15

5.8K 561 6
                                    

Disinilah Jey sekarang, menunggu Christ di ruang kerjanya. Jey telah membuat janji temu kemarin, namun kakaknya masih sibuk melayani pasien rumah sakit.

Hati Jey berdebar karena keingin tahuannya, ia berharap Christ bisa memberitahu sesuatu tentang kejadian belasan tahun silam.

Saat itu Jey yang masih di bawah umur harus mengalami kebocoran feromon. Ia ingat ayah dan ibunya mengalami sesak nafas parah saat mencoba masuk ke dalam kamarnya. Mereka hanya mencoba untuk membawa Jey ke rumah sakit.

Tapi aroma feromon Jey sangat kuat hingga terasa mencekik mereka berdua. Hal terakhir yang bisa ia ingat adalah seseorang membopongnya dan merebahkannya di ranjang.

Menit terus berlalu, namun Christ belum kunjung datang. Ia harus bersabar sedikit lagi. Menunggu hanya membuatnya gelisah.

Sampai akhirnya pintu terbuka, Christ datang. "Maaf kamu pasti menunggu lama" Jey tersenyum. "Tidak apa-apa kak, kamu seorang dokter waktumu lebih penting untuk pasien"

Christ mengangguk dan mengusak rambut Jey "adikku sudah besar. Jadi, apa yang membuatmu datang kemari?" Jey menarik nafas dan membuangnya sebentar "aku ingin kamu menjawab dengan jujur"

"Soal apa?"

"Apa yang terjadi saat aku mengalami kebocoran feromon?"

Christ menegakkan punggungnya. Ia tidak menyangka pada akhirnya pertanyaan ini terlontar dari adiknya. Mungkin memang sudah saatnya Jey tahu soal ini. Tapi di sisi lain Christ takut akan sesuatu.

"Beberapa hari saat aku akan pergi ke Australia untuk study, aku mendapat kabar dari ibu kalau kamu mengalami hal buruk. Waktu itu aku sedang berada di luar mencari perlengkapan untuk study. Aku segera pulang saat mendapat kabar itu. Aku melihatmu terbaring di lantai kamar, terkulai lemas dan beberapa kali tidak sadarkan diri. Aku berinisiatif untuk mencari sesuatu yang bisa menyembuhkanmu. Tapi ibu bilang, obat feromon yang biasanya ia konsumsi tidak bisa mengatasi kebocoran feromonmu" Christ berhenti sebentar dan menatap adiknya. Jey terlihat menunggu cerita dari Christ.

"Aku pergi bertemu dengan profesor kenalanku. Aku bertanya padanya apa yang harus aku lakukan saat seseorang mengalami hal itu. Dia mengatakan kalau kebocoran feromon sangat jarang terjadi, feromon menjadi sulit di kendalikan karena angka mereka sangat tinggi. Itu menjadi hal langka yang hampir sulit tidak ada obatnya. Pada beberapa kasus bisa menyebabkan kebocoran berulang dan kematian jika tidak di tangani dengan baik"

"Kamu tau perasaanku saat mendengar hal itu? Aku benar-benar tidak bisa memikirkan hal lain selain dirimu. Aku ingin adikku selamat. Profesor memberikanku obat, dia mengatakan kalau obat itu masih ilegal disini. Karena pemerintah belum bisa menyatakan keamanannya dan efeknya untuk menurunkan angka feromon, tapi aku tidak tau kalau karna itu kamu jadi resesive"

"Aku kembali ke rumah dan memberikannya padamu. Aku lega melihat dirimu membaik, tapi aku salah karena tidak memikirkan efek terburuk yang akan terjadi" Christ memegang tangan Jey.

"Jey, apa yang aku lakukan untukmu karena aku ingin kamu selamat. Maafkan aku" Christ terlihat menunduk dan menahan air matanya.

"Kenapa kamu baru mengatakan ini saat aku bertanya padamu?" Christ tidak menjawab. "Kalian bisa memanggil dokter bukan?"

"Seperti yang aku bilang Jey, sangat sulit menyembuhkanmu. Dokter mungkin hanya akan memberimu obat tertentu untuk pencegahan. Tapi itu tidak akan berfungsi dengan benar, kamu akan tetap mengalami kebocoran feromon"

"Tapi seharusnya kamu memberitahuku, kak. Kamu tau apa yang aku alami selama menjadi resesive? Kamu tidak akan tau karena kamu tidak pernah kembali ke rumah" Kedua mata Jey berkaca-kaca saat ia mengingat kembali perlakuan ayahnya pada Jey.

"Kamu telah menyelamatkan hidupku tapi kamu juga membuat hidupku sulit. Bukankah lebih baik aku mengalami kebocoran berulang?" Christ menggeleng. "Tidak Jey, kamu benar-benar akan mati. Tolong jangan katakan hal itu. Aku salah karena tidak memikirkan hal buruknya"

Christ semakin erat menggenggam tangan Jey. Seolah ia berharap kalau Jey bisa memaafkannya. "Jika kamu mengatakannya lebih awal aku mungkin tidak akan semarah ini, kak. Atau jika tidak bisa padaku, beritahu ayah soal ini mungkin ia akan mengerti. Ia tidak akan membuang anaknya sendiri seperti sekarang"

"A-apa?" Christ mendongak, menatap Jey yang hendak pergi dari sana "Jey! Apa maksudnya?" Christ mengejar Jey yang keluar dengan buru-buru.

"Pulanglah kak, sebentar lagi Noah berulang tahun. Jangan kecewakan adikmu untuk kedua kalinya" Christ tidak mengejar Jey lagi. Tatapan Jey menghentikannya. Tatapan sedih, kecewa, dan marah.

Hal yang ia takutkan terjadi.

"Maaf Jey"


























Ada revisi di usia Bangchan disini dia berusia 36 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada revisi di usia Bangchan disini dia berusia 36 tahun. Cmiw

Btw, slow up ya bulan puasa begini.

OMEGAVERSE - HYUNLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang