37

2.7K 281 28
                                    

Tap bintang dulu baru lanjut baca
———————————— — — – .

Suara riuh tepuk tangan memenuhi ruangan besar tersebut. Perayaan hari jadi perusahaan yang telah dipimpin Joseph selama 5 tahun itu berlangsung dengan lancar.

Selama kurun waktu tersebut perusahaan Joseph tidak pernah mengalami penurunan. Banyak investor dari dalam maupun luar negeri tertarik dengan perusahaan yang berjalan di bidang elektronik ini.

Perusahaan milik Joseph yang bernama AJ'TOWER ini adalah "anakan" dari perusahaan utama yang sampai sekarang masih dipegang oleh Albert,  ayah Joseph.

Karena Joseph adalah anak tunggal, ia sudah dipercayai oleh ayahnya untuk memegang suatu perusahaan. Di usia Joseph yang ke 21 tahun, Albert menyuruh Joseph menggarap bisnis mangkrak yang sebelumnya dipegang oleh kakek dari ibunya.

Joseph belajar menjadi seorang pebisnis sambil menyelesaikan kuliahnya. Perusahaan mangkrak itu, Joseph sulap menjadi perusahaan elektronik, seperti milik ayahnya.

Ditahun pertama bisnis itu berjalan, Joseph sudah banyak meraup keuntungan besar. Di tambah setelah suksesnya perusahaan itu, Albert meresmikan perusahaan tersebut sebagai perusahaan anakan. Tentu saja hal ini semakin membuat kedua perusahaan itu menjadi sangat kokoh.

Itulah sebabnya, Albert sedikit menyinggung soal nama baik perusahaan. Karena jika salah satunya yang ternodai, perusahaan lain pun akan berimbas.

Dan sampai titik ini pun, perusahaan itu tidak pernah meredup. Ayahnya bangga tentu saja. Apalagi anak semata wayangnya tumbuh menjadi sosok pekerja keras dan bertanggung jawab.

Albert melihat Joseph menghampiri dirinya. Pemuda itu menatap ayahnya lamat-lamat. Albert menepuk bahu putranya. "Bagus—" Sebelum Albert menyelesaikan ucapannya, Joseph menyela "ancaman apa yang ayah berikan padanya?"

Tatapan Joseph dingin. Ini adalah pertama kalinya Albert melihat sikap Joseph yang seperti ini. Joseph bukanlah anak pembangkang. Tentu sebagai ayahnya ia tahu perubahan sikap yang terjadi pada Joseph bukanlah tanpa sebab.

"Aku sudah memenuhi tanggung jawabku"

"Ayah tidak serius melakukannya. Ayah hanya ingin melihat seberapa serius kalian kali ini. Tenanglah nak"

Tatapan Joseph kembali seperti biasanya. Lihat, perubahan emosinya yang sangat cepat itu. Terlihat seperti anak kucing yang sedang merajuk dimata ayahnya.

"Baiklah, ayah harus kembali. Lanjutkan pekerjaanmu"

Albert melangkah keluar dari aula, begitu pun dengan Joseph yang kembali sibuk menyambut tamu dan sedikit berbincang soal kerja sama di masa depan.

.

.

.

.

.

Jey mengerjapkan matanya yang merasa silau. Beberapa detik setelahnya ia terlonjak dari kasur. Mengabaikan pinggangnya yang terasa sakit.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, ia kesiangan. Jey terburu-buru menuruni tangga, ia kemudian menuju dapur dan memasak. Namun, terkejutnya ia saat melihat sarapan sudah terhidangkan di atas meja.

Jey melihat note kecil di samping piring yang berisi nasi goreng. Itu dari ibunya. Pagi ini ibunya yang memasak, dan mereka bertiga telah kembali ke rumah diantar oleh Joseph sebelum pria itu pergi bekerja.

Jey merentangkan tangannya di meja dan menjadikannya sebagai bantalan. Ia kemudian tersenyum kecil. Pagi ini dia terbangun dengan suasana hati yang sedikit lebih tenang.

"Aku sengaja melewati batasku"

Ia kembali teringat dengan ucapan Joseph semalam. Jey menyandarkan punggungnya, ia menghela nafas.

"Apa boleh seperti ini?"

Jey memakan sarapannya dengan perlahan, perutnya merasa lapar tapi tenaganya untuk mengunyah entah kemana.

Jey teringat permainan Joseph semalam. Pria itu terlihat sedikit berbeda. Tapi tak bisa Jey pungkiri...

Ah pipinya memanas, bahkan sensasi menggelitik di perutnya semakin menambah sensasi geli.

Jey mengusap perutnya, ia menghitung berapa kali dia bercinta dengan Joseph tanpa pengaman, tapi bahkan tidak ada tanda-tanda kehamilan padanya.

Apa karena dulu ia adalah resesive?

Tapi, bagaimana kalau dia hamil?

Bagaimana reaksinya?

Jey menggelengkan kepala menghapus pemikiran itu, ia mengusap tanda di lehernya. Setidaknya untuk sekarang tidak apa-apa.

"Aku seharusnya memikirkan besok"

Ya, besok adalah sidang Theo. Jey dan keluarga harus mempersiapkan segalanya.

Selesai sarapan, Jey memutuskan membersihkan diri dan bekerja. Ditengah kegiatan itu ponselnya berdering. Itu panggilan dari Joseph.

Tidak sadar pipinya memerah, jantungnya berdebar. Sejak kapan dia merasa seperti ini?

"Halo" Sapa Jey.

"Sedang apa?"

"Membersihkan rumah. Hmm... Bagaimana acaranya?"

"Lancar, nanti tidak usah memasak"

"Apa kamu akan makan diluar dengan para kolega?"

"Tidak, aku ingin makan malam denganmu"

"A-apa?!"

"Nanti jam 5 sore aku jemput"

Sambungan diputus sepihak oleh Joseph.
Ini kan masih disituasi genting, apa boleh sesantai ini? Jey mengusap rambutnya dan tertawa pelan.

"Ah dasar pria itu selalu bertindak sesukanya"







































"Ah dasar pria itu selalu bertindak sesukanya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bingung banget wkwkwk Komennya jangan lupa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bingung banget wkwkwk
Komennya jangan lupa

OMEGAVERSE - HYUNLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang