Chapter 3

152 204 10
                                    

5 bulan pun berlalu. Kini persiapan pernikahan aku dan Allard hampir matang, tinggal fitting gaun dan semua selesai.

Sore ini Allard berjanji untuk menemaniku fitting gaun. Yah 5 bulan yang kami habiskan untuk mempersiapkan acara pernikahan membuat kami cukup dekat sekarang.

"Nanti jadi nemenin aku fitting gaun, kan?" tanyaku ditelepon.

"Maaf Alexa, nanti sore aku ada janji sama salah satu klien dan dia adalah klien penting," jawab Allard.

Raut kecewa tercetak jelas di wajahku begitu mendengar jawabannya. "Kamu udah janji dari jauh-jauh hari loh. Masa mau dibatalin tiba-tiba?"

"Maaf, tapi ini bener-bener penting," ucapnya dari sebrang sana.

"Jadi lebih penting klien kamu dibandingkan aku?" tanyaku dengan nada tak suka.

"Bukan gitu." Dia menjeda ucapannya sejenak. "Tolong mengertilah, Alexa."

"Kamu berdecak? Jadi begitu sikapmu? Oke! Aku bisa kok fitting sendiri tanpa ditemenin sama kamu!" Aku langsung mematikan teleponnya.

"Apa apaan ini? Dia lebih mentingin kliennya dibandingkan aku?!" gerutuku.

"Tenanglah Alexa," ujar Merry.

"Aku nggak bisa tenang, Merry. Kamu denger sendiri tadi, Allard berdecak padaku," aduku.

"Lebih baik kamu minum teh ini dulu. Teh ini bisa bikin relaks," kata Merry sambil memberikan secangkir teh hangat.

Mataku membulat ketika teh itu masuk ke tenggorokanku. "Wah teh apa ini? Enak dan harum banget. Perasaanku membaik cuma minum teh ini."

"Aku tau belakangan ini kamu lagi capek banget. Makanya aku nanya ke temen aku yang ahli teh." Raut wajahnya seketika berubah. "Tapi aku kasian banget sama dia."

Keningku mengkerut. "Kasian kenapa?"

"Pengetahuannya tentang daun teh sangatlah luas. Bahkan dia bisa bangun perusahaan teh terbesar dengan pengetahuannya itu, tapi sayangnya nggak ada satu pengusaha pun yang mau kerja sama dengannya karena mereka semua meragukannya," jelas Merry.

"Berapa umur temen kamu itu, Merry?" tanyaku.

"15 tahun," jawab Merry.

Mendengar itu, aku langsung tau alasan para pengusaha menolak untuk diajak kerja sama.
"Bisakah kamu mempertemukan aku dengannya?"

Merry menganggukkan kepalanya. "Bisa, tapi buat apa?"

"Aku cukup tertarik sama dia setelah denger cerita kamu. Aku berniat ngajak dia kerja sama dan aku harap dia sesuai dengan yang kamu ceritain tadi," jawabku.

Matanya seketika berbinar-binar. "Tentu! Dia nggak bakal ngecewain kamu."

Melihat responnya yang sangat senang itu membuatku tersenyum.

Sore harinya, aku pergi ke butik untuk fitting gaun.

"Bagaimana, nona? Apakah anda suka dengan model ini?" tanya pelayan yang membantuku memakai gaun.

Kulihat diriku yang sangat cantik itu di cermin. "Suka! Suka banget! Aku pilih model ini."

"Nggak boleh," ucap seseorang.

Mendengar suara yang aku kenal membuatku mengalihkan pandangan. "Allard?!"

"Ganti model lain," lanjutnya dengan nada tak suka.

"Nggak mau. Aku suka sama model ini," tolakku.

"Aku bilang ganti, Alexa! Aku nggak suka dibantah," ucapnya dengan tegas.

Rahasia Keluargaku  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang