"Revan! Yang bener!" omel Pak Radit menatap nyalang anak muridnya yang kini tengah ia hukum.
Revan hanya cengengesan, cowok itu kembali push up dengan benar. Revan, Azka, dan Eza dihukum karena ketahuan bolos dan hampir saja tawuran kalau saja Pak Radit tidak datang, bagaimana Pak Radit tau? Berkat Agas yang cepu, ketiga orang itu dihukum saat ini.
Ketiga remaja tersebut berdiri tegak menghadap Pak Radit seusai melakukan push up sebanyak 10 kali, terik matahari membuat wajah ketiganya memerah seperti pantat babi. Mereka merutuki Agas yang kini bersender pada pilar dengan santai.
"Ciri-ciri anak setan kalau iri itu kayak Agas." ucap Azka pelan, tapi kedua netranya melirik ke arah cowok berwajah datar di sana.
"Si Agas diem-diem ya diem alias kek anjing!" sahut Revan ikut melirik sinis Agas.
"Kalau si Agas muntah paku, itu dari gue sih." Eza menyugarkan rambutnya santai, lebih tepatnya tebar pesona pada cewek-cewek yang ada di luar kelas menatap ke lapangan.
"Hormat bendera, sampai bell berbunyi." Pak Radit menatap anak muridnya satu-satu.
"SIAP PAK!" ketiga remaja itu hormat.
Melihat Pak Radit yang sudah jauh, Revan langsung memberikan satu jari tengahnya untuk Agas yang sialnya cowok itu ditugaskan untuk mengawasi mereka bertiga, sedangkan Eza komat-kamit membaca mantra lalu melemparnya ke arah Agas. Beda halnya dengan Azka menatap songong Agas, batinnya tetap mengeluarkan banyak binatang untuk sahabat biadabnya itu.
Agas akan ikut andil tawuran apabila di luar sekolah, jadi ketika waktunya sedang di sekolah dia tidak akan ikut.
"REVAN, AZKA, EZA. HORMAT BENDERA!" ketiga remaja itu langsung hormat bendera setengah di teriaki Pak Radit dari atas.
Dari lorong sana, cewek yang membawa jas lab itu jalan dengan buru-buru. Bella mengambil jas lab-nya yang tertinggal, cewek itu merutuki dirinya sendiri karena ceroboh, dia sudah sangat telat untuk masuk ke ruang laboratorium. Kedua matanya mendelik saat tak sengaja melirik ke arah lapangan, ternyata di sana terdapat Revan, Azka dan Eza yang asik hormat bendera. Kedua netranya juga menangkap Agas yang bersandar di pilar sambil mengawasi ketiga cowok itu.
"Ya ampun, di hukum ya?" Bella menutup mulutnya dengan telapak tangannya berniat pura-pura kaget, juga mengekspresikan kagetnya.
"Lo pada bau kemenyan kagak sih?" tanya Revan pada Azka dan Eza. Kedua cowok itu mengangguk sambil menutup hidung.
"Bau banget anjing." sahut Eza.
"Gila sih, ini ada setan ya?" Azka mengerutkan keningnya-mengikuti drama yang di buat Revan.
"Anjing!" umpat Bella kesal. Niatnya ingin meledek ketiga cowok itu, malah dirinya sendiri yang diledek. Bella memotret ketiga cowok itu dengan cepat. "Gue aduin ke Zea, biar lo di semprot sama Zea sehari semalam!"
"WOY ANABELLE, GUE MASUKIN LO KE KANDANG MONYET LO!" Revan berdecak kesal, kedua matanya menatap tajam punggung Bella yang semakin kecil. Si Anabelle ini suka sekali mengadu pada Zea yang membuat dirinya mendapat siraman rohani dari sang pacar.
"Sabar ye Pan." Eza dan Azka tertawa. Mereka pernah melihat saat Zea tengah memberikan siraman rohani pada Revan, cowok itu hanya pasrah saat mendapat omelan dari Zea, ekspresi wajahnya itu loh kek orang nahan boker.
"Sialan lo pada!"
Mereka makin tertawa kencang mendengar, makian Revan kepada mereka.
********
13.55
Di perpustakaan, tepat pada meja bagian pojok sana ada tiga remaja yang sibuk dengan kertasnya masing-masing. Hari ini, Bu Mega menyuruh ketiga murid yang akan mewakili sekolah untuk olimpiade tahun ini mengerjakan di perpustakaan. Agar mereka juga tidak suntuk dengan ruangan belajar yang itu-itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAZE [Segera Terbit]
Teen FictionRevan dan Zea, perpaduan yang sangat cocok. Revan dengan keminusannya dan Zea dengan nilai plus di mata orang-orang. Sebenarnya tidak semenyenangkan itu berpacaran dengan seorang Revan bagi Zea, karena: 1. Revan yang cemburuan. 2. Revan yang posesif...