"Lo tau kan ada ulangan Fisika hari ini?" tanya Bella menggebu-gebu. Demi apapun Bella tidak paham dengan isi materi Fisika, tapi takdir mempertemukan Zea dengan dirinya jadi dia bisa mencontek jawaban Zea, canda nyontek.
"Iya, gue inget, Bel." jawab Zea sambil mencatat materi yang ada di papan tulis.
"Lo udah belajar 'kan?" tanya Bella lagi, padahal Bella tau kalaupun Zea tidak belajar cewek itu tetap bisa mengerjakan soal-soal.
"Udah Bella,"
Cewek dengan bando hitam di kepalanya menghempaskan punggungnya ke punggung kursi, Bella bersidekap dada, raut wajahnya masih menampakkan kesal. "Masih sebel gue sama cowok lo!" adu Bella.
Dia merutuki dirinya sendiri karena memilih sekolah SMA Taruna Bangsa yang ternyata ada Revan dan curut-curutnya yang selalu saja membuatnya naik darah, padahal niatnya Bella mendaftar di sekolah ini karena ingin satu sekolah dengan Zea, tapi apa? Revan dan curut-curutnya juga masuk sekolah ini. Jujur saja selama lima tahun jadi teman sekolah Revan dan curut-curutnya membuatnya bosan. "Tadi juga Azka sama Eza bikin gue naik darah!"
Zea tertawa kecil, "sabar Bell."
"Emang yang paling bener cuma Agas," ucap Bella.
"Iya Agas Bel, Agas." goda Zea tersenyum jahil.
"Apaan sih, Ze!" desis Bella kesal. Dia kesal sendiri, Zea selalu salah paham kalau dia membela atau memuji Agas.
Brak
Buku besar milik Vina-bendahara kelas 11 IPA 2 jatuh di atas meja Zea, wajah judes sang bendahara terlihat jelas. "Bayar!" ucap Vina galak. Sifat galak dan wajah judes Vina memang pantas menjadi bendahara, karena takut akan Vina semua anak kelas 11 IPA 2 tidak ada yang pernah nunggak.
"Iya Vin, sabar. Jangan galak-galak dong!" sahut Bella yang tengah kesal menjadi bertambah kesal karena Vina yang tidak santai menagih uang kas.
Vina mencatat dibukunya setelah Bella dan Zea memberikan uang. "Gue sama Minggu depan ya?" ucap Zea yang langsung diangguki sang bendahara.
"Tuh duit lo apain, Vin?" tanya Bella.
"Gue beliin Lamborghini." jawab Vina dengan santai.
"Beneran?" Bella membelak matanya tak percaya, Zea hanya bisa menghembuskan napasnya dengan berat, dia jadi tidak habis pikir dengan Bella.
"Ya enggak lah!" sahut Vina, cewek itu langsung pergi untuk menagih anak-anak lain dari pada berlama-lama berdekatan dengan Bella yang absurd.
********
"Dih! Garing tuh gigi!" desis Eza menatap Revan yang sedari tadi menatap layar ponselnya sambil menyengir.
"Jiwa-jiwa bucin si Repan kumat, paling lagi ngeliatin foto si Zea," timpal Azka memakan kripik pisang yang berada di toples yang ia bawa dari rumah.
"Lo jomblo diem deh!" balas Revan sambil berdecak kesal. Kedua curut itu selalu saja menghancurkan suasana hatinya, kemudian cowok itu pindah ke sebelah Agas yang tenang mendengar musik dengan Airpods berada di Indra pendengarannya, Revan juga tidak lupa membawa satu toples yang berisikan makanan yang dibawa Azka. Azka, cowok itu tidak pernah absen membawa beberapa toples berisi makanan dari rumahnya, bahkan isi tasnya hanya dipenuhi oleh toples.
"Anjir, dia ngatain kita jomblo!" ucap Eza menatap Revan kesal, cowok itu tidak terima ucapan yang keluar dari mulut sahabatnya, walaupun itu fakta.
Azka menggeplak lengan Eza kencang yang membuat sang empu meringis, "kita emang jomblo, dodol!" jawab Azka. "Udahlah, login aja cuy!" Eza langsung semangat ketika Azka mengajaknya untuk nge-game.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAZE [Segera Terbit]
Teen FictionRevan dan Zea, perpaduan yang sangat cocok. Revan dengan keminusannya dan Zea dengan nilai plus di mata orang-orang. Sebenarnya tidak semenyenangkan itu berpacaran dengan seorang Revan bagi Zea, karena: 1. Revan yang cemburuan. 2. Revan yang posesif...