana-kemari mencari siapa yang berbicara, namun ia tidak melihat apapun.

"Aku ora ngerti ritual apa, nanging aku mesthi bakal ngerti hihihi,"

Seiring tawa itu menghilang terdengar suara mobil Caka. Agra bernapas lega, akhirnya kedua sahabatnya itu datang juga. "Assalamualaikum! Tegang banget itu muka,"sapa Bara.

"Walaikusallam. G-gapapa gue cuma laper aja, Lo berdua belinya di Mars kali ya, lama bener!"jawab Agra tanpa bergerak menghampiri Caka yang membawa kantong makanan.

Caka yang melihat Agra hanya duduk saja langsung menghampirinya, "Nih, gua sama Bara udah makan,"menyerahkan sebungkus nasi goreng.

"Pantesan lama,"ketusnya.

"Mbah gua kemana?"tanya Bara. Agra memberi kode memberi tahu kalau Mbah ada di belakang nya sekarang. Bara langsung membalikkan tubuhnya,"Mbah, ini Bara beliin nasi goreng buat Mbah,"

Mbah lalu menerima nasi goreng tersebut sambil berucap, "Kalau sudah makannya, sebaiknya kalian tidur. Ritualnya akan dimulai tepat pukul 00:00,"

"Iya Mbah,"menjawab. Baru saja Mbah hendak kembali ke dalam ruangan namun langkahnya terhenti karena pertanyaan dari Agra, "Maaf Mbah, apa saya sudah boleh bergerak?"tanyanya. Mbah tidak menjawab ia hanya menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam.

Sambil menunggu Agra menghabiskan nasi goreng nya, Bara dan Caka membicarakan penjual nasi goreng yang memiliki paras cantik. "Besok gua mau minta nomor WA nya, tadi ga keburu gara-gara itu cewek diserbu pelanggan,"ucap Bara.

"Ternyata gadis desa bisa secantik itu ya,"sahut Caka lagi.

Mereka berdua terus membicarakan penjual nasi goreng tersebut sampai Agra menghabiskan makannya. Setelah ia selesai membereskan bekas makan, mereka langsung menuju lantai atas untuk tidur. Sampai di kamar, mereka langsung terdiam melihat banyaknya lilin yang menjadi penerang dan takjub melihat gaya dan arsitektur kamar khas jaman dahulu itu. "Keren banget,"puji Caka.

"Woi bantuin gua tutup jendela,"ucap Bara, Caka lalu bergegas membantu.

Di dalam kamar terdapat tiga ranjang dengan masing-masing kasur. Karena terlalu lelah mereka langsung tertidur pulas setelah membaringkan tubuh di atas kasur yang tidak terlalu empuk itu.

Agra terbangun saat mendengar bunyi ketukan pintu. Rasanya baru saja ia tidur, setelah melihat ke arah jam tangan ternyata sudah pukul 23:50. Ia langsung berjalan membuka pintu, terlihat sosok Mbah yang sudah menunggu. "Ganti bajumu,"menyerahkan pakaian.

"Permisi Mbah saya ganti baju dulu,"menutup pintu dan langsung mengganti baju. Baju tersebut berwarna hitam dan sangat besar, hampir sama seperti jubah. Setelah selesai mengganti baju, Agra langsung keluar mengikuti Mbah menuruni anak tangga dengan kondisi kaki yang masih belum sembuh. Sampailah keduanya di sebuah ruangan yang telah di siapkan.

"Duduklah di tengah-tengah lingkaran lilin itu sambil bersila dengan posisi kedua tangan di atas paha,"perintah Mbah. Agra langsung mengikuti. Mbah lalu memegang kedua tangan Agra untuk mengubah posisi tangan terbuka ke atas sembari mempertemukan jari telunjuk dengan ibu jari.

"Tarik napas sedalam-dalamnya, tahan. Lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut,"ucapnya lagi. Agra pun mengikuti perintah Mbah. "Lakukan lagi selama tiga kali, dan dihembusan terakhir, pejamkan matamu,"

Agra melakukannya dengan konsentrasi penuh, setelah memejamkan matanya ia merasa ada energi supranatural di sekelilingnya. Dan perlahan ia seperti sedang berada di dimensi lain, dimana banyak makhluk yang sedang menatap tajam ke arahnya. "Akhire koe bisa ndeleng aku,"

(Akhirnya kamu bisa melihat aku,)

Seseorang berbisik padanya namun ia tidak dapat melihat siapa itu. Melihat tubuh Agra yang sudah bergetar hebat, Mbah lalu memerintahkan Agra untuk membuka mata. "Buka mata Nak,"ucapnya. Perlahan Agra membuka mata, ia tidak melihat sosok makhluk halus hanya Mbah saja dihadapannya. Namun saat melihat ke arah kanan, ia langsung memundurkan tubuhnya.

"Dia adalah kuntilanak hitam, peliharaan ku,"ucap Mbah.

Kuntilanak hitam itu terus memamerkan wajahnya yang seram pada Agra. "Pergi Lo Anjeng!"bentaknya sambil terus mengucek mata berharap ini hanya halusinasinya saja. Tapi saat ia kembali membuka mata, muka kuntilanak yang hancur itu tepat berada di depan wajah hanya berjarak 5 cm saja. Bau amis sekaligus busuk membuat pandangan Agra memburam, ia pingsan.

TBC


JUDULNYA HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang