Chapter 5

140 183 4
                                    

POV ALLARD

"Allard waktu kita nggak banyak. Mereka semakin bertindak terang-terangan," kata kakek.

"Iya, Allard. Relasi mereka semakin luas selama kita semua sibuk denganmu dan Alexa," timpal Alvaro.

"Kalian tenang aja. Aku juga udah memperkuat kekuatan," balasku santai.

"Tapi musuh kita ini nggak bisa dianggap remeh, Allard. Entah siapa yang bakal mereka incar nantinya," ujar Alvaro khawatir.

"Yang pasti aku nggak bakal tinggal diam kalo mereka mengincar Alexa," gumamku.

POV ALEXA

Begitu pintu ruangan Allard dirawat terbuka. Aku melihat ketiga pria itu sedang membicarakan sesuatu dengan wajah yang serius. "Kalian lagi ngomongin apa? Serius banget kayaknya."

Mereka semua tampak panik saat aku masuk. "Hah? Nggak ngomongin apa-apa kok."

"Nggak ngomongin apa-apa, tapi kok keliatan panik waktu aku masuk?" tanyaku.

"Nggak tuh, biasa aja. Yaudah kakak sama kakek ada urusan jadi kita pergi dulu ya." Kakak langsung menarik kakek keluar dan meninggalkan aku dengan Allard berdua.

"Aneh banget," gumamku.

"Kamu lama banget sih," protes Allard.

Aku menghampiri pria yang sudah menunjukkan raut kesalnya. "Maaf ya. Tadi banyak pasien yang harus aku urus."

"Kapan aku bisa pulang? Aku nggak betah di sini," ujarnya.

"Masih lama. Lagian nggak betah kenapa sih? Kan ada aku," ucapku.

"Ada kamu, tapi kamunya pergi terus buat apa?" ketusnya.

Aku menghela nafas melihat dia yang masih saja marah. "Kalaupun kamu di rumah, aku tetep harus berangkat kerja jadi sama aja. Lebih baik kamu di sini, kan?"

"Kalo aku dirawat di rumah kan kamu bisa izin dengan alasan mengurus suami sakit," tuturnya.

Aku mencubit pipinya gemas. "Duh bisa aja ya alasannya."

Dia mengadu kesakitan. "Sakit tau."

"Gitu aja sakit, lebay," ucapku.

Namun setelah mengatakan itu, mata Allard terlihat berkaca-kaca.

"Loh? Kok nangis sih. Aduh iya iya maaf." Aku memeluknya dan mengusap punggungnya.

Kenapa Allard jadi semanja ini? Apa karena efek sakit? Batinku.

"Mau pulang," rengeknya di pelukanku.

"Kamu masih sakit, sayang. Nanti ya pulangnya? Janji deh aku temenin kamu terus." Aku terus mengelus kepalanya dengan lembut.

"Nggak mau, di sini nggak aman buat kamu," tolaknya.

Aku sangat terkejut mendengar itu. "Nggak aman? Nggak aman kenapa?"

"Banyak orang jahat makanya ayo pulang." Allard terus merengek dan mengatakan hal yang sama berulang kali.

"Ada apa, Alexa?" tanya seseorang yang baru saja masuk.

Mendengar suara yang tak asing, aku langsung menoleh ke arahnya. "Merry, tolong aku. Allard minta pulang, tapi kondisinya masih belum memungkinkan untuk pulang. Aku harus apa?"

"Itu tuan Allard? Kenapa dia manja kayak gitu?" tanya Merry yang kebingungan saat melihat Allard.

"Aku juga nggak tau," jawabku.

"Nyonya, saya dengar tuan dirawat," ucap Dion dengan nafas tersengal-sengal.

"Dion? Kamu ke sini lari atau gimana?" tanyaku heran ketika melihat pria yang sedang mengatur nafasnya itu.

Rahasia Keluargaku  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang