21. TANGGA

161 12 0
                                    

"Mama sama Papa mau ke acara ulang tahun perusahaan salah satu koleganya Papa. Jadi, kalian jangan rusuh!" Wanita paruh baya yang mengenakan dress panjang itu menatap empat remaja yang berada kamar.

"Paham!" jawabnya serempak.

Eza mengangkat tangan. "Tapi kalau abisin makanan di kulkas gapapa kan?"

Revan menggeplak lengan Eza. "Ketara banget lo cuma numpang makan di sini!"

Wanita yang berstatus sebagai Ibu Azka terkekeh dan menggelengkan tingkah remaja-remaja itu. "Iya, habiskan, tapi jangan lupa isi lagi."

"Sama aja dong, Tan?" Eza menyahut.

"Iya-iya habiskan jangan di isi lagi. Udah Tante mau pergi." Setelah mengatakan itu, wanita itu pergi dari ambang pintu kamar si anak.

Eza bersorak senang. "Rezeki anak soleh!"

"Ciri-ciri orang gak tau diri." Azka yang tengah memulai memainkan PS nya bersama Agas mencibir.

"Lo kemarin juga abisin makanan di kulkas ya anjeng!" balas Eza mulai beranjak dan pergi keluar untuk pergi ke dapur.

"Jam berapa?" tanya Revan entah pada siapa.

Azka berdecak dengan kedua netranya fokus pada layar di depannya. "Ya liat sendiri anjir, di nakas ada jam!"

Saking malasnya, Revan melirik jam digital di atas nakas Azka. Padahal ada ponselnya yang berada di sebelahnya. "Kunci mobil lo mana, Ka?"

"Cari di atas nakas deh, Pan. Lo berisik banget!" protes Azka yang tengah asik bermain PS.

Revan mengambil ponselnya serta jaketnya, tapi cowok itu meninggalkan kunci motornya. Revan berjalan ke arah nakas untuk mengambil kunci mobil.

"Mau kemana?" tanya Agas membuka suaranya.

"Jemput Zea." jawabnya seraya berjalan keluar kamar.

"Lo mau kemana?" Eza yang papasan di tangga dengan Revan mengerutkan dahinya melihat Revan yang membawa jaket.

"Ngapelin Nyokap lo." sahut Revan asal.

"Kampret! Gua nanya serius!" omelnya kesal.

"Anak kecil gak boleh kepo!" Revan kembali menuruni anak tangga dengan santai.

Eza mendengkus kesal, dengan keranjang pakaian-yang dia temukan di kamar Azka, lalu yang berisi banyak makanan ringan dan minuman, cowok itu kembali menaiki anak tangganya.

Revan sudah mengeluarkan mobil Azka dari garasi, setelah gerbang hitam rumah ini dibuka oleh security rumah Azka, Revan langsung keluar dan menancap gasnya. Revan akan pergi ke agency Wilona untuk menjemput Zea, berharap cewek itu sudah ada di sana dan membawanya pulang. Rasanya dia ingin mengumpati Wilona, tapi dia masih mau dikasih restu oleh wanita yang berstatus sebagai Ibu Zea.

Revan punya tanggung jawab untuk menjaga Zea, Darren sudah memberikan kepercayaan itu kepadanya, dan Revan harus menjalankan amanahnya. Lagi juga, Zea orang yang dia sayang, mana mungkin Revan membiarkan Zea kenapa-kenapa.

****

"Ze, Mama gak bisa antar kamu pulang, kamu pulang diantar supir Mama, ya?" ucap Wilona setelah mengangkat telponnya.

Zea mengangguk paham, Mamanya tengah sibuk. "Iya Ma."

Wilona langsung masuk ke dalam lift lagi. Kepergian Wilona bertepatan dengan Revan yang datang, cowok itu langsung menghampiri Zea yang tengah terkejut karena kedatangan cowok itu.

"Revan, kamu-"

"Ayo pulang." Revan menggandeng tangan Zea. Bagaimana dia bisa sampai lantai dua ini? Jawabnya dia berhasil mengelabui para keamanan yang terus menghadangnya untuk masuk ke dalam.

"Lo gak bilang dulu ke gue kalau lo ada pemotretan? Bahkan acara pemotretan sialan itu gak di sini, dan lo ninggalin hp lo?"

Zea mengeratkan genggaman tangan pada tangan Revan. "Revan, aku gak tau kalau ketinggalan, jadi gak bisa hubungin kamu." jelasnya pelan.

Revan berdecak. "Lo-"

Brug

"Akhh..." Zea meringis karena kulitnya terasa panas akibat dia tertabrak oleh wanita muda yang tengah membawa kopi.

"Maaf, Nona. S-saya gak sengaja." Wanita itu menatap takut Zea karena Revan menatapnya tajam, dia juga takut kalau Zea mengadu pada Wilona, dia akan dipecat.

"Lo bisa jalan gak sih?" Revan mendorong bahu wanita muda itu dengan kasar membuat wanita itu mundur beberapa langkah.

"Revan." tegurnya pelan. "Aku gapapa." Zea kembali menarik Revan agar berdiri disebelahnya.

"Maaf, Nona Zea. Saya benar-benar tidak sengaja." Zea mengangguk pelan. "Saya ada baju ganti Nona kalau Nona mau," ucapnya sedikit tidak enak.

"Boleh, Mba. Kebetulan aku juga gak bawa baju lain. Aku di toilet dekat tangga ya, Mba." ucap Zea tersenyum.

Wanita itu bergegas mengambil pakaian yang akan Zea pakai. Lalu Zea membawa Revan menuruni anak tangga yang terdapat toilet terdekat.

"Panas? Sakit? Mau ke rumah sakit?" tanya Revan khawatir.

Zea menggelengkan kepalanya. "Engga Revan, untuk kopinya gak terlalu panas, jadi kulit aku gak bakal melepuh paling cuma merah." tolaknya halus.

Revan berdecak tidak percaya. "Siapa namanya? Mau gue bantai!"

"Revan, aku gapapa." ucapnya. "Kamu tunggu di sini." Zea masuk ke dalam toilet yang ada di tangga dan meninggalkan Revan yang bersandar ditembok.

Wanita yang tadi menabrak Zea datang membawa paperbag ditangannya, wanita itu menunduk dan mengucapkan kata permisi pada Revan yang masih menatapnya tajam.

"Lo bawa salep 'kan?" tanya Revan yang menghentikan wanita itu diambang pintu toilet.

"Iyaa, Mas." Revan mengangguk, setelah kembali pamit untuk masuk, wanita itu langsung masuk.

Revan tetap berdiri dan bersandar pada tembok dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, kedua netra tetap tajam. Wanita muda tadi sudah keluar, dia masih menunggu Zea keluar. Pintu yang dibuka menghasilkan bunyi membuat Revan berdiri tegak.

"Sialan! Maksud dia ngasih baju begitu buat apa? Siapa namanya?" ucap Revan murka ketika melihat Zea keluar dengan kaos crop yang memperlihatkan perut ratanya sambil membawa paperbag ditangannya.

Zea memegang lengan Revan guna untuk meredamkan amarah Revan. "Revan, ya ampun, ini gak terlalu terbuka kok."

Revan semakin menajamkan matanya. "Oh, lo seneng kalau banyak cowok yang liat perut lo? Hah?"

"Revan engga gitu." Zea menggelengkan kepalanya.

Revan mendorong tubuh Zea sampai pembatas tangga. "Gue gak rela milik gue di lihat orang-orang." ucapnya dengan nada rendah, Revan mengeratkan tangannya di pinggang ramping Zea.

"Revan." cicitnya.

"Lo bikin gue marah, Zea." Revan menatap Zea dengan jarak dekat yang membuat cewek itu gugup sendiri.

"Rev-"

"Ayo." Revan mengambil paperbag yang ada ditangan Zea beralih ke tangannya, satu tangannya melingkar pada pinggang ramping Zea gua menutupi perut Zea.

****

see you.

REVAZE [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang