Chapter 6

134 164 5
                                    

Dalam perjalanan kembali, supir itu menanyakan hal yang mengejutkan.
"Apakah orang yang nona cari adalah pak Bagaskara dan tuan Alvaro?"

"Gimana bapak tau saya kalo saya nyari mereka?" tanyaku tanpa berniat menjawab pertanyaan supir itu.

"Tidak sulit untuk mengetahui itu. Nona adalah Alexa Olivia Harrison, cucu perempuan kesayangan Bagaskara Edric Harrison dan istri dari Allard Vincent Alexandro," tuturnya.

Mendengar perkataannya yang sangat benar tentangku itu membuat jantungku berdetak cepat. Mengapa supir ini bisa mengetahui tentang diriku sejauh itu? Padahal aku belum lama ada di Indonesia dan belum ada yang tau kalau aku adalah cucu perempuan dari pemilik perusahaan Harrison dan istri dari pemilik perusahaan Alexandro.

"Tenang nona, saya tidak ada niat apa-apa. Justru saya ingin meminta bantuan nona untuk memeriksa kondisi tuan saya," lanjutnya.

Mendengar itu aku merasa sedikit lega. "Baiklah, tapi dengan satu syarat."

"Tentu, sebutkan syarat yang nona inginkan," ucapnya.

"Beritahu saya apa yang bapak ketahui tentang kakek dan Allard," pintaku.

Sontak supir itu tertawa terbahak-bahak. "Baiklah, itu bukan hal yang sulit. Bahkan saya bisa memberi tau tentang tuan Alvaro juga."

Kakak? Kakak juga terlibat sesuatu? Tanyaku dalam hati.

"Karena kita sudah sepakat saya akan mengantarkan nona ke tempat tuan saya berada," ujar supir itu.

20 menit kemudian, kami sampai di sebuah mansion yang sangat besar. Mansion ini bahkan lebih besar dari tempat kakek dan Allard.

Astaga, seberapa kaya tuannya? Bahkan kakek yang pemilik perusahaan terbesar se-Asia aja nggak punya mansion sebesar ini. Batinku.

"Mari masuk, nona. Tuan sudah menunggu di dalam," ajak supir tersebut.

Setelah berjalan sebentar, kami sampai di depan pintu berwarna hitam dengan ukiran ular. Menyeramkan, tapi indah, itulah pikirku.

Supir itu mengetuk pintu tersebut. "Permisi tuan, saya telah membawa nona Alexa."

"Masuklah."

Saat pintu terbuka, terlihat sosok pria tua yang kurasa umurnya sama seperti kakek.

"Kerja bagus, Regan. Kamu bisa melepas penyamaranmu sekarang dan Alexa kamu bisa duduk dan nikmatilah hidangan ini," sambutnya dengan hangat.

Supir itu melepas topeng kulitnya.

Aku tercengang melihat wajah aslinya. "Hah Ternyata itu topeng? Terlihat sangat nyata."

"Menakjubkan bukan? Inilah teknologi yang sedang kami kembangkan. Apakah kamu mau memegangnya, Alexa?" tanya pria tua itu.

Aku memegang topeng itu, teksturnya sangat mirip dengan kulit asli.

"Untuk apa kalian mengembangkan ini?" tanyaku penasaran.

Pria itu tersenyum. "Tentu saja untuk orang-orang yang ingin menyembunyikan identitasnya. Zaman sekarang kita harus berhati-hati. Bukankah begitu, Alexa?"

"Tunggu, dari tadi anda memanggil nama saya. Apakah anda mengenal saya?" tanyaku heran.

Pria itu mengangguk. "Tentu saja. Siapa yang tidak tahu kamu, Alexa. Cucu perempuan kesayangan sang pemilik perusahaan terbesar se-Asia. Omong-omong, minumlah teh ini pasti kamu sangat terkejut karena tiba-tiba dibawa ke sini, kan?"

Aku meminum tehnya tanpa rasa curiga sedikitpun dan kembali berbicara, "Tapi saya baru kembali beberapa tahun lalu dan belum lama ada di sini. Kakek juga belum memberitahu saya ke publik."

Rahasia Keluargaku  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang