Chapter 17

64 79 0
                                    

Melihat anak kecil itu yang terus tersenyum dari tadi membuatku ingin bertanya tentang perasaannya. "Bella seneng?"

Gadis kecil itu mengangguk cepat. "Senang banget!"

"Setelah ini nurut sama perkataan nenek ya? Nggak boleh ngebantah lagi!" peringat Allard.

"Iya kakak," jawab Bella.

"Anak baik," pujinya.

"Kakak sering-sering main sama Bella ya?" pintanya pada Allard.

Allard mengelus kepala Bella. "Kakak usahain ya. Sekarang Bella istirahat oke?"

"Kakak janji ya usahain main sama Bella?" tanyanya lagi.

"Yeah, I promise," balas Allard.

"Yaudah Bella mau bobo siang dulu." Gadis kecil itu mulai memejamkan matanya.

Allard mencium kening Bella. "Have a good rest, princess."

Melihat Bella yang sudah tertidur lelap, aku pun mendekati Allard. "Kamu nggak berangkat ke kantor? Dion udah nanyain kamu terus dari tadi."

Alisnya bertaut mendengar ucapanku. "Dion hubungin kamu?"

"Iya, tadi Dion chat aku buat nanyain kamu ada di mana," jawabku.

"Dan kamu membalasnya?" tanyanya lagi.

"Iyalah, kan kamu lagi sama aku," jawabku santai.

"Jangan pernah bales chat dari laki-laki manapun selain aku dan keluarga kamu!" tegurnya.

"Hah?" Aku sangat bingung dengan ucapannya itu.

"Aku pergi sekarang. Hubungi aku kalo kamu udah pulang, biar aku jemput." Allard mencium keningku dan pergi.

Aku menghiraukan ucapannya yang sebelumnya dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

Saat waktunya jam pulang, aku menelepon Allard untuk mengabarinya kalau jam kerjaku telah selesai. "Allard, aku udah selesai nih."

"Maaf sayang, aku nggak bisa jemput kamu," jawabnya dari sebrang sana.

Aku menganggukkan kepala. "Oh kamu nggak bisa jemput. Yaudah, aku bisa pulang sendiri kok."

"Jangan. Aku bakalan nyuruh Dion buat jemput kamu. Tetep di sana dan tunggu Dion dateng!" tegasnya.

Mendengar itu, aku langsung menolaknya. "Nggak perlu. Dion juga pasti sibuk."

"Sibuk apa? Dia cuma lagi duduk bersantai di ruanganku," ujarnya dengan nada kesal.

Aku tertawa geli mendengar nada bicaranya itu.

"Itu bohong, nyonya. Saya dipaksa kerja rodi sama tuan Allard," sambar Dion.

"Diamlah Dion, kamu sangat berisik!" omel Allard.

Aku hanya tertawa mendengar perdebatan mereka dari telepon. "Aku pulang sendiri aja. Aku tau kok kalian berdua lagi sibuk."

"Nggak Alexa. Berbahaya pulang sendirian. Tunggu aja sebentar, Dion lagi di perjalanan," ucapnya.

"Dia udah jalan jemput aku?" tanyaku terkejut.

"Iya. Yaudah aku tutup dulu ya teleponnya, masih ada kerjaan yang harus aku selesaiin. Hubungi aku kalo udah sampe rumah," ujarnya.

"Kamu bakal pulang, kan?" tanyaku.

"Aku nggak tau, tapi kayaknya aku nggak pulang malem ini. Kamu tidur aja duluan, jangan nungguin aku. Kunci semua pintu pas kamu sampe nanti," jawabnya.

Mendengar itu ada kekecewaan dalam diriku, tapi aku harus mengerti karena Allard adalah seorang pengusaha. "Yaudah. Jaga kesehatan, Allard. Istirahatlah sebentar kalo capek, jangan terlalu maksain diri."

Rahasia Keluargaku  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang