23

4.2K 404 10
                                    

Jeyyano menyiapkan sarapan seperti biasa. Kemarin malam, ia berniat menanyakan sesuatu kepada Joseph tapi malah berakhir dia tertidur di sofa. Jadi, kali ini ia harus bisa menanyakan hal itu.

Joseph keluar dari kamarnya dan turun ke ruang makan. Ia duduk dengan tenang sambil menyantap sarapannya. Sesekali matanya melirik ke arah Jey yang berdiri tidak jauh darinya.

"Kamu tidak makan?" Tanya Joseph. "Aku makan nanti saja. Perutku sedikit sakit" Jawab Jey berbohong. Joseph tidak mengatakan apa-apa lagi sampai sarapannya selesai.

Tapi pria itu tidak segera beranjak seperti biasanya. "Duduk, apa yang ingin kamu katakan?" Jey terkejut, seolah-olah Joseph bisa membaca pikirannya. Pria ini kelewat peka. Jey hanya menurut dan duduk. "Aku ingin bertanya sesuatu soal tanda ini"

"Ah tanda itu" Kata Joseph singkat. "Kamu sudah mengetahuinya? Kenapa diam saja? Sudah berapa lama ini ada disini? Dan kapan kamu memberi tanda ini?" Jey mencercah Joseph dengan semua pertanyaan yang selama ini berkecamuk di kepalanya.

"Pertama, aku tidak berniat untuk menyembunyikannya darimu. Kedua, aku tidak sengaja memberinya saat aku mengalami rut. Jadi, itu sebuah kecelakaan" Jelas Joseph.

"Jika memang tidak berniat menyembunyikannya, kenapa tidak dari awal mengatakan hal ini padaku?"

"Aku sudah berniat untuk mengatakannya, tapi saat itu aku mendapatimu sedang bertempur dengan feromonmu sendiri. Aku harus apa?"

Wajah Jey memanas saat Joseph mengatakan hal memalukan seperti itu "T-tapi kamu tetap bisa mengatakannya saat sudah selesai"

Joseph menghendikkan bahu "aku lupa" Katanya santai. "Kamu bisa menghapusnya jika kamu mau"

"Ini bisa di hapus?" Tanya Jey penasaran.

"Tentu saja bisa. Tapi itu akan menyakitkan bagimu juga bagiku. Aku bisa menghubungi dokter Seth untuk itu"

"Kalau begitu—" Belum selesai Jey bicara, Joseph langsung memotong "tapi tidak untuk sekarang. Kamu harus melakukan sesuatu untukku"

"Nanti malam, kamu harus pergi denganku" Joseph berdiri dari duduknya dan sedikit merapihkan pakaiannya. "Maaf  Jey, tapi kali ini kamu harus masuk ke dalam sandiwaraku"

Jey semakin tidak mengerti "memang kita mau pergi kemana?"

"Ke rumah orang tuaku" Joseph tersenyum tipis dan mengatakan hal itu sampai akhirnya dia pergi meninggalkan Jeyyano yang sedang mematung.

.

.

.

.

.

"Kamu sering seenaknya seperti ini ya?"

Jey dan Joseph saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah kedua orang tua Joseph.

Awalnya Jey menolak keras dan menyuruh Joseph untuk mencari orang lain. Tapi pria itu beralasan akan lebih meyakinkan lagi kalau tanda itu bisa jadi sebagai bukti kuat sandiwara kali ini.

"Ini terlalu beresiko, bagaimana jika orang tuamu meng iyakan dan tiba-tiba merencanakan pernikahan? Atau lebih parahnya, orang tuamu tidak menyukaiku dan mengusirku untuk tidak lagi berhubungan denganmu?! Kamu tidak memikirkan semua itu ya?"

Joseph hanya tersenyum mendengar ocehan Jey "kamu sekarang benar-benar seperti kekasihku. Lakukan hal seperti itu lagi nanti. Bagaimanapun aku harus terlihat seperti memiliki kekasih"

Jey menjatuhkan rahangnya. "Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri" Katanya gemas. "Untuk sekarang biarkan aku terlihat seperti itu. Lagipula hubungan seperti ini tidak akan berlangsung lama. Maksudku, saat kamu sudah menghapus tanda itu mereka hanya menganggap kita sudah selesai"

Jey benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Joseph. Perutnya terasa melilit karna gugup.

Saat sampai di kediaman orang tua Joseph, Jey di sambut baik oleh ibunya. Wanita paruh baya itu sangat lemah lembut, jauh dari pikiran negatifnya saat di perjalanan tadi.

Sedangkan ayahnya terlihat begitu mirip dengan Joseph. Hanya saja sedikit terlihat lebih galak daripada anaknya. Yah, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Bahkan sifat semena-mena juga menyebalkannya menurun dari ayahnya.

Mereka cukup lama berbincang. Jey hanya menanggapi sebisanya dan Joseph benar-benar melakukan sandiwara ini dengan serius. Sesekali pria itu bertindak mesra padanya seperti memeluk pinggang atau menggandeng tangan Jey.

Sampai waktu makan malam tiba.

"Jadi, kapan kalian akan merencanakan pernikahan?"

Uhuk!

Jey tersedak karena terkejut dengan pertanyaan dari ibu Joseph. Ia melirik ke arah Joseph yang sedang tersenyum dan tangannya mengelus punggung Jey.

"Perlahan, sayang" Katanya.

"Dasar alpha idiot!" Batin Jey. Sungguh Jey tidak pernah sesarkas ini sebelumnya.

"Ah Jey pasti sangat terkejut. Maaf ya sampai membuatmu tersedak"

"Tidak ibu, dia pasti tersedak karena terlalu lahap memakan masakan ibu yang enak" Elak Joseph. Jey mencubit paha Joseph dengan kencang dan itu sukses membuat Joseph memekik kesakitan.

Ibu Joseph hanya tertawa melihat tingkah kedua insan di depannya "Kalian terlihat sangat serasi"

Tak terasa waktu terus berlalu Joseph memutuskan untuk pulang dengan alasan ada urusan mendesak. Yah itu bukan suatu kebohongan. Karena saat ini ia sedikit mengebut di jalan.

Jey cukup heran dengan perubahan sikap Joseph saat ia sedang bersama orang tuanya dan saat ia sendirian.

"Ini bukan jalan pulang" Benar, Joseph membawa Jey kerumah sakit. Joseph mendapat kabar bahwa adik Jey mengalami kecelakaan dan Jey belum memahami situasinya.




























 Joseph mendapat kabar bahwa adik Jey mengalami kecelakaan dan Jey belum memahami situasinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OMEGAVERSE - HYUNLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang