0.23 [Gangguan hantu Joana Elisa]

298 41 12
                                    

Happy reading Rawak!!


-Tidak perlu ditutupi bangkai tetaplah bangkai, suatu saat bau nya akan tercium juga.-

-
-
-

"Hello, apakah kau menolak menjadi temanku?"tanyanya dengan tersenyum lebar.

Ketiganya diam membeku ketika melihat wajah hantu Joana Elisa yang awalnya terlihat sangat cantik kini berubah menjadi sosok yang sangat menyeramkan dengan kedua bola mata mencuat hampir keluar dan wajah yang di penuhi oleh darah bercampur belatung. Agra yang tepat berada di depan wajah hantu tersebut mati-matian menahan rasa mualnya ketika mencium bau anyir dan busuk menjadi satu di tambah belatung yang bergerak-gerak membuat ia akhirnya memuntahkan semua isi perutnya.

"Apakah aku seburuk itu sampai kau memuntahkan isi perut mu TEPAT DIHADAPAN WAJAHKU?!"hantu Joana Elisa itu mengamuk dan langsung mencekik leher Agra menyeretnya keluar dari kolong ranjang.

Bara dan Caka yang melihat Agra dicekik oleh hantu Joana Elisa hanya bisa melihat dan berdoa agar mereka bisa selamat. Bahkan hanya untuk menggerakkan anggota tubuh saja keduanya tidak mampu, apalagi membantu Agra.

"L-lepa-sin g-gu-a,"pinta Agra sambil terus berusaha melepaskan cekikan hantu Joana Elisa yang sangat erat itu, bukannya melepaskan hantu tersebut malah makin mengeratkan cekikannya. "MATILAH KAU! MATI! MATI! MAATIII!!!"suaranya menggema seisi kamar.

Agra hanya bisa berpasrah pada takdir, karena kemungkinannya untuk selamat hanya kecil. Itupun kalau ada, Agra berdoa dan terus berdoa sampai ia ingat pada benda yang diberikan oleh Nyi Tara yaitu sebuah kalung. Jika diingat-ingat Papanya pernah memberitahukan bahwa kalung yang ia kenakan bukanlah kalung biasa. Sambil mengucapkan lafaz bismillah didalam hati, Agra lalu menggenggam erat kalung tersebut dan entah darimana cahaya yang sangat menyilaukan mata tiba-tiba muncul lalu perlahan semuanya gelap, ia pingsan.

Beberapa jam kemudian, Agra terbangun karena mendengar suara alunan ayat suci dan isakan tangis yang samar-samar terdengar. Baru saja membuka kelopak mata, sebuah pelukan ia terima dari seseorang yang diperkirakan adalah Mamanya, "Alhamdulillah Gra, akhirnya kamu sadar,"ucapnya dengan diiringi tangis bahagia. Agra perlahan mengangkat tubuhnya agar posisi duduk dibantu oleh Mama Janaloka. Ia melihat sekeliling sudah banyak tetangga dan teman sekelasnya yang sedang membaca ayat suci Al-Quran bersama dengan Pak Ustadz. Agra yang merasa sangat kebingungan bagaimana bisa ia berada di rumah? Bukankah ia masih di cengkraman hantu Joana Elisa yang sangat menyeramkan itu? Tanpa pikir panjang ia langsung menanyakan semua yang ada dipikirannya itu.

"Ma, kenapa Agra ada di sini? Bara dan Caka gimana? Kenapa ada pengajian?"tanyannya berturut-turut.

Mama Janaloka masih terus menangis bahagia tidak bisa menjawab pertanyaan dari Agra. Akhirnya Papanya Jagratara yang menjelaskan semuanya pada anaknya itu. "Agra, kamu ditemukan di dalam hutan area museum bersama Bara dan Caka setelah dilakukan pencarian selama tiga hari oleh polisi. Dan kamu baru sadar setelah dua hari berada di rumah. Sebenarnya apa yang telah kalian lakukan sampai menghilang di hutan?"

"Jadi gini Pa..."ia mulai menceritakan semuanya dari awal bertemu hantu Joana Elisa sampai akhir ia pingsan. Namun pada bagian memegang kalung itu tidak ia ceritakan karena keberadaan kalung ini harus benar-benar dirahasiakan.

Belum sempat Papa Jagratara bertanya lebih lanjut. Seorang remaja perempuan yang entah sudah sejak kapan berada di dekat mereka sudah berkomentar. "Dari cerita yang kamu sampaikan, sepertinya ada bagian yang kurang. Apa tidak ada bagian cerita yang terlupakan?"tanya Lembayung.

"G-ga ada, i-itu semua udah gua ceritain. Lagian ngapain Lu di sini?"ia balik bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.

"Aku kemari karena Ibumu mengundang kami untuk melakukan pengajian, membantu mengembalikan jiwamu. Karena kamu telah sadar, aku akan pulang,"ujarnya.

Lembayung lalu berpamitan pada kedua orang tua Agra dan teman-temannya. Namun sebelum melangkahkan kaki keluar rumah, Lembayung menoleh kebelakang seraya berkata,"Masih ada sosok lain yang menginginkan mu. Jadi, berhati-hatilah!"peringatnya lalu pergi.

"Benar yang dikatakan oleh temanmu. Kau harus lebih berhati-hati Agra,"ucap Papa Jagratara.

Agra hanya bisa menganggukkan kepala. Ia masih sedikit syok dengan kejadian yang telah menimpanya.

Dret (handphone Agra di telepon oleh Caka)

"Hallo ada apa Cak?"tanyannya.

"G-gra, L-lu udah sadar? B-bisa datang ke rumah sakit sekarang? G-gu-a sendirian di sini. Banyak gangguan setan, t-tolongin gua G-gra!"terdengar suara Caka di balik telepon sangat terbata-bata dengan napas yang tidak beraturan.

Tanpa pikir panjang Agra langsung memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. "Gua berangkat Cak!"ucapnya lalu memutuskan telepon sepihak. Melihat anaknya yang bersiap-siap untuk pergi, Mama Janaloka berusaha untuk menghentikan Agra."Gra, mau kemana? Kamu baru sadar,"

"Agra mau ke rumah sakit Ma. Caka lagi digangguin setan,"jawabnya sambil berjalan mencari kunci motor dan jaket. Mama Janaloka terus mengikuti Agra, berusaha untuk menghentikannya. "Di sana pasti ada orang tuannya Gra. Kamu gaperlu khawatir, MAMA GA IZININ KAMU PERGI!"ancamnya sambil merebut kunci motor dari tangan anaknya. Agra tidak menghiraukan ancaman Mamanya itu, ia langsung kembali ke kamar untuk mengambil kunci mobil yang jarang ia pakai lalu berjalan menuju garasi sambil terus diikuti oleh Mamanya.

"AGRA!"panggil Mama Janaloka dengan nada tinggi.

"Please, Ma. Agra cuma mau nolongin Caka, udah itu aja!"jawabnya.

"Nolongin gua?"tanya seseorang yang baru turun dari mobil bersama temannya. Ya, dia adalah Caka bersama Bara.

Melihat Caka yang tadi menelepon meminta tolong kini sudah berada di depannya membuat Agra terkejut bukan main. "Lo nge-prank gua?!"bogeman lolos mengenai wajah mulus Caka.

"Arrgh! MAKSUD LO APA TIBA-TIBA MUKUL GUA?!"Caka menarik kerah baju Agra, ia terpancing emosi.

Bara yang melihat kedua sahabatnya itu berkelahi langsung bergerak untuk memisahkan. "Udah-udah, gua yakin Lo berdua cuma salah paham. Inget! Kita baru pada sadar jangan sampe pingsan lagi,"tuturnya. Keduanya lalu menenangkan diri masing-masing, setelah itu barulah Agra membuka suara untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"Tadi pas gua baru sadar tiba-tiba si Caka nelpon katanya dia lagi di rumah sakit, terus dengan suara bergetar dia minta tolong ke gua katanya dia digangguin setan. Otomatis gua langsung buru-buru mau ke rumah sakit, eh sekarang ini orang yang nelpon ada di depan gua sekarang. Gimana gua ga marah coba?"ujarnya.

"SUMPAH GRA, GUA GA ADA NELPON LU. Pas gua sadar gua langsung pergi ke rumah Bara buat ngajak dia ke rumah Lu, karena gua yakin Lu yang paling lama sadarnya karena kejadian kemarin,"jelas Caka.

"Terus siapa yang nelpon gua tadi?"

Suasana tiba-tiba hening, hanya menyisahkan suara kendaraan yang lalu lalang karena posisi rumah Agra yang dekat dengan jalan raya. Suara pengajian di dalam juga sudah tidak terdengar. Angin malam pun entah mengapa terasa amat begitu dingin.

Dret (ponsel Agra kembali di telepon oleh seseorang yang dinamai "Caka")

Sebelum menjawab Agra menunjukkan layar handphonenya itu kepada kedua sahabatnya termasuk Mamanya. Kedua sahabatnya itu lalu memberi kode untuk Agra mengangkat telepon tersebut. Sambil mengumpulkan nyalinya Agra memperbesar volume lalu mengangkat telepon tersebut,"H-ha-llo,"ucapnya dengan terbata-bata.

"Apa kau ingin tahu siapa aku? Lihatlah ke arah belakang, aku sudah menunggumu,"

Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri, semua orang yang berada di garasi itu tiba-tiba membeku. Hanya Agra yang memberanikan dirinya untuk menoleh ke arah belakang. Saat ia menoleh ke belakang, terlihat seorang wanita mengenakan gaun berwarna putih gading dengan wajah yang hancur, dua bola mata yang hampir terlepas melambaikan tangannya.

"Ayo kita bermain lagi,"ajaknya dengan senyum lebar.

TBC

Jangan lupa vote, komen dan share ya ke teman-teman kalian biar tambah semangat update nya🙌✨

Jangan lupa follow akun Instagram author: Wp_kzdh_

JUDULNYA HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang