Chapter 16

66 78 0
                                    

Saat sampai di depan ruangan Bella, tiba-tiba saja aku tak memiliki keberanian untuk masuk.

"Kenapa nggak masuk?" tanya Allard.

"A-aku takut," jawabku gugup.

"Takut apa?" tanyanya lagi.

"Aku takut kalo Bella masih marah sama aku," jelasku.

Allard menghela nafasnya. "Bukannya aku udah bilang kalo gadis itu menyayangimu lebih dari yang kamu kira?"

"Tetep aja, perasaan kecewa nggak bisa hilang gitu aja," balasku.

"Kalo begitu, minta maaflah. Bilang kalo kamu sangat menyesal karena pergi secara tiba-tiba. Aku yakin dia bakalan ngerti. Bella adalah gadis pintar," tuturnya.

"Kamu harus nemenin dan bantuin aku," pintaku.

"Iya, itulah kenapa aku ada di sini, kan?" ujarnya.

Akhirnya kita pun masuk ke ruangan itu. Di sana ada Bella yang sedang makan. Sang nenek sedang menyuapinya, tapi terlihat kalau Bella terus menolaknya.

"Nggak mau, nenek. Bella nggak laper," tolaknya.

"Bella, kamu harus makan biar cepet sembuh. Ingat kan kata pak dokter? Kalo mau cepet sembuh, harus banyak makan," bujuk sang nenek.

"Pak dokter itu bohong! Dokter Alexa juga bohong! Bella udah banyak makan, tapi nggak sembuh-sembuh tuh, malah tambah parah. Bella juga sering sesek nafas dan badannya suka sakit semua. Nenek juga suka nangis kalo Bella lagi begitu, kan?" ucap anak kecil itu dengan polosnya.

Perasaanku sangat sakit saat mendengar semua perkataan Bella. Allard menggenggam tanganku dan berbisik kalau semuanya akan baik-baik saja.

Aku pun berjalan mendekat dan menyapa gadis kecil itu. "Halo, anak cantik."

Bella yang senang melihatku langsung memelukku. "Dokter Alexa ke mana aja?! Kenapa lama banget perginya? Kenapa nggak pamit ke Bella kalo mau pergi?"

Aku membalas pelukan Bella. "Iya iya, maafin dokter ya? Waktu itu mendesak banget jadi lupa deh pamit ke Bella."

"Kok bisa lupa sih? Padahal dokter punya janji sama Bella. Dokter nggak sayang sama Bella ya?" kesalnya.

"Kata siapa?! Dokter sayang kok sama Bella, makanya dokter cepet-cepet selesaiin urusannya dan ketemu sama Bella," jawabku cepat.

Nenek Bella pun mendekat. "Syukurlah kalau dokter Alexa sudah kembali. Akhir-akhir ini kesehatan Bella semakin menurun, dok. Saya khawatir dengannya, ditambah dia juga tidak mau makan."

"Maafin saya ya, nek," sesalku.

"Loh kenapa dokter minta maaf? Dokter tidak salah kok, dokter kan ada urusan," ujarnya.

Aku menggelengkan kepala. "Ini salah saya karena tidak profesional sebagai seorang dokter. Padahal saya punya pasien, tapi pergi tiba-tiba. Nanti kita naikin lagi ya kesehatan Bella? Nenek tenang aja, saya pasti akan berusaha yang terbaik untuk Bella."

"Terima kasih banyak, dokter," ucap nenek Bella.

Bella yang melihat Allard pun memegang tangannya. "Suami dokter Alexa di sini juga."

"Kamu kenal sama suami aku?" tanyaku pada Bella.

Bella mengangguk. "Iya, waktu itu kakak ini yang bujuk Bella buat diperiksa sama dokter lain."

"Bella, inget kan kata dokter? Harus mau diperiksa sama dokter lain kalo dokter Alexa lagi nggak ada," tegurku.

Bella menunduk. "Maaf dokter..."

Rahasia Keluargaku  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang