40

1.8K 156 10
                                    

Rasa terbakar di dadanya semakin menjadi, tengah malam Joseph terbangun dari tidurnya. Keringatnya membasahi seluruh tubuh.

Rasanya sangat panas, tapi tubuhnya terasa dingin. Nafasnya juga terengah. Ia tidak pernah membayangkan akan menjadi sesakit ini.

Ia bersandar pada kepala ranjang, mencoba untuk merilekskan diri. Joseph berusaha tidak membuat Jey terbangun. Sumpah, rasanya lebih sakit dari pada saat ia tertusuk.

Bagaimanapun Joseph berusaha, Jey tetap terbangun. Omega itu cukup peka dalam hal seperti ini, hanya mendengar nafas terengah dari Joseph saja dia sudah merasa risau.

Jey mendudukkan diri saat membuka mata sepenuhnya dan mendapati Joseph yang tengah kesakitan. "Tuan! Ada apa? Apa yang terjadi?" Joseph tidak mampu menjawab, karena sudah terlanjur begini dia hanya bisa melenguh kesakitan.

Jey memegang tangan Joseph dan mengelusnya lembut. Ia mengeluarkan feromon miliknya mencoba untuk menenangkan sang alpha. Dan itu berhasil.

Joseph perlahan tenang, rasa sakit pada dadanya berangsur membaik. Ia membuka mata, menatap Jey yang juga menatapnya dengan khawatir.

"Hiks" Jey menangis, ia tidak tega melihat Joseph merasa kesakitan karena ulahnya. "Hei, kenapa menangis?" Tanya Joseph, tangannya terangkat menghapus air mata Jey.

"Maaf, seharusnya aku tidak menggigitmu terlalu keras, maaf untuk tandanya"

"Kamu bicara apa? Jangan bicara omong kosong, semua alpha merasakan ini saat omeganya memberi mereka tanda"

Joseph benar, semua alpha yang mendapatkan tanda dari omeganya akan merasakan sakit, untuk mengingatkan kepada mereka tentang tanggung jawab seorang alpha sejati nantinya.

Selain itu semakin sakit rasanya, mengartikan akan rasa sakit omeganya selama hidup dan seorang alpha harus bisa menghargai matenya.

"Sudah, jangan menangis. Aku sudah baik-baik saja" Joseph memeluk Jey. Kini giliran ia yang menenangkan omeganya.

Jey mengangguk "Ayo kita kembali tidur, besok aku harus pergi ke kantor pagi-pagi"

.

.

.

.

.

Persiapan untuk pergi dinas telah siap berkat Jey. Dia lelah dengan apapun yang telah terjadi disini, ia ingin bepergian sambil melepas semuanya, itulah kenapa ia ingin ikut dengan Joseph.

Jey melirik ke arah jam, sebentar lagi "suami" nya pulang. Ia memutuskan untuk membersihkan diri sambil menunggu.

Pas saat Jey telah selesai dengan aktifitasnya, Joseph baru saja sampai.
Ia langsung pergi ke kamar dan mendapati Jey sedang mengeringkan rambutnya.

"Oh! Halo" Sapa Jey riang. Joseph berjalan mendekat dan memeluk badan Jey "kepalaku sakit" Jey sedih mendengarnya. Akhir-akhir ini Joseph sering sekali mengeluh sakit.

Tadi pagi saat sebelum sarapan, Joseph mengeluh perutnya sakit, sekarang giliran kepalanya yang sakit. Jey mengusap kepala dan punggung alphanya.

"Kamu pasti kelelahan. Ayo makan dan minum obat. Besok kita harus pergi, jangan sampai sakit, setelah sampai disana juga masih harus sibuk kan?"

Joseph melepas pelukannya dan mengecup bahu Jey. "Sudah selesai berkemas?" Tanya Joseph, Jey mengangguk.

"Sudah selesai, aku melihat jadwal kerjamu selama di Amerika dan menyesuaikannya"

"Pasti dapat dari Damian"

"Bukan, Agra yang memberikan jadwalmu" Joseph hanya mengangguk mendengarnya.

"Kita hanya pergi berdua? Apa tidak ada perwakilan dari kantor juga?" Tanya Jey.

"Tidak, karena ini urusanku. Jika bukan bisnis besar aku sudah menyuruh Demian atau Agra yang melakukannya. Ayah memintaku secara langsung, jadi ya... "

"Yasudah, sana bersihkan dirimu dulu" Jey pergi ke ruang ganti pakaian dan menyiapkan pakaian Joseph. Sedang si alpha bersiap melaksanakan ritual malamnya.

Jey benar-benar bingung di buatnya, ia merenung di dalam walk in closet. Joseph yang terlihat kokoh itu sekarang jadi lebih mudah sakit. Apa ini masih efek dari tandanya? Jika iya, kapan ini akan berakhir?

Ia mendudukkan diri pada sofa kecil yang berada di tengah ruangan. Mengusap wajahnya dan menghela nafas, tidak sadar bahwa Joseph datang dengan tubuh setengah telanjangnya yang basah karena tetesan air dari rambutnya.

"Mikir apa?"  Tanya Joseph saat melihat Jey sedang melamun, yang di tanya tersadar dan kembali pada aktifitasnya yang belum selesai. Ia belum menyiapkan baju kering karena sibuk dengan pikirannya.

Joseph menahan tangan Jey yang sibuk dan membalik tubuh Jey. Ia mengunci Jey di bawah kendalinya. "Jangan memikirkan hal yang tidak perlu" Ucap Joseph menatap lurus ke dalam manik Jey.

"Aku tidak memikirkan apapun" Jey berbohong dan Joseph tau itu. "Aku sudah bilang padamu, kalau aku baik-baik saja kan? Berhenti khawatir berlebihan"

"Bagaimana aku bisa—"

Belum selesai bicara, bibir Jey di bungkam rapat dengan bibir Joseph. Keduanya hanya menempel pada awalnya. Tapi saat Joseph mendengar isak tangis Jey yang keluar itu membuat sesuatu dalam dirinya bangun.

Joseph menuntut ciuman itu dan menjadi semakin panas tiap lumatannya. "Ahh.. Tuan" Lenguh Jey saat Joseph memanjakan lehernya. "Berhenti memanggilku seperti itu, aku bukan lagi atasanmu" Sontak pipi Jey memerah mendengarnya.

"J-joseph" Suara Jey terdengah lirih dan kecil, tapi itu berhasil membuat Joseph hampir hilang kendali dan berubah menjadi hewan yang ganas.

Kecupan demi kecupan ia berikan, sampai akhirnya mereka pun melakukan hal itu disana. Di dalam walk in closet.





























Vote + komen jangan lupa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote + komen jangan lupa

OMEGAVERSE - HYUNLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang