Dengan tangan gemetar, aku menghubungi seseorang.
"Halo Alexa," ucap seseorang dari sebrang sana.
"Jess, ka-kamu di mana?" tanyaku dengan suara gemetar.
"Al? Kok suara kamu gemeteran kayak gitu? Are you okay?" tanyanya dengan suara penuh kekhawatiran.
Bukannya jawaban yang keluar dari mulutku, tapi malah isakan tangis mulai keluar.
"Al, kamu di mana sekarang? Sherlok ke aku oke? Aku ke sana secepatnya." Jessica mematikan teleponnya.
Aku mengirimkan lokasiku sekarang dan menangis di dalam mobil.
Tak lama kemudian Jessica pun sampai. Dia segera mengetuk kaca mobilku. "Al, ini aku."
Aku membukakan pintu mobilnya. Jessica segera masuk lalu memelukku dengan erat. "Hey hey, I'm here now. What has happened?"
"Jess, I'm scared," jawabku.
"Takut apa, Alexa?" tanyanya
"A-aku anak pembunuh, Jess. Aku bukan anggota keluarga Harrison. Aku anak tunggal dari keluarga Smith," ungkapku.
"Keluarga Smith?! Pemilik perusahaan senjata terbesar di Inggris?!" tanya Jessica yang tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Aku menganggukkan kepala.
"Terus kenapa kamu bilang kalo kamu anak pembunuh?" tanyanya yang masih tak mengerti.
Aku mendorong Jessica dan marah. "Kamu masih nggak ngerti juga, Jess?! Keluarga kandungku menjual senjata yang bisa membunuh banyak orang!"
Keterkejutan tercetak jelas di wajah Jessica karena aku mendorongnya secara tiba-tiba. "Hei tenanglah, Alexa. Aku ngerti keresahanmu saat ini, tapi nggak ada yang bisa kita lakukan selain membicarakannya dengan yang lain."
"Aku nggak mau. Mereka bakal benci sama aku kalo tau aku adalah anak dari keluarga Smith," tolakku.
Jessica menatapku dengan lekat. "Sekarang aku tanya, apa alasan kakek mengadopsi kamu?"
"Aku nggak tau," jawabku dengan suara rendah.
"Kita tanyain ini bareng-bareng ya? Kamu juga harus tau apa yang telah terjadi di masa lalu. Jangan cuma denger dari satu pihak aja. Lagian yang kamu tau saat ini cuma kebenaran tentang keluarga kandungmu," ucapnya.
Aku mengangguk menanggapi perkataan Jessica.
"Sekarang kamu tenang oke? Aku bakalan temenin kamu sampe tenang di sini," lanjut Jessica.
Aku menggeleng. "Nggak usah, kamu balik aja ke kantor."
"Nggak apa-apa, aku udah kosongin jadwal buat hari ini," sahutnya.
"Maaf Jessica. Maaf karena aku sering ngerepotin kamu terlalu banyak," lirihku.
"Astaga, aku nggak ngerasa direpotin sama sekali oke? Kamu itu sahabat aku, jadi tentu aja aku bakalan selalu ada buat kamu." Jessica kembali memelukku. "Udah jangan dipikirin."
"Makasih, Jess. Makasih udah selalu ada di sisi aku," kataku sambil membalas pelukannya.
"My pleasure." Jessica benar-benar menemani aku sampai perasaanku membaik.
Beberapa menit kemudian, perasaanku pun mulai membaik. "Aku mau pulang. Bella pasti udah nungguin aku di rumah."
"Yaudah, aku anterin pulang ya," tawarnya.
Aku menggelengkan kepala dengan cepat. "Nggak usah, Jessica. Aku bisa pulang sendiri kok."
"Kamu yakin?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Keluargaku ( END )
RomanceSiapa sangka keluargaku menyembunyikan rahasia sebesar ini dan suamiku juga terlibat. Rahasia apa itu? Mengapa mereka bersikeras menyembunyikannya dariku? Aku sangat penasaran, tapi rasa penasaran itu malah membawaku ke penderitaan tak berujung. Bis...