Tap bintang dulu baru lanjut baca
———————————— — — – .Saat Joseph sampai di rumahnya, ia bergegas pergi ke rumah barat. Dengan perasaan campur aduk, ia duduk di hadapan Abriana. Raut wajahnya terlihat kaku dan dingin.
"Joseph" Panggil Abriana pelan. "Ini aku, Abriana. Kita bertemu saat masih kecil" Lanjutnya. Joseph hanya mengangkat satu alisnya.
"Aku disini datang untuk menagih janjimu" Joseph tertawa pelan "janji?"
"Janjimu yang mengatakan akan terus bersamaku" Joseph tertawa semakin keras. "Kamu datang untuk menagih janji anak-anak? Yang tidak ada artinya itu? Oh ayolah memang sebelumnya kita ini siapa?"
Mata Abriana terlihat berkaca-kaca "Joseph, kenapa kamu mengingkarinya? Aku sudah lama menunggumu!"
"Aku tidak pernah menyuruhmu menunggu" Nada Joseph mendingin. Ia berdiri dari duduknya, mendekati Abriana dan menjambak rambut wanita itu untuk mendongak.
"Apa motifmu menyerang dia?" Abriana bungkam, dia hanya menangis sambil menahan sakit di kepalanya.
"Kamu tahu kan, kamu harus mempertanggungjawabkan apa yang telah kamu lakukan pada milikku"
"Katakan, siapa orang yang ada di belakangmu" Wanita itu hanya menangis. Joseph memutar bola matanya karena jengah.
"Behenti menangis brengsek! Setelah semua kekacauan yang kamu perbuat, untuk apa menangis?" Jambakannya semakin kuat. Abriana berteriak, kedua tangan dan kakinya diikat membuat ia tidak bisa memberontak.
Demian datang menghampiri Joseph. Pria itu membisikkan sesuatu padanya. Cengkramannya pada rambut Abriana ia lepas. Berganti dengan pistol glock 19 yang ia ambil tidak jauh dari tempatnya dan mengarahkan pistol itu pada kepala Abriana.
"Dimana Theo sekarang?"
"Tidaakkk, Joseph maafkan aku! Aku mohon" Abriana meronta karena ketakutan. "Jawab!"
"Aku tidak tau. Aku hanya diperintah. Aku benar-benar tidak tau" Joseph menurunkan tangannya. Ia tau bagaimanapun ia memaksa, wanita itu memang tidak tau apa-apa.
Pistol itu ia letakkan pada tempatnya. "Geledah ponselnya, lacak sesuatu dengan itu" Demian mengangguk paham.
"Dan dia, sekap disini jangan beri dia makan atau minum. Biarkan dia mati secara perlahan disini. Juga beri penjagaan ketat, pastikan tidak ada orang lain yang keluar masuk"
Joseph berjalan pergi diikuti oleh Demian. Saat di luar, Joseph berhenti dan berbalik. Ia menampar wajah Demian dengan keras "itu adalah hukumanmu karena sudah lalai"
Demian hanya diam, memang benar ia sudah lalai. Adanya Abriana di rumah ini adalah karena rekomendasi dari Demian untuk menggantikan Jey selama pemuda itu cuti.
Demian membungkuk sebagai permintaan maaf. Joseph berbalik menuju rumah utama. "Kerjakan pekerjaanmu dengan benar kali ini"
Hal pertama yang Joseph lakukan saat masuk ke dalam rumahnya adalah menghampiri Jey. Ia bertemu dengan dokter Seth di depan kamar Jey.
"Bagaimana?" Tanya Joseph.
"Dia memiliki dua puluh jahitan secara keseluruhan. Lengannya paling parah. Dia juga hampir kehilangan banyak darah. Tapi dia cukup tangguh, dia baru saja siuman. Tolong hati-hati dengan lukanya"
"Terimakasih, dok" Seth melihat sekitaran. Kamar Jey berhadapan langsung dengan ruang kerja Joseph yang hanya di pisah dengan ruang tengah. "Betapa kacaunya. Bukankah disana ada dokumen penting?" Joseph menghela nafas.
Ia melirik sebentar para penjaga yang membereskan kekacauan disana. "Yah, aku punya salinannya. Jadi tidak masalah"
"Baik, aku akan membuat resep obat untuk lukanya" Joseph hanya mengangguk dan masuk kedalam. Ia melihat Jey sedang tiduran dengan mata terpejam. Lengan dan kepalanya diperban.
"Maaf aku terlambat" Itu adalah kata pertama yang Joseph lontarkan. Ia duduk pada sisi ranjang yang kosong.
"Kamu sibuk, aku mengerti" Jawab Jey. Matanya perlahan terbuka. Keduanya saling tatap cukup lama. Joseph memberikan feromon penenang untuk Jey.
"Aku baik-baik saja, tuan" Jey tidak menolak feromon Joseph. Ia sangat menyukai feromon pria itu. Joseph menghela nafas (lagi).
"Ternyata Abriana adalah suruhan Theo"
"Aku tau" Joseph mengangkat satu alisnya "aku mendengarnya dari Abriana" Lanjut Jey.
"Bukankah sudah keterlaluan? Demian sedang melacak Theo lewat ponsel Abriana. Semoga kita mendapat petunjuk"
Jey mendudukkan dirinya di bantu dengan Joseph. Kepalanya masih sedikit pusing karena benturan. "Dimana wanita itu sekarang?" Tanya Jey.
"Di rumah barat" Jey mengernyit "aku tidak tau itu sebelumnya"
"Itu hanya rumah penyimpanan minuman juga senjata. Tidak ada hal khusus lainnya"
"Senjata? Kamu punya itu?"
"Aku memerlukannya untuk berjaga. Kamu tau orang di sekitarku berbahaya"
Jey tidak bertanya lagi. Ia tentu paham. Bagaimanapun Joseph dan keluarganya adalah orang berpengaruh. Banyak orang-orang yang menerobos masuk kedalam hidupnya.
"Aku akan membawa keluargamu kerumah ini"
"Kenapa?"
"Ada kemungkinan Theo akan datang dan melukai yang lain"
Joseph menggenggam tangan Jey. Maniknya menatap lurus ke dalam netra Jey. "Aku berjanji akan menyelesaikan ini secepatnya. Jangan khawatir"
"Kenapa? Kenapa kamu begitu bersikeras membantuku?" Bukannya menjawab, Joseph bergerak menghapus jarak antara keduanya dan menempelkan kedua bibir mereka. Joseph kemudian memberikan sapuan lembut pada bibir Jey "itu adalah jawabannya, aku harus pergi memeriksa hal lain"
Joseph pergi meninggalkan Jey yang masih terpaku karena perlakuan tiba-tiba dari atasannya.
Entah kenapa, rasa sakit di kepalanya tiba-tiba hilang. Berganti dengan perasaan menggelitik perutnya. Jey memegang kedua pipinya yang panas.
"Apa itu tadi?"
Chapter ini direvisi 2x dan diganti semuanya, demi joseph nyipok jey. Jadi mintol nih komen sama vote buat chapter ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
OMEGAVERSE - HYUNLIX
FanfictionJeyyano tidak pernah tau bahwa feromon omeganya yang selama ini bersembunyi akan bangkit hanya dengan satu alpha. pairing: - Felix straykids - Hyunjin straykids - Other member straykids - Mpreg