Melihat kepergian pria tersebut, aku segera menghampiri anak laki-laki itu. "Kenapa kamu ngelakuin itu? Padahal kamu tau dia adalah orang yang kayak apa."
"Aku sengaja mancing emosinya," jawabnya dengan santai.
Mataku membulat sempurna ketika mendapatkan jawaban darinya. "Ka-kamu bisa denger aku?"
"Iyalah. Telingaku nggak rusak cuma karena dipukuli kayak tadi," sahutnya.
Kalau dia bisa mendengarku, apakah aku bisa menyentuhnya? Aku mencoba menyentuhnya secara perlahan dan bisa kurasakan suhu tubuh dari anak kecil itu.
"Kenapa anda menyentuh saya seperti itu? Apakah anda jijik?" tanyanya.
Aku tak menjawab pertanyaannya itu langsung memeluknya. "Allard."
Dia yang terkejut karena aku memanggil namanya pun bertanya, "Bagaimana anda bisa tahu nama saya? Siapa anda sebenarnya?"
Aku tidak menjawabnya. Aku hanya terus memeluknya dan menangis. Tak bisa dipercaya kalau ternyata aku telah mengenal Allard sejak kecil dan dia pernah terluka karena aku.
Saat sedang memeluk anak laki-laki itu, tiba-tiba aku berpindah tempat lagi. "Di mana lagi aku sekarang?"
"Lari Alexa!" teriak seseorang.
"Ibu?" Orang yang berteriak tadi ternyata ibu. Dia berteriak pada aku yang masih kecil itu.
Suasana di sini berubah menjadi menyeramkan. Banyak mayat tergeletak di lantai dan banyak darah berceceran di mana-mana.
"Nggak mau!"
"Alexa, jangan keras kepala."
"Alexa nggak mau pergi tanpa bibi."
"Nggak, kamu harus pergi sekarang!"
"Nggak mau!"
"Alexa keluar sekarang ya? Banyak orang yang udah nungguin Alexa di luar sana."
Anak kecil itu menggeleng. "Nggak mau. Alexa mau keluar sama bibi."
"Claudia," teriak seorang pria. Pria itu menghampiri ibu.
Kenapa ayah juga ada di sini? Pikirku.
"Claudia, kita harus keluar sekarang. Rina sama Harry udah nunggu di depan," ucapnya.
"Maaf Juna, aku harus tetap di sini. Aku mau cari bajingan itu. Tolong bawa Alexa pergi dari sini," ucap wanita itu.
"Nggak, Claudia. Kita harus keluar dari sini sama-sama. Kita masuk bersama dan keluar juga harus bersama. Kamu bilang mau punya putri yang cantik, kan? Kita udah setuju buat mengadopsi Alexa setelah keluar dari tempat ini," katanya panjang lebar.
"Apa adopsi itu?" tanya anak kecil itu.
"Adopsi artinya Alexa akan menjadi putri kita. Alexa mau, kan?" tanya ayah pada anak kecil itu.
"Apa artinya Alexa nggak bakal dipukuli lagi?" tanyanya lagi.
"Nggak, sayang. Kami akan membuat Alexa merasakan kedamaian. Kami akan memberikan Alexa pakaian yang cantik dan makanan enak," jawab ayah.
Anak kecil itu pun menganggukkan kepalanya. "Iya, Alexa mau ikut paman dan bibi. Alexa mau jadi putri kalian berdua."
"Jangan panggil paman dan bibi dong. Panggil kami dengan ayah dan ibu ya?" pintanya.
"Iya, ayah dan ibu," ucapnya sambil tersenyum.
Ibu memeluk anak kecil itu dan mencium keningnya. Anak kecil itu membalas pelukan ibu dengan senang hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Keluargaku ( END )
RomanceSiapa sangka keluargaku menyembunyikan rahasia sebesar ini dan suamiku juga terlibat. Rahasia apa itu? Mengapa mereka bersikeras menyembunyikannya dariku? Aku sangat penasaran, tapi rasa penasaran itu malah membawaku ke penderitaan tak berujung. Bis...