Revan tidak berhasil membawa Zea pergi, nyatanya Zea tidak ada di sana, mungkin pemotretannya berada diluar yang tidak tau dimana lokasinya. Sepertinya Wilona menyuruh Zea untuk meninggalkan ponselnya agar Revan tidak bisa menemukan keberadaan mereka.
"Van, tolong ambilin sambelnya dong."
Revan melirik wadah sambal ada dihadapannya, lebih tepatnya jauh dari jangkauan Zia. Tanpa basa-basi dia mengambil sambal itu untuk Zia.
"Thanks." ucap Zia tersenyum.
Revan berdeham singkat sebagai membalas ucapan Zia. "Lo bolos?" Satu alisnya terangkat menatap Zia yang berada disebelahnya.
Zia yang tengah mengambil sambal itu pun menoleh ke arah Revan sekilas, lalu melanjutkan kegiatan. "Engga lah, emangnya lo? Sekolah gue dipulangkan lebih awal, ada rapat penting guru-guru." jawab Zia yang mulai mengaduk baksonya.
Revan yang keluar dari gedung agency milik Wilona langsung pergi dari sana dan berakhir dia singgah di kursi pedagang bakso yang ternyata dekat dengan sekolah Zia, dan yang sangat kebetulan Revan bertemu dengan Zia yang tengah menunggu pesanannya.
Zia mengedarkan pandangannya, "gue gak liat motor lo, lo jalan kaki?"
Revan berdecak malas. "Motor gue di sekolah lah bego. Kalau gue bolos pake motor, yang ada gue malah dihukum."
"Ya santai dong! Gak usah ngatain juga kali!" sahut Zia kesal.
"Lo disini sendiri? Gak punya temen apa?"
Zia menatap Revan jengah, "lo sendiri? Bolos sendirian, gak punya temen apa?"
"Ngomong sama lo tuh susah ya," keluh Revan seraya memasukan bakso ke dalam mulutnya.
"Gue ngomong pake bahasa manusia, bukan bahasa kucing." timpal Zia. "Dimana letak susahnya?" tambahnya.
Revan tidak lagi menanggapi ucapan yang terlontar dari mulut Zia, dia melirik ponselnya yang menyala dan menampilkan notifikasi dari Eza maupun Azka yang menanyakan keberadaannya dan mengumpat karena dia tidak mengajak membolos. Bukan hanya Revan yang melirik, tapi Zia juga mencuri-curi pandang ke layar ponsel Revan yang menyala.
"Itu, cewek lo?" tanyanya.
Look screen yang ada di ponsel Revan memang foto Zea, jadi siapapun yang melihat akan menebak bahwa itu pacar dari sang pemilik ponsel.
"Iya, jadi lo gak punya kesempatan buat deketin gue." Revan kembali menikmati baksonya, lebih memilih mengabaikan pesan-pesan dari Eza maupun Azka, kalau dia bilang dia berada disini, sudah pasti mereka akan langsung ke sini juga.
Zia menatap Revan. "Iyuh, gue juga gak minat sama lo!" jawab Zia dengan ekspresi jijik.
"Bilang aja, pas pertama ketemu lo terpanah dengan kegantengan gue, ngaku lo!"
Zia mengangguk menyetujui ucapan Revan. "Iya, lo ganteng, tapi sayang, akhlak lo gak ganteng, jadi sekarang biasa aja."
Revan berdecak mendengar jawaban Zia. "Gue kira lo cewek lemah lembut. Ternyata engga!"
"Gue kira lo cowok lemah lembut. Ternyata engga!"
"Sialan lo!"
"Syutttt! Lo berisik banget sih, gue tuh mau menikmati baksonya!"
****
Wilona memberikan air mineral serta salad sayur pada Zea yang sedang duduk dan melihat para kru yang tengah sibuk. "Hari ini kamu mulai diet."
Zea menerima air mineral serta salad sayur, dia tersenyum menatap sang Mama. "Iya Ma." jawabnya dengan berat hati.
"Sampai berat badan kamu 42 kg saja menjalani diet. Tapi tetap menjaga pola makan kamu agar tidak kembali naik. Paham sayang?" Wilona mengusap lembut rambut Zea.
Zea yang tengah makan mengangguk kecil. "Iya Ma." Padahal terakhir dia menimbang berat badan masih 43 kg, dan sekarang menjadi 45 kg. Sepertinya karena dia makan banyak setelah dia dan Revan puas mengelilingi aquarium.
"Mama sayang sama kamu, dan Mama mau yang terbaik untuk putri Mama." ucap Wilona. "Kamu habiskan, dua puluh menit lagi kamu ada pemotretan. Mama mau liat hasil dari yang sudah diambil."
"Iya Ma." Wilona beranjak dari duduknya setelah mendapat jawaban apa yang dia mau. Putrinya itu memang bisa dia andalkan dan penurut, jadi dirinya tidak perlu repot-repot mengancam.
Setelah Wilona pergi, hembusan napas berat dari Zea terdengar. Diet? Bagaimana tanggapan Darren dan Revan kalau mereka tau bahwa dirinya tengah diet?
Bunyi kursi yang berpindah tempat terdengar membuat Zea yang tengah melahap saladnya menoleh ke arah samping, yang di sana ada perempuan cantik tengah tersenyum.
"Aku Vio." Perempuan itu memberikan tangannya yang langsung disambut tangan Zea.
"Zea, Kak." balasnya dengan senyumnya.
"Aku kagum banget sama kamu, pemotretan awal tadi, aku liat, kamu gak ada kesalahan." Zea tersenyum menanggapinya. "Kamu keliatan lebih muda dariku, tapi skill yang kamu punya lebih dari dariku. Kamu udah lama jadi model?"
"Aku masih SMA," balas Zea yang dapat dia liat kalau perempuan bernama Vio itu terkejut. "Aku belum lama di sini. Tapi terimakasih, Kak. Atas pujiannya."
"Aku gak nyangka kamu masih SMA. Aku juga masih baru di sini, jadi belum ada terlalu akrab sama orang-orang sini." ringisnya kecil.
"Kan sekarang kita udah saling kenal. Jadi jangan sungkan-sungkan buat cerita-cerita, Kak."
Vio mengangguk. Dia melirik ke arah salad sayur yang berada dihadapan Zea. "Gak makan nasi?" tanyanya. "Diet?"
Zea tertawa kecil. "Iya,"
"Ibu Wilona itu baik ya?" ucap Vio dengan kedua matanya menatap punggung Wilona yang tengah melihat hasil potretan.
Zea tersenyum tipis menanggapinya. Iya, Mamanya itu baik.
*****
see you.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAZE [Segera Terbit]
Teen FictionRevan dan Zea, perpaduan yang sangat cocok. Revan dengan keminusannya dan Zea dengan nilai plus di mata orang-orang. Sebenarnya tidak semenyenangkan itu berpacaran dengan seorang Revan bagi Zea, karena: 1. Revan yang cemburuan. 2. Revan yang posesif...