POV ALEXA
Setelah dipindahkan ke ruang inap, aku langsung membuka jendela dan melihat ke arah luar. Padahal baru beberapa hari setelah aku koma, tapi rasanya sudah sangat lama tidak melihat cahaya matahari.
Tiba-tiba pintu ruanganku terbuka dan menunjukkan beberapa orang yang berpenampilan kacau dengan nafas terengah-engah. Sepertinya mereka berlari ke sini. Berlari?! Kakek juga ikut lari? Aku berusaha bangun dan berjalan ke arah kakek, tapi mereka semua malah berlari ke arahku dan menahanku agar tidak turun dari tempat tidur.
"Jangan turun dari tempat tidur. Kamu baru aja bangun dari koma," ucap kakek menahanku.
Aku langsung memeluk kakek dan menatapnya. Aku berbicara tanpa mengeluarkan suara.
Kakek yang melihat itu pun menjadi bingung dan khawatir. "Alexa? Kenapa sama suara kamu?" Tanpa banyak bicara, kakek langsung memanggil dokter.
Dokter pun segera datang dan menjelaskan kalau yang aku alami adalah hal wajar bagi seseorang yang baru terbangun dari koma dan seiring berjalannya waktu, suaraku akan kembali.
Mendengar penjelasan sang dokter, mereka semua menghela nafas lega.
Kakek mengelus rambutku dan bertanya, "Ada yang sakit? Bilang sama kakek kalo ada yang sakit."
Aku menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan kakek.
"Kakek bakal minta penjelasan saat kamu mulai pulih," lanjutnya.
Aku menghela nafas dan mengangguk patuh. Hal seperti ini memang tak bisa dihindari.
Kak Alvaro mendekat dan mencubit hidungku pelan. "Dasar, seneng banget sih bikin kami khawatir."
Aku menatapnya tajam.
Tetapi kak Alvaro malah tersenyum lembut. "Makasih ya karena udah bangun dengan cepat."
Aku tersenyum dan memeluk kak Alvaro.
"Kakak nggak mau hal kayak gini terulang lagi," sambungnya.
Aku mengangguk dan mengelus punggung kak Alvaro untuk menenangkannya.
Tepat setelah aku melepaskan pelukan kak Alvaro, Jessica langsung memelukku. "Alexa syukurlah kamu cepet bangun. Aku khawatir banget, pokoknya nggak boleh kejadian kayak gini lagi!"
Aku membalas pelukan Jessica.
Saat aku dan Jessica berpelukan, tiba-tiba saja Merry dan Risa berlutut.
"Maafkan kecerobohan saya, nona. Silakan hukum saya."
"Hukum saya juga, nona. Saya bersalah karena memberikan anda teh yang tidak diketahui jenisnya."
Aku melepas pelukan kami dan berusaha untuk mendekat ke arah Merry dan Risa, tapi Jessica menahanku agar tak turun dari tempat tidur. Dia menoleh ke arah Merry dan Risa dan menyuruh keduanya untuk mendekat supaya aku tidak perlu turun dari tempat tidur.
Begitu mereka mendekat, aku mengelus kepala keduanya. Hanya ini yang bisa kulakukan karena suaraku masih belum keluar. Mereka terus menangis karena benar-benar menyesal telah ceroboh. Aku tahu betul ini bukan salah mereka makanya aku tidak marah sedikitpun.
Setelah melepas rindu, semuanya keluar dari ruang rawatku dan menyisakan aku dengan Allard. Ah iya aku tak sadar ada pria ini dari tadi, karena dia hanya diam sejak masuk ruangan ini. Terlihat sangat jelas kalau dia mengkhawatirkanku.
Aku pun merentangkan tangan supaya dia bisa masuk ke pelukanku. Allard yang mengerti itu langsung berlari ke arahku dan memelukku. Pria itu menangis dengan keras di pelukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Keluargaku ( END )
RomanceSiapa sangka keluargaku menyembunyikan rahasia sebesar ini dan suamiku juga terlibat. Rahasia apa itu? Mengapa mereka bersikeras menyembunyikannya dariku? Aku sangat penasaran, tapi rasa penasaran itu malah membawaku ke penderitaan tak berujung. Bis...